TEMPLAT TUGAS AKHIR S1

Download 1 Okt 2013 ... 5. sangkar termometer beserta alat pengukur di dalamnya. 6. seperangkat termometer tanah. 7. ter...

0 downloads 163 Views 1MB Size
ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS LALU LINTAS TERHADAP SUHU UDARA DI STASIUN OBSERVASI KLIMATOLOGI BARANANGSIANG BOGOR

NUR HALIMAH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Aktivitas Lalu Lintas terhadap Suhu Udara di Stasiun Observasi Klimatologi Baranangsiang Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Nur Halimah NIM G24090057

ABSTRAK NUR HALIMAH. Analisis Pengaruh Aktivitas Lalu Lintas terhadap Suhu Udara di Stasiun Observasi Klimatologi Baranangsiang Bogor. Dibimbing oleh SONNI SETIAWAN dan BREGAS BUDIANTO. Keakuratan data cuaca dan iklim sangat penting untuk diperhatikan. Kesesuaian dan kelayakan stasiun klimatologi menjadi dasar untuk keakuratan data yang diperoleh. Sehingga kelayakan stasiun klimatologi perlu diuji apakah daerah sekitar stasiun memiliki pengaruh langsung terhadap pengamatan. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh aktivitas lalu lintas terhadap suhu udara yang diamati pada stasiun observasi klimatologi Baranangsiang Bogor. Variasi suhu udara dapat dijelaskan oleh jumlah radiasi matahari, tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor lain juga. Lokasi stasiun observasi Baranangsiang klimatologi berada di samping jalan raya Padjadjaran sehingga dapat diasumsikan bahwa faktor lain yang mempengaruhi suhu udara di stasiun tersebut adalah aktivitas lalu lintas. Hasil analisis suhu udara pada hari libur dan hari kerja memperlihatkan bahwa ada perbedaan pada pengamatan suhu udara maksimum, minimum, rata-rata, serta suhu udara pada pengamatan di pagi, siang, dan sore hari. Sehingga aktivitas lalu lintas di Bogor telah mempengaruhi karakter suhu udara di stasiun klimatologi Baranangsiang. Oleh karena itu, data dari stasiun pengamatan tidak dapat digunakan untuk mewakili data cuaca dan iklim di wilayah Bogor. Kata kunci: Aktivitas lalu lintas, Kelayakan stasiun klimatologi, Kota Bogor, Suhu udara.

ABSTRACT NUR Halimah. Analysis of Effect the Traffic Activity on Air Temperature at Observation Station Climatology Baranangsiang Bogor. Supervised by SONNI SETIAWAN and BREGAS BUDIANTO. The accuracy of weather and climate data is very important to note. Suitability and feasibility of a station climatology became the basis for the accuracy of the data obtained. So the feasibility of a station climatology needs to be tested whether the area around the station has a direct influence on the observations. The purpose of the implementation of this study was to analyze the effect of traffic activity to air temperature observed at the observation station climatology Baranangsiang Bogor. The variation in air temperature can be explained by the amount of solar radiation, but can be influenced by other factors too. Location of observation stations climatological Baranangsiang is beside Padjadjaran highway so it can be assumed that other factors affecting the air temperature at the station is traffic activity. The results of analysis air temperature on holidays and weekdays leave a difference on observations in the morning, afternoon, or evening. Thus, traffic activity in the Bogor does affect the character of the air temperature at the station climatology Baranangsiang. Therefore, data from observation stations can not be used to represent weather and climate data at Bogor area. Keywords: Air temperature, Feasibility station climatology, The city of Bogor, Traffic activity.

Judul Skripsi: Analisis Pengaruh Aktivitas Lalu Lintas terhadap Suhu Udara di Stasiun Observasi Klimatologi Baranangsiang Bogor : Nur Halimah Nama : 024090057 NIM

Disetujui oleh

()! .j / \

-I--r:'

/~.(;~~ Sonni Setiawan, S.Si, M.Si Pembimbing I

Tanggal Lulus:

.. ~

0 1 OCT 2013

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Aktivitas Lalu Lintas terhadap Suhu Udara di Stasiun Observasi Klimatologi Baranangsiang Bogor Nama : Nur Halimah NIM : G24090057

Disetujui oleh

Sonni Setiawan S.Si, M.Si Pembimbing I

Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Rini Hidayati, Ms Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS LALU LINTAS TERHADAP SUHU UDARA DI STASIUN OBSERVASI KLIMATOLOGI BARANANGSIANG BOGOR

NUR HALIMAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE

2

Data

2

Peralatan

2

Prosedur Analisis Data

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Ketentuan Letak Stasiun Klimatologi

3

Spesifikasi Alat-alat Pengukur Cuaca

4

Termometer Bola Basah dan Bola Kering

4

Termometer Maksimum

5

Termometer Minimum

6

Pengukuran Unsur Cuaca

7

Pengukuran Radiasi Surya

7

Pengukuran Suhu Udara

8

Ketelitian Alat Pengukur Cuaca HASIL DAN PEMBAHASAN

9 10

Kondisi Umum Wilayah Kajian

10

Koreksi Dan Filterisasi Data

10

Radiasi Matahari

12

Suhu Udara

14

SIMPULAN DAN SARAN

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL 1 Ketelitian baku menurut WMO

9

2 Data jumlah hari libur yang terdapat dihari kerja selama tiga belas tahun

15

DAFTAR GAMBAR 1 Denah taman alat menurut Doorenbos (1976)

3

2 (a) Termometer bola kering, (b) Termometer bola basah

5

3 (a) Penampang termometer maksimum, (b) Penampang skala termometer maksimum (skala terkecil 0.2˚C)

5

4 Penampang thermometer

6

5 Gun-Bellani

7

6 Pemasangan Gun-Bellani di taman alat

8

7 Pemasangan 4 termometer di dalam sangkar cuaca

8

8 Lokasi Stasiun Pengamatan Klimatologi Baranangsiang Bogor

10

9 Grafik data suhu udara minimum yang error

11

10 Grafik data suhu udara minimum yang terkoreksi

11

11 Radisi Matahari secara Musiman (dari hari ke hari) selama 13 tahun (dari bulan agustus 2000 sampai Februari 2013)

12

12 Korelasi Akumulasi Radisi Matahari harian dengan Suhu Udara Maksimum selama 13 tahun (dari bulan Agustus 2000 sampai Februari 2013)

13

13 Korelasi Akumulasi Radisi Matahari yang Rendah dengan Suhu Udara Maksimum selama 13 tahun pada hari tidak ada hujan

13

14 Rata-rata suhu udara harian selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor 15 Perbandingan data rata-rata suhu udara maksimum

14 15

16 Perbandingan rata-rata suhu udara minimum selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

16

17 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 7.30 selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

17

18 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 13.30 selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

17

19 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 17.30 selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

18

DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Rata-rata Suhu Udara Tiga Belas Tahun

21

2 Data Rata-rata Suhu Udara AWS BMKG Tahun 2012-2013

21

3 Grafik Perbandingan Suhu Udara Tahun 2012-2013 (a) AWS BMKG, (b) Manual

21

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Suhu udara di permukaan bumi banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor utama yang mempengaruhi suhu udara adalah radiasi matahari. Perubahan yang terjadi pada suhu akan diikuti oleh perubahan pada elemen iklim lainnya, diantaranya curah hujan, keawanan, kelembaban, dan kecepatan angin. Suhu permukaan merupakan suatu parameter yang sensitif terhadap keberadaan dan jenis vegetasi yang menutupi objek kajian, dan juga kelembaban udara maupun kelengasan permukaan. Parameter-parameter diatas akan mempengaruhi variasi suhu baik yang bersifat temporal maupun spasial suatu permukaan. Selain parameter-parameter tersebut aktivitas manusia akan mempengaruhi variasi suhu harian di suatu tempat. Salah satu aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi suhu udara ialah dalam menggunakan kendaraan bermotor atau aktivitas lalu lintas. Aktivitas lalu lintas bervariasi berdasarkan waktu dan tempat. Berdasarkan tempat misalnya, pada hari libur di kawasan rekreasi jumlah kendaraan akan meningkat dengan bertambahnya jumlah pengunjung. Tetapi, di kawasan industri justru akan sepi saat hari libur. Kota Bogor merupakan kota yang memiliki tempat wisata dan rekreasi yang relatif banyak dan sering menjadi incaran objek wisata bagi penduduk di sekitar kota Bogor seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Sukabumi dan lain sebagainya. Menurut waktu dapat dibedakan berdasarkan hari libur dan hari kerja. Kepadatan lalu lintas dapat terlihat juga pada beberapa waktu di hari kerja, misalnya pagi hari yang merupakan waktu keberangkatan kerja, siang hari yang merupakan waktu istirahat makan siang dan sore hari yang merupakan waktu pulang kerja. Pada waktu-waktu tersebut suhu udara pun akan mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya aktivitas lalu lintas. Akankah letak stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang yang berada di depan jalan raya Padjadjaran menerima pengaruh dari aktivitas lalu lintas yang berada di jalan tersebut? Apakah data dari stasiun pengamtan klimatologi Baranangsiang sudah akurat dan layak untuk mewakili data cuaca daerah Bogor? Mengacu pada pertanyaan-pertanyaan tersebut, tulisan ini akan menganalisa suhu udara yang di pengaruhi oleh aktivitas lalu lintas di stasiun Pengamatan klimatologi Baranangsiang Bogor. Analisa secara statistik akan digunakan dalam pengolahan data pada penelitian ini. Hasil analisa tersebut akan menjadi dasar yang kuat dalam penentuan kelayakan penggunaan stasiun pengamatan klimatologi tersebut yang akan mewakili cuaca dan iklim kota Bogor. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisa pengaruh aktivitas lalu lintas terhadap suhu udara yang diamati di stasiun observasi klimatologi Baranangsiang Bogor.

2 METODE Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data observasi harian stasiun Baranangsiang Bogor berupa data suhu udara (maksimum, minimum, pukul 7.30, pukul 13.30, dan pukul 17.30) (˚C) serta data radiasi matahari (MJ/m²/hari) dari bulan Agustus tahun 2000 hingga bulan Februari tahun 2013. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi dua bagian yaitu alat yang digunakan untuk pengukuran suhu udara (termometer) dan alat untuk mengukur radiasi surya (Gun-Bellani). Selanjutnya ialah alat yang digunakan untuk mengolah data dan penyajian hasil berupa seperangkat komputer dengan perangkat lunak Microsoft Office 2003 dan 2007. Prosedur Analisis Data Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membuat grafik total radiasi matahari selama 13 tahun, kemudian membuat grafik hubungan radiasi total dengan suhu udara maksimum. Untuk melihat pengaruh lain selain radiasi terhadap suhu udara maka data radiasi surya selama 13 tahun difilter data radiasi rendahnya dan tidak ada hujan yang kemudian dikorelasikan dengan suhu udara maksimum yang sudah ikut terfilter dengan radiasi surya. Untuk melihat keragaman data suhu udara dihari kerja dan hari libur, maka data suhu udara dipisahkan berdasarkan hari kerja (hari senin-hari jum’at) dan hari minggu (hari sabtu dan hari minggu) dan memisahkan data hari libur dihari kerja. Jika semua data sudah terpisah berdasarkan hari kerja dan libur, maka dibuat grafik rata-rata suhu udara berdasarkan hari dan jam pengamatan di setiap harinya. Setelah semua grafik terbentuk maka langkah selanjutnya ialah analisis grafik radiasi, grafik korelasi radiasi dengan suhu udara maksimum serta grafik rata-rata suhu udara. Apabila terdapat data yang error maka data tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum pengolahan data lanjutan serta analisis hasil. Karena jika data yang dianalisis error atau salah maka hasil analisa pun akan salah pula. Adapun salah satu data error yang terdapat dari data cuaca stasiun observasi klimatologi Baranangsiang adalah data suhu udara minimum. Selain itu, banyak pula data yang salah pencatatannya yang disebabkan oleh kesalahan pada saat entry data oleh pengamat dan kesalahan tersebut harus dikoreksi pula agar data yang akan dianalisis memberikan informasi yang akurat. Kesalahan data dan hasil koreksi data harus diberitahukan atau disebarkan untuk kepentingan uji lanjutan yang akan dilakukan di masa mendatang oleh peneliti lain dari berbagai bidang dan instansi.

3 TINJAUAN PUSTAKA Ketentuan Letak Stasiun Klimatologi Lingkungan tempat pengukuran stasiun klimatologi serta kondisi fisiknya harus bebas dari benda-benda yang dapat mempengaruhi pengukuran. Hal ini juga berlaku untuk gangguan yang diakibat oleh kegiatan transportasi seperti terminal bus, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, jalan raya dan yang sejenis. Pengawasan dari stasiun cuaca dilakukan (pada prinsipnya setiap hari) oleh penanggungjawab stasiun observasi. Selain itu hal ini harus disebarkan pula kepada pemerintah daerah serta pengusaha-pengusaha swasta. Stasiun cuaca membutuhkan sebidang tanah yang luas untuk keperluan taman alat, dan berada di daerah terbuka (untuk menempatkan taman alat di tengahnya). Taman alat merupakan sebidang tanah yang digunakan untuk memasang alat-alat pengukur cuaca. Syarat dasar bagi taman alat antara lain adalah berada di permukaan tanah datar serta sepenuhnya tertutup rumput pendek, diletakkan di tengah-tengah daerah terbuka, dipasang pagar kawat setinggi kirakira 1.2 m. Menurut WMO untuk pemasangan alat pengukur suhu dan kelembaban saja memerlukan luas tanah paling sempit berukuran 9 x 6 meter. Dan taman alat tersempit menurut Doorenbos (1976) adalah 10 x 10 meter. Berikut gambar denah taman alat serta pnyusunan penempatan alat-alatnya. 10 m Pagar kawat

U

5

4

3

6

10 m

2

7

8 1

Pintu pagar

Persediaan air

Gambar 1 Denah taman alat menurut Doorenbos (1976)

4 Keterangan gambar: 1. anemometer 2. polarimete panic 3. pengukur lama penyinaran surya 4. penakar hujan otomatis 5. sangkar termometer beserta alat pengukur di dalamnya 6. seperangkat termometer tanah 7. termometer rumput 8. penakar hujan observatorium (obs). Tinggi pagar 1.2 m, menggunakan kawat harmonika, setiap jarak 2.5 m dipasang tiang yang cukup kokoh. Di dalam taman alat dipasang jalan setapak membujur di tengah dari utara keselatan dengan percabangan menuju setiap alat (Doorenbos 1976 dalam Nasir 1980). KNMI (2000) menyatakan bahwa syarat kondisi lingkungan untuk stasiun klimatologi adalah sebagai berikut: - Tidak ada tanaman atau ketinggian tanaman melebihi 0,5 m yang ditanam atau yang berada dalam radius 25 meter di sekitar lokasi pengamatan; - Tidak ada tanaman atau tinggi tanaman yang melebihi 1,5 m yang ditanam atau yang berada dalam radius 50 meter di sekitar lokasi pengamatan; - Tidak ada hambatan seperti pohon dan semak yang berada dalam radius 100 meter sekitar lokasi pengamatan; - Tidak ada kendala seperti gudang atau bangunan lainnya dan hutan yang berada dalam radius 400 meter di sekitar lokasi pengamatan. Aspek-aspek penting lainnya adalah: - Pemeliharaan (menyabit rumput, penyiangan dan sebagainya); - Menjaga kebersiahan alat (menghapus kotoran atau air yang mungkin telah terbentuk pada pengukur radiasi, menjaga kebersihan alat perekam curah hujan, menyikat alat ukur suhu dan kelembaban, dll); - Pemantauan untuk setiap kunjungan yang tidak sah atau vandalisme ; - Mengawasi setiap perubahan lingkungan (bangunan baru, tanaman yang ditanam daerah sekitar lokasi pengamatan, dll) dan melaporkan ini segera ke bagian BMKG. Spesifikasi Alat-alat Pengukur Cuaca Termometer Bola Basah dan Bola Kering Spesifikasi : Bahan Sensor : Air Raksa Bahan Badan : Gelas Bening (tembus cahaya) Diameter luar tabung badan : 1.4 s/d 1.7 cm Rentang Pengukuran : -5oC s/d +45oC Ketelitian : ± 0.25oC Pembagian Skala : 0.5oC Lebar Tiap Skala : 0.8 s/d 1.2 mm Sumber : Alphamas Mandiri (2008)

5 Termometer ini merupakan termometer air raksa dalam bejana kaca untuk mengukur suhu udara aktual yang terjadi (termometer bola kering). Adapun termometer bola basah adalah termometer yang pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air di udara dapat berkondensasi (BMKG 2008).

(b) (a) Gambar 2 (a) Termometer bola kering, (b) Termometer bola basah Termometer Maximum Spesifikasi : Bahan Sensor : Air Raksa Bahan Badan : Gelas Bening Diameter luar tabung badan : 1.4 s/d 1.7 cm Rentang Pengukuran : 0oC s/d 50oC Ketelitian : ± 0.1oC Pembagian Skala :0.2oC Lebar Tiap Skala : 0.8 s/d 1.2 mm Sumber : Alphamas Mandiri (2008) Termometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin.

(b) (a) Gambar 3 (a) Penampang termometer maksimum, (b) Penampang skala termometer maksimum (skala terkecil 0.2˚C) Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, termometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet. Apabila

6 temperatur naik dan kolom air raksa tidak terputus, maka air raksa terdesak melalui bagian yang sempit. Ujung kolom menunjukkan temperatur udara. Apabila suhu turun, kolom air raksa terputus pada bagian yang sempit setelah air raksa dalam bola temperatur menyusut. Ujung lain dari kolom air raksa tetap pada tempatnya. Untuk pengamatan suhu udara ujung kolom ini menunjukkan suhu udara karena penyusutan air raksa kecil sekali dan dapat diabaikan. Jadi Termometer menunjukkan suhu udara tertinggi setelah terakhir dikembalikan. Termometer dikembalikan setelah dibaca (BMKG 2008). Termometer Minimum Spesifikasi : Bahan Sensor : Alkohol Bahan Badan : Gelas Bening Diameter luar tabung badan : 1.4 s/d 1.7 cm Rentang pengukuran : -10oC s/d +45oC Ketelitian : ± 0.25oC Pembagian Skala : 0.5oC Lebar Tiap Skala :0.8 s/d 1.2 mm Sumber : Alphamas Mandiri (2008) Termometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja termometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah.

Gambar 4 Penampang termometer minimum Selain itu peletakan termometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembali bila sudah berada diposisi bawah (suhu minimum). Untuk mengembalikan posisi indeks ke posisi aktual dapat dilakukan dengan memiringkan/ membalikkan posisi termometer hingga indek bergerak ke ujung dari alkohol (posisi suhu aktual) (BMKG 2008).

7 Pengukuran Unsur Cuaca Pengukuran radiasi surya Radiasin surya yang diukur pada stasiun klimatologi adalah energi yang berasal dari pancaran radiasi matahari yang dating pada permukaan horizontal. Energi ini disebut pula sebagai energi gelombang pendek, karena panjang gelombangnya yang jauh lebih pendek daripada radiasi bumi (radiasi gelombang panjang). Satuan energi sesaat adalah W/m² sedangkan MJ/ m² digunakan untuk menyatakan jumlah energi kumulatif yang diterima permukaan (Wallace & Hobs 1977, Holton 1979, Handoko 1993). Pengukuran akumulasi radiasi gelombang pendek surya selama suatu periode pengukuran tertentu dilakukan dengan menggunakan alat Radiometer Gun-Bellani.

Gambar 5 Gun-Bellani Radiasi gelombang pendek masuk ke dalam ruang hampa di dalam suatu bola berdinding kaca jatuh ke permukaan pengindera yang berupa tembaga berwarna hitam (dilapisi zat warna khusus). Bola tembaga berisi zat cair aquades atau alkohol, kira-kira 40 ml, dan berhubungan dengan tabung buret. Radiasi gelombang pendek oleh bola tembaga berwarna hitam diubah menjadi energi panas untuk menguapkan zat cairnya. Uap tersebut kemudian mengisi seluruh ruang tabung buret. Karena suhu tersebut lebih rendah (sebab tertanam di tanah) maka berlangsung kondensasi sehingga menambah isi cairan di dalam tabung. Pertambahan isi cairan di dalam tabung merupakan fungsi penerimaan radiasi. Akumulasi penerimaan radiasi surya selama satu hari dihitung memakai persamaan: R = A.d + B Dimana: R = intensitas radiasi surya dalam kalori/cm²/hari. d = jumlah cairan hasil kondensasi dalam milimeter. A dan B = tetapan kalibrai, nilainya merupakan sifat khusus dari alat dan lingkungannya Nilai kesalahan radiometer Gun-Bellani umumnya berkisar 10-20 %.

8 Pada pemasangan di lapang, radiometer ini dimasukkan ke dalam pipa tabung logam yang ditanam ke dalam tanah. Pada dasar lubang disusun batu krikil kira-kira setebal 5 cm sebagai saringan. Bola kaca terlihat pada ujung atas selubung logam, setinggi 1 cm di atas permukaan tanah ditutup oleh rumput pendek. Harus dihindarkan kemungkinan penutupan rumput ke arah radiometer.

Gambar 6 Pemasangan Gun-Bellani di taman alat Setelah dicatat, cairan pada buret dikembalikan ke dalam bola sambil diputar pelan-pelan, pada arah horizontal di depan badan sedangkan tangan kiri memegang ujung buret secara vertikal. Kemudian alat ini dibalik dengan segera dan dipasang kembalilagi untuk dibaca tingginya air pada tabung buret. Pembacaan permukaan air pada tabung buret harus dilakukan setinggi mata kita, kemudian dicatat (Nasir dan Manan 1980). Pengukuran Suhu Udara Pengukuran suhu udara di stasiun klimatologi Baranangsiang menggunakan termometer. Adapun termometer yang digunakan adalah termometer bola kering dan bola basah, termometer maksimum dan minimum. Keempat termometer tersebut ditempatkan di dalam sangkar cuaca agar terhindar dari radiasi matahari langsung.

Gambar 7 Pemasangan 4 termometer di dalam sangkar cuaca Thermometer bola kering berada di samping kiri, thermometer bola basah di samping kanan, dan thermometer maksimum di bawah bagian atas dan thermometer minimumdi di bagian paling bawah dengan posisi lebih miring. Sangkar cuaca tersebut dinamakan pula “Stevenson Screen”, “Instrumen Shelter”, ataupun “Thermometer Shelter”. Selain untuk menghindari pengaruh

9 radiasi surya secara langsung, sangkar cuaca juga dimaksudkan untuk menghindari tetesan air hujan langsung, tiupan angina yang kencang, dan pengaruh lokal gradient suhu tanah akibat pemanasan dan pendinginan permukaan tanah setempat. Bentuk sangkar cuaca adalah kotak segi empat, dengan ukuran disesuaikan terhadap macam alat ukur yang diletakkan di dalamnya. Tubuh sangkar dibuat dari bahan yang tidak mudah menyerap radiasi biasanya kayu yang dicat putih. Sangkar dipasang di taman alat dengan pintu terletak di utara atau di selatan dan dengan ketinggian 120 cm di atas permukaan tanah berumput. Di dalam sangkar tersebut sebaiknya hanya dipasang sepasang termometer bola basah dan kering serta termometer maksimum dan minimum. Suhu udara rata-rata harian (24 jam) dapat dihitung dari nilai rata-rata suhu udara maksimum dan suhu udara minimum jika hanya data tersebut yang tersedia. Sedangkan bila hanya tersedia data suhu udara termometer bola kering maka suhu udara rata-rata harian dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : (2 x Tp )  Ts  Tsr 4 Dimana: Tp = suhu udara hasil pengamatan pagi hari Ts = suhu udara hasil pengamatan siang hari Tsr = suhu udara hasil pengamatan sore hari

Ketelitian Alat Pengukur Cuaca Ketelitian alat dimaksudkan untuk menunjukkan kepekaan/respon alat terhadap perubahan suhu pada keadaan setimbang (Handoko 1993). Ketelitian data harus terjaga baik dan akan tercapai apabila penempatan alatnya benar, alat terawat dengan baik dan dikalibrasi secara periodik. Ketelitian baku data cuaca radiasi surya dan suhu udara bagi kepentingan klimatologi dan meteorologi pertanian menurut WMO terlihat pada tabel 1. Tabel 1 Ketelitian baku menurut WMO Pengamatan -

Radiasi surya: lama penyinaran intensitas matahari Suhu udara: termometer bola kering termometer bola basah ekstrim

Kesalahan maksimum yang diijinkan bagi bidang klimatologi ± 0.1 jam/periode ± 1 kal/cm²/jam ± 0.1 ˚ C ± 0.1 ˚ C ± 0.5 ˚ C

Kesalahan manusiawi seorang pengamat sering kali merupakan sumber utama dari kesalahan data. Hal tersebut dapat dikurangi dengan melakukan pemeriksaan secara periodik pada jam pengamatan, atau pemeriksaan silang disaat analisa data dilakukan.

10 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah Kajian Kota Bogor merupakan kota yang memiliki tempat wisata dan rekreasi yang relatif banyak dan sering menjadi incaran objek wisata bagi penduduk di sekitar kota Bogor seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Sukabumi dan lain sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nas (2007) bahwa isu-isu dalam pembangunan Kota Bogor yang berkelanjutan terdiri atas: 1) Kota Bogor sebagai penyangga ibukota Jakarta, 2) Kota Bogor sebagai tujuan wisata, 3) Kota Bogor sebagai penampung pekerja komuter dari Jakarta. Tempat-tempat wisata biasanya akan ramai pada hari libur, sehingga volume kendaraan akan bertambah pada hari libur.

Gambar 8 Lokasi Stasiun Pengamatan Klimatologi Baranangsiang Bogor Letak stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang berada di depan pertigaan jalan Padjadjaran dengan jalan Otoiskandar Dinata seperti yang terlihat pada Gambar 7 yang diberi tanda lingkaran merah. Kondisi ini diasumsikan akan mempengaruhi suhu udara yang diamati oleh stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang terutama saat lalu lintas semakin padat. Kepadatan lalu lintas akan semakin bertambah pada hari libur karena banyaknya kendaraan yang menuju ke puncak Bogor melalui jalan Padjadjaran. Koreksi dan Filterisasi Data Data yang diperoleh dari stasiun observasi klimatologi Baranangsiang belum bisa digunakan langsung karena masih banyak terdapat data yang error. Data error tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pengolahan data dan analisis lanjutan dalam berbagai keperluan. Salah satu data error yang fatal yang telah diamati di stasiun observasi klimatologi baranangsiang adalah data suhu udara minimum. Sekitar satu tahun data suhu udara minimum yang teramati di stasiun tersebut mengalami penurunan yang kontinu dan membentuk suatu patahan seperti yang terlihat pada gambar 8.

11

Suhu Udara (˚C))

30.0

25.0

20.0

15.0 0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

Hari ke

Gambar 9 Grafik data suhu udara minimum yang error Hal tersebut terjadi karena ada kesalahan dalam pembacaan paralax pada alat ukur termometer oleh pengamat yang baru diganti. Akibatnya data yang diamati nilainya lebih rendah dari biasanya dan membentuk pola yang hampir sama hanya saja pola yang terbentuk lebih condong kebawah seperti terjadi patahan. Untuk mengatasi data error yang terjadi pada data suhu udara minimum di stasiun klimatologi Baranangsiang adalah dengan memisahkan data error saat mulai terjadi patahan. Kemudian data yang sudah terpisah (X1) dicari rata-ratanya dan begitu pula dengan data error yang sudah terpisah (X2), setelah keduanya sudah dirata-ratakan maka dicari selisih antara X1 dengan X2 yang kemudian nilai selisih tersebut menjadi faktor penambah pada nilai X2. jika nilai X2 sudah ditambahkan dengan nilai selisih antara X1 dan X2 maka gabungkan kembali dengan X1 yang selanjutnya dibentuk grafik untuk memastikan bahwa nilai error tersebut sudah terkoreksi dengan benar.

Suhu Udara (˚C))

30.0

25.0

20.0

15.0 0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

Hari ke

Gambar 10 Grafik data suhu udara minimum yang terkoreksi Gambar 10 di atas memperlihatkan bahwa data error pada data suhu udara minimum telah terkoreksi. Patahan pada data suhu udara minimum telah terangkat sejajar dengan pola suhu udara minimum sebelum dan setelah terjadi patahan. Jika data error sudah terkoerksi maka data suhu udara minimum tersebut sudah dapat digunakan untuk uji lanjutan dalam berbagai keperluan.

12 Radiasi Matahari Radiasi surya merupakan unsur iklim dan cuaca utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarak antara matahari dan bumi, panjang hari dan sudut datang, dan pengaruh atmosfer bumi.

14 12 10 8 6 4

2012

2011

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

0

2001

2

2000

Radiasi Matahari (MJ/m²/hari)

16

Tahun

Gambar 11 Radisi Matahari secara Musiman (dari hari ke hari) selama 13 tahun (dari bulan agustus 2000 sampai Februari 2013) Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat bervariasi menurut tempat dan waktu. Penerimaan radiasi surya menurut tempat disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Menurut waktu perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (dari pagi sampai sore hari) maupun secara musiman (dari hari ke hari) (Handoko 1994). Distribusi radiasi surya yang tidak merata di muka bumi adalah penyebab utama timbulnya cuaca dan iklim. Selain itu, energi surya itu sendiri merupakan suatu unsur vital iklim. Perbedaan penerimaan radiasi di stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang yaitu secara musiman (dari hari ke hari). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 11. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa aktivitas Matahari mempengaruhi perubahan suhu permukaan bumi. Radiasi surya berkorelasi positif dengan suhu udara. Semakin besar radiasi surya maka semakin tinggi pula suhu udara sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar 5, bahwa suhu udara semakin tinggi seiring dengan semakin besarnya radiasi yang di terima.

13

Suhu Udara (°C))

40.0

35.0

30.0

y = 0.4159x + 27.09 R2 = 0.599

25.0

20.0

0 0

5

10

15

20

25

Radiasi Matahari (MJ/m²/Hari)

Gambar 12 Korelasi Akumulasi Radisi Matahari harian dengan Suhu Udara Maksimum selama 13 tahun (dari bulan agustus 2000 sampai Februari 2013) Total radiasi matahari yang dikorelasikan dengan suhu udara maksimum memperlihatkan bahwa semakin besar radiasi matahari yang diterima permukaan bumi maka semakin besar pula suhu udaranya. Namun, pada penelitian ini tidak akan membahas pengaruh radiasi surya terhadap suhu udara.

Suhu Udara (°C))

40.0

35.0

30.0 y = 0.4315x + 26.93

25.0

20.0 0 0.00

R2 = 0.3863

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Radiasi Matahari (MJ/m²/Hari)

Gambar 13 Korelasi Akumulasi Radisi Matahari yang Rendah dengan Suhu Udara Maksimum selama 13 tahun pada hari tidak ada hujan Sehingga untuk melihat pengaruh aktivitas lalu lintas terhadap suhu udara di stasiun observasi Baranangsiang harus dilakukan normalisasi terhadap data radiasi surya, yaitu dengan memisahkan data radiasi yang rendah kemudian dihubungkan dengan data suhu udara maksimum. Hasil yang diperoleh dapat dilihat seperti gambar 13. Pada radiasi yang rendah seharusnya suhu udara akan rendah pula. Namun, dari gambar 13 terlihat bahwa suhu udara maksimum tetap tinggi saat menerima

14 radiasi yang rendah. Hal tersebut mengartikan bahwa ada pengaruh lain yang mempengaruhi nilai suhu udara yang teramati di stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang Bogor. Karena letak stsaiun pengamatan tersebut berada di pinggir jalan Padjadjaran, maka dapat diasumsikan bahwa hal yang mempengaruhi nilai suhu udara yang teramati ialah aktivitas lalu lintas di jalan tersebut. Suhu Udara Suhu atau temperatur diartikan sebagai ukuran mengenai panas atau dinginnya sebuah benda. Menurut hukum termodinamika 0 “jika dua system berada dalam keseimbangan thermal dengan system ketiga, maka mereka berada dalam kesetimbangan thermal satu sama lain”, oleh karena itu dapat di definisikan suhu merupakan sifat sistem yang menentukan apakah system berada dalam keadaan kesetimbangan thermal. Suhu juga dapat didefinisikan sebagai ukuran energi kinetik rata-rata dari gerakan molekul-molekul. Makin tinggi temperatur, menurut teori kinetik, makin cepat molekul bergerak rata-rata (Giancoli 2001). Menurut Nasir (1980) suhu merupakan tingkat kemampuan benda dalam hal memberikan atau menerima panas. Suhu udara merupakan unsur cuaca yang dapat mempengaruhi unsur cuaca lainnya seperti kelembaban, curah hujan, tekanan udara, arah angin dan lain sebagainya. Maka dari itu, harus diketahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahahan suhu udara. Suhu udara bervariasi berdasarkan tempat dan waktu. Berdasarkan tempat ialah dipengaruhi oleh letak lintang dan topografi. Berdasarkan waktu ialah berupa musiman (dari musim ke musim atau dari hari ke hari). Menurut Handoko (2004), variasi suhu musiman atau tahunan digambarkan oleh suhu rata-rata harian yang berbeda dari hari ke hari. Untuk keperluan operasional Klimatologi di Indonesia, khususnya bagi stasiun yang beroperasi kurang dari 24 jam sehari. Pada gambar 7 dapat dilihat rata-rata suhu udara harian yang teramati oleh stasiun klimatologi Baranangsiang Bogor selama tiga belas tahun.

Rata-rata Suhu Udara Harian

Suhu Udara (˚C))

26.2

26.0

25.8

25.6 Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jum'at

Sabtu Minggu

Hari Gambar 14 Rata-rata suhu udara harian selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

15

Data suhu tertinggi yang tercatat di stasiun klimatologi Baranangsiang ialah pada hari jum’at. Hal ini sesuai dengan jumlah hari libur terbanyak pada hari kerja yaitu hari jum’at seperti yang dapat dilihat pada tabel 2. Data hari libur dihari kerja terbanyak selanjutnya ialah hari kamis dan biasanya pada hari jum’atnya akan dijadikan hari cuti bersama sehingga menjadi libur akhir pekan yang panjang. Hal tersebut biasanya dimanfaatkan banyak orang untuk pergi berlibur ke tempat-tempat wisata. Bogor yang memiliki tempat wisata yang relativ banyak sering menjadi incaran objek wisata bagi masyarakat sekitar Bogor seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, dan lain sebagainya. Jumlah volume kendaraan akan meningkat ketika hari libur tiba sehingga aktivitas lalu lintas pun akan semakin sibuk dan padat. Begitu pula jalan raya Padjadjaran yang terdapat didepan stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang. Dengan semakin sibuknya aktivitas jalan Padjadjaran maka akan mempengaruhi data suhu udara yang diamati di stasiun klimatologi tersebut. Tabel 2 Data jumlah hari libur yang terdapat dihari kerja selama tiga belas tahun Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at

Jumlah Hari libur 33 25 25 35 44

Rata-rata Suhu Udara Maksimum

Suhu Udara (˚C))

31.2

31.0

30.8

0 30.6 senin

selasa

rabu

kamis

jum'at

sabtu minggu

Hari Gambar 15 Perbandingan data rata-rata suhu udara maksimum Suhu udara maskimum untuk wilayah Indonesia merupakan suhu udara paling maksimum yang teramati yang biasanya terjadi pada siang hari sekitar pukul 13.00 hingga pukul 14.00 waktu setempat. Rata-rata suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada hari sabtu dan minggu yang merupakan akhir pekan dan hari libur. Suhu udara maksimum tertinggi yang teramati di stasiun Klimatologi Baranangsiang hampir sama dengan suhu tertinggi yang teramati pada pukul 13.30 pada grafik gambar 18.

16 Rata-rata suhu udara minimum di stasiun klimatologi Baranangsiang yang terendah ialah hari senin dan tertinggi ialan hari minggu. Suhu udara minimum diamati ketika suhu udara mencapai titik minimumnya yaitu pada malam hari ketika permukaan bumi tidak menerima radiasi matahari lagi. Pada malam hari permukaan bumi akan melepaskan panas ke atmosfer sehingga suhu udara dipermukaan bumi akan menurun.

Rata-rata Suhu Udara Minimum

Suhu Udara (˚C))

22.4

22.2

22.0

0 21.8 senin

selasa

rabu

kamis

jum'at

sabtu minggu

Hari Gambar 16 Perbandingan rata-rata suhu udara minimum selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor Kegiatan transportasi merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam menunjang pertumbuhan pembangunan dalam segala bidang. Keberhasilan sektor transportasi dapat dilihat dari kemampuannya dalam menunjang peningkatan ekonomi nasional, regional, maupun lokal. Permintaan masyarakat terhadap transportasi cenderung meningkat setiap tahunnya. Gejala yang timbul dari kondisi ini adalah tingkat mobilitas individu yang cukup tinggi. Dalam proses tersebut secara alamiah telah terjadi pergerakan yang merupakan inti dari proses transportasi (Arief 2012). Kota Bogor yang berdekatan dengan ibukota Negara menjadi salah satu wilayah yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan yang tengah berkembang pesat di Kota Bogor ialah kegiatan industri pengolahan. Keberadaan sektor industri pengolahan di Kota Bogor menjadi sektor yang potensial bagi perekonomian. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya masyarakat sekitar Bogor yang bekerja di Bogor. Menurut Suharyono (2004) dalam Sumarawati (tanpa tahun), kepadatan lalu lintas adalah waktu dimana kendaraan bermotor yang melewati jalan raya menjadi lebih padat yang disebabkan oleh penambahan jumlah pengguna jalan seiring dengan aktivitasnya seperti dimulainya jam masuk sekolah untuk pelajar dan jam masuk kerja untuk pegawai pada pagi hari, selesainya jam sekolah dan adanya waktu istirahat kerja untuk pekerja pada siang hari, dan selesainya waktu kerja untuk para pekerja pada sore harinya.

17

Rata-Rata Suhu Udara Pukul 7.30

Suhu Udara(˚C))

24.4

24.2

24.0

23.8 0 senin

selasa

rabu

kamis

jum'at

sabtu minggu

Hari Gambar 17 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 7.30 selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor Pukul 7.30 merupakan waktu keberangkatan sekolah dan kerja para pegawai sehingga aktivitas lalu lintas menjadi lebih padat. Suhu udara tertinggi pada pukul 7.30 terjadi pada hari senin yang merupakan awal hari kerja setelah libur akhir pekan. Masyarakat yang berasal dari luar Kota Bogor banyak yang memilih hari senin pagi atau minggu sore untuk berangkat menuju Bogor. Namun, pada minggu pagi biasanya para pegawai enggan untuk kemana-mana dan memilih untuk beristirahat sehingga pada hari minggu pukul 7.30 aktivitas lalu lintas cenderung lebih lengang.

Rata-rata Suhu Udara Pukul 13.30

Suhu Udara (˚C))

30.2

30.0

29.8

29.6 0 senin

selasa

rabu

kamis

jum'at

sabtu minggu

Hari Gambar 18 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 13.30 selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor Biasanya pegawai dan pelajar yang berasal dari luar kota Bogor yang berdomisili di Bogor memilih berangkat ke kota Bogor pada Minggu siang atau sore. Selain itu, banyaknya para pengunjung tempat rekreasi di Bogor memilih pulang pada hari minggu siang hingga sore. Hal inilah yang menjadi penyebab tingginya rata-rata suhu udara pada hari minggu pukul 13.30 dan 17.30 seperti

18 yang terlihat pada grafik gambar 18 dan 19 karena aktivitas lalu lintas semakin bertambah seiring dengan bertambahnya aktivitas para pengguna jalan. Dapat di asumsikan bahwa pada sore hari sebagian orang memilih untuk pergi ke pusat perbelanjaan. Letak kampus IPB Baranangsiang yang berdampingan dengan pusat belanja Botani Square di manfaatkan sebagian orang untuk melepas penat setelah seharian bekerja dan menunggu kondisi lalu lintas sampai lengang.

Rata-rata Suhu Udara Pukul 17.30

Suhu Udara (˚C))

27.0

26.8

26.6

26.4 0 senin

selasa

rabu

kamis

jum'at

sabtu minggu

Hari Gambar 19 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 17.30 selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor Siang hari yang menjadi waktu pulang sekolah untuk pelajar dan waktu istirahat untuk pegawai menyebabkan aktivitas lalu lintas menjadi lebih padat. Sehingga pada hari kerja suhu udara relatif sama setiap harinya seperti yang terlihat pada gambar 18. Sore hari merupakan waktu pulang kerja bagi pegawai. Namun, tidak semua pegawai memiliki waktu pulang kerja yang sama. Adakalanya sebagian orang memutuskan untuk lembur atau memutuskan untuk tidak segera pulang untuk menghindari kepadatan lalu lintas. Untuk lebih memastikan bahwa data suhu udara di stasiun klimatologi Baranangsiang telah dipengaruhi oleh aktivitas lalu lintas dengan indikator hari kerja dan hari libur, maka data selama tahun terakhir akan dibandingkan dengan data suhu udara yang diperoleh dari pengamatan otomatis menggunakan AWS (Automatic weather Station) oleh BMKG. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 1 yang berupa tabel rata-rata suhu udara menggunakan AWS dan lampiran 2 berupa grafik perbandingan antara data otomatis dengan data manual. Pada grafik perbandingan suhu udara maksimum terlihat bahwa suhu udara tertinggi yang diamati oleh AWS adalah hari sabtu dan minggu yang merupakan hari libur. Begitu pula pada suhu udara maksimum yang diperoleh dengan observasi manual bahwa yang tertinggi adalah terjadi pada hari sabtu dan minggu walaupun perbedaannya tidak terlalu signifikan.hal tersebut serupa dengan garfik perbandingan pada observasi pukul 13.30 dan 17.30. Grafik suhu udara minimum, pada hari kerja cenderung lebih tinggi yang hamper serupa dengan pengamatan pada pukul 7.30.

19 Hasil analisis data rata-rata suhu udara maksimum, minimum dan tiga waktu pengamatan menujukkan bahwa aktivitas jalan raya Padjadjaran dengan indikator hari kerja dan hari libur telah mempengaruhi suhu udara yang diamati di stasiun tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan perbedaan antara nilai rata-rata suhu udara lebih besar dari nilai ketelitian alat pengukurannya. Dengan demikian, aktivitas lalu lintas di Bogor telah mempengaruhi karakter suhu udara pada stasiun klimatologi Baranangsiang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Radiasi matahari memiliki pengaruh terhadap suhu udara maksimum, sehingga untuk melihat pengaruh aktivitas lalu lintas terhadap suhu udara di stasiun observasi Baranangsiang harus dilakukan normalisasi terhadap data radiasi surya. Perbedaan nilai rata-rata suhu udara terlihat baik pada suhu udara maksimum maupun pada suhu udara pengamatan pagi hari, siang hari, dan sore hari. Perbedaan suhu udara hasil analisis lebih besar dari nilai ketelitian alat ukur yang digunakan, yaitu dengan ketelitian pada termometer bola kering untuk mengukur suhu udara aktual sebesar 0.25 0C dengan perbedaan rata-rata suhu udara sebesar 0.3 0C. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas lalu lintas dengan indikator hari kerja dan hari libur di Bogor telah mempengaruhi karakter suhu udara pada stasiun observasi klimatologi Baranangsiang. Saran Dalam penelitian ini koreksi data pagi, siang, dan sore belum dikoreksi dengan data 10 menitan satu tahun terakhir. Kajian mengenai kerapatan lalu lintas dengan waktu mungkin dapat melihat dampak aktivitas lalu lintas tehadap suhu udara di stasiun pengamatan klimatologi.

DAFTAR PUSTAKA Alphamas Mandiri. 2013. Termometer Bola Basah dan Bola Kering & Termometer Maksimum dan Minimum. [internet]. [diunduh 20 September 2013]. Tersedia pada http://www.alphamas.co.id/index.php?page=shop.product_details&product _id=38&flypage=flypage.tpl&pop=0&option=com_virtuemart&Itemid=27. [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2008. Alat-alat Klimatologi Konvensional. Staklim Banjarbaru. [internet]. [diunduh 20 September 2013]. Tersedia pada http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/alat-alatklimatologi-konvensional/.

20 Doorenbos J. 1976. Agrometeorological Field Stasions. Irrigation and Drainage Paper No. 27 FAO. Rome. Giancoli DC. Hanun Y, penerjemah. Hilarius W, editor. 2001. Fisika Edisi ke Lima, Jilid I. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Physics Principles with applications. Handoko. 1993. Pembuatan Alat-alat Pengukur Lingkungan Fisik Iklim. Makalah seminar. Jurusan GEOMET-FMIPA, IPB. Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Holton JR. 1979. An Introduction to Dynamic Meteorology. 2nd ed. Academic Press. New York-London. 391pp. [KNMI] Koninklijk Nederlands Meteorologisch Institut. 2000. Buku Pegangan untuk Observasi Meteorologi. Koninklijk Nederlands Meteorologisch Institut. Nas JM Peter. 2007. Kota-Kota Indonesia. Gadjah Mada Unerversity Press. Nasir AA dan Manan ME. 1980. Alat-alat Pengukur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian. Faperta-IPB. Sumarawati T. . Pengaruh Kepadatan Lalu Lintas pada Jam Puncak terhadap Kandungan Gas Karbon Monoksida (CO) di Jalan Raya Kaligawe Semarang. Fakultas Kedokteran Universilas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Wallace JM and Hobbs PV. 1977. Atmospheric science: an Introductory Survey. Academic Press. New York-San Fransisco-London. 467pp.

21 Lampiran 1 Data Rata-rata Suhu Udara Tiga Belas Tahun Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu

Maksimum 31.0 31.0 31.0 31.0 31.0 31.0 31.0

Minimum 22.1 22.2 22.2 22.2 22.2 22.3 22.3

7.30 24.2 24.2 24.1 24.2 24.2 24.2 24.0

13.30 30.0 29.9 30.0 30.0 30.0 30.0 30.1

17.30 26.9 26.9 26.9 26.8 26.8 26.9 27.0

Rata-rata 26.0 25.9 26.0 26.1 26.2 26.0 26.0

Lampiran 2 Data Rata-rata Suhu Udara AWS BMKG Tahun 2012-2013 Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu

Maksimum Minimum 31.9 18.9 32.3 19.0 32.5 18.8 32.7 18.7 32.2 18.7 33.3 18.8 32.9 19.0

Pukul 7.30 22.0 21.8 21.6 21.8 21.6 21.8 21.9

Pukul 13.30 31.3 30.9 31.1 31.2 30.8 31.5 31.3

Pukul 17.30 24.8 25.3 24.6 25.3 24.8 26.0 25.2

Lampiran 3 Grafik Perbandingan Suhu Udara Tahun 2012-2013 (a) AWS BMKG, (b) Manual Suhu Udara Maksimum 31.8

33.2 33.0

31.6

Suhu Udara (˚C))

Suhu Udara (˚C))

Suhu Udara Maksimum 33.4

32.8 32.6 32.4 32.2 32.0 31.8

31.4 31.2 31.0 30.8 30.6 30.4 30.2

31.6

30.0 senin

selasa

rabu

kamis

Hari

(a)

jum'at

sabtu

minggu

senin

selasa

rabu

kamis

Hari

(b)

jum'at

sabtu

minggu

22 Suhu Udara Minimum

Suhu Udara Minimum 21.8

19.2

21.6

Suhu Udara (˚C))

Suhu Udara (˚C))

19.0 18.8 18.6 18.4 18.2 18.0 17.8 17.6

21.4 21.2 21.0 20.8 20.6 20.4 20.2

17.4

20.0 senin

selasa

rabu

kamis

jum'at

sabtu

minggu

senin

Hari

selasa

rabu

(a) Suhu Udara Pukul 7.30

minggu

sabtu

minggu

23.6

Suhu Udara (˚C))

Suhu Udara (˚C))

sabtu

Suhu Udara Pukul 7.30

23.8

22.0 21.8 21.6 21.4 21.2 21.0

23.4 23.2 23.0 22.8 22.6

20.8

22.4

20.6

22.2

20.4

22.0 senin

selasa

rabu

kamis

jum'at

sabtu

minggu

senin

Hari

selasa

rabu

kamis

jum'at

Hari

(a)

(b)

Suhu Udara Pukul 13.30

Suhu Udara Pukul 13.30

30.6

31.6

30.4

Suhu Udara (˚C))

31.4 31.2 31.0 30.8 30.6 30.4 30.2 30.0

30.2 30.0 29.8 29.6 29.4 29.2 29.0

29.8

28.8

senin

selasa

rabu

kamis

jum'at

sabtu

minggu

senin

selasa

rabu

kamis

Hari

jum'at

sabtu

minggu

sabtu

minggu

Hari

(a)

(b) Suhu Udara Pukul 17.30

Suhu Udara Pukul 17.30 26.2

27.8

26.0

27.6

Suhu Udara (˚C))

Suhu Udara (˚C))

jum'at

(b)

22.2

Suhu Udara (˚C))

kamis

Hari

25.8 25.6 25.4 25.2 25.0 24.8 24.6

27.4 27.2 27.0 26.8 26.6 26.4 26.2

24.4

26.0 senin

selasa

rabu

kamis

Hari

(a)

jum'at

sabtu

minggu

senin

selasa

rabu

kamis

Hari

(b)

jum'at

23

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 5 Januari 1990 dan merupakan putri ke empat dari pasangan Bapak Arban dan Ibu Siti Aminah. Penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Kopo Serang pada tahun 2005 serta menyelesaikan pendidikan menengah akhir di Pondok Pesantren Modern Daar El-Azhar Rangkasbitung pada tahun 2009. Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi IPB program Mayor melalui jalur BUD Kemenag RI dalam program Peserta Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) dengan memilih program Studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama masa perkuliahan penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi seperti, staf divisi minat bakat CSS MoRA (Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs) IPB periode 2010-2011 sebagai penanggung jawab bimbingan belajar (bimbel), himpunan profesi departemen Geofisika dan Meteorologi di staf kewirausahaan pada tahun 2010-2011. Dunia pendidikan juga merupakan salah satu kegiatan yang mewarnai aktivitas penulis. Pengajar privat mata pelajaran Matematika dan Biologi SMP dan SMA pernah penulis tekuni pada tahun 2010 – 2012. Selain itu, penulis juga mengajar di beberapa lembaga bimbingan belajar di sekitar Bogor dari tahun 2010 hingga 2012 dan menjadi pengajar di Pondok Pesantren Modern Daar El-Azhar Rangkasbitung Lebak Banten pada tahun 2012. Aktivitas penulis di tingkat akhir masa perkuliahannya adalah berwirausaha pakaian batik di daerah Bogor dan Rangkasbitung.