MASYARAKAT MULTIKULTURAL : STUDI TENTANG INTERAKSI

Download digambarkan dalam bentuk kata (gorda, 1997 : 113-114). 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1. Faktor-Faktor Penyebab Ter...

2 downloads 256 Views 147KB Size
MASYARAKAT MULTIKULTURAL : STUDI TENTANG INTERAKSI SOSIAL ANTARA MASYARAKAT ETNIS BALI DAN ETNIS SASAK DI KOTA AMLAPURA Ida Bagus Wicaksana Herlambang, I Gst Pt. Bagus Suka Arjawa, Ni Luh Nyoman Kebayantini Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Email : [email protected], [email protected],

ABSTRAK The writing of this paper is urged by the issue that is related with the multicultural society in Bali and social interaction between the ethnics especially the relation between Bali ethnic and Sasak ethnic society that has occured in such long time. This research aims at: To recognize the factors that cause the social interaction happens; To describe the form of social interaction; To recognize the implication in the social life of society. The kind of data used is qualitative and quantitative, meanwhile the data source is primary and secondary data. The technic of collecting data is observation, deep interview, and library study. The determination of informen is by using base informen and key informen. The collected data is analysed by using the qualitative analysis method. In the analysis of the research it is found that the factors cause social interaction between Bali ethnic and Sasak ethnic society in Amlapura city are imitation, suggestion, identification, sympathy. Meanwhile the form of social interaction is associative and dissociative. The implication of social interaction leads to the forming of jagabaya, empowering simakrama, and other form of gathering. Keyword: multicultural society and social interaction.

1. PENDAHULUAN Keberadaan

budayanya sendiri sehingga sulit mengalami masyarakat

perubahan. Apa yang ditengarai Furnival dan

Indonesia

Geertz bahwa kemajemukan dan pluralitas

sebagai masyarakat majemuk sampai masa reformasi budaya

terlihat tetap

jelas

dalam

terintegrasi

budaya masyarakat di Indonesia merupakan

pluralisme

dalam

kendala krusial dalam merekatkan integrasi

bingkai

nasional (Rajab : 1996 :4-5). Kecenderungan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Furnival pernah

menyatakan

bahwa

konflik yang bernuansa sara semakin sering

masyarakat

terjadi di masa reformasi seolah-olah terjadi

majemuk dengan pluralitas budayanya akan

pembiaran oleh negara. Padahal reformasi

selalu menimbulkan konflik kepentingan antar kelompok.

Bahkan

Geertz

adalah era pembaharuan, yakni membangun

menambahkan

Indonesia

pengelompokan masyarakat Indonesia atas

akan

masing-masing

menggunakan

acuan

dengan

cita-cita

Isu terkait tentang multikultural di Bali

berkomunikasi satu dengan lainnya, maupun karena

sesuai

reformasi.

dasar ikatan primordial sangat sulit dalam berbaur

baru

kelompok

dan interaksi sosial antar umat beragama

kerangka

khususnya relasi antara masyarakat Etnis Bali

1

dan etnis Sasak sudah berlangsung lama. Di

Sejarah,

dalam proses panjang tersebut biasanya pola

gamblang menggambarkan tentang kehidupan

hubungan

Dinamika

masyarakat multikultural di Bali dari berbagai

hubungan antar dua kelompok berbeda etnis

perspektif baik sejarah, antropologi, demografi,

dan

secara

politik, dan sosiologi. Rasa toleransi dan sikap

integratif penuh keharmonisan namun tidak

apresiatif antara etnis Bali yang beragama

menapikan

sentimen,

Hindu dan etnis Sasak yang beragama Islam

ketegangan dan konflik. Keterkaitan relasi dan

telah mencerminkan terwujudnya masyarakat

interaksi antara masyarakat etnis Bali dan

multikultural di Bali. Adapun perbedaan dalam

etnis Sasak coba digali untuk mengetahui

penelitian tersebut adalah Ardana dkk lebih

apakah relasi interaksi sosial yang terjadi

menekankan tentang kehidupan masyarakat

antara masyarakat etnis Bali dan etnis Sasak

multikultural di Bali dari berbagai perspektif

di Kota Amlapura sebagai proses asosiatif

dan proses sejarah yang panjang. Sedang

atau disosiatif sesuai dengan pemikiran Gillin

persamaannnya yakni sama-sama membahas

& Gillin (2011 : 58-63)

masyarakat

multikultural

kehidupan

bermasyarakat

2.

mengalami

agama

kadang

dinamika.

berlangsung

mengarah

kepada

KAJIAN PUSTAKA Will

Kymlicka

Migrasi

dan

secara

Integrasi

terkait

tentang

antar

umat

beragama. Manfaat yang dapat diperoleh dari dalam

bukunya

penelitian ini terkait dengan sejarah masuknya

kewargaan multikultural (2003) menyatakan

Islam di Bali dan konsep multikultural yang

bahwa semakin plural atau multikultural suatu

melengkapi penelitian ini.

masyarakat akan memunculkan benih-benih

Hasil penelitian Suprapto (2013) yang

konflik dan isu baru seperti minoritas nasional

sudah dibukukan dengan judul “Semerbak

dan etnis, menuntut pengakuan dan dukungan

Dupa di Pulau Seribu Majid : Kontestasi,

terhadap identitas sosial mereka. hasil dari

Integrasi dan Resolusi Konflik Hindu-Islam”.

kegiatan ini dapat dijadikan refrensi untuk

Hasil

membedah pluralisme masyarakat Indonesia

dinamika interaksi sosial yang terjadi antara

meski harus lebih hati-hati menggunakannya.

masyarakat etnis Sasak dengan masyarakat

Pokok

kymlica

etnis Bali di Lombok. Hubungan harmonis dan

pada

toleransi antar masyarakat etnis Sasak dan

masyarakat di kawasan Eropa dan Amerika

etnis Bali berlangsung lama dan berdinamika.

dengan berbagai isu konflik namun berbasis

Perbedaannya lokasi penelitian ini ada di

demokratis mapan sedangkan persamaannya

Lombok

yakni

menekankan

pemikiran

perbedaannya

penelitian

lebih

sama-sama

menekankan

membahas

tentang

penelitian

dan

ini

membahas

pokok pada

tentang

bahasannya

masyarakat

lebih

Hindu

di

masyarakat multikultural. Manfaat dari buku

tengah-tengah masyarakat Islam Lombok.

tersebut peneliti memperoleh konsep dan teori

Persamaannya

untuk

tentang masyarakat etnis Bali dan etnis Sasak.

membedah

masyarakat

pluralisme

Indonesia khususnya antar etnis.

sudah

Masyarakat

di

bukuan

Multikultural

dengan Bali

sama-sama

meneliti

Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat diambil teori, konsep, dan latar belakang

Ardana (dkk) (2011) dalam penelitian yang

yakni

masuknya masyarakat Islam dari Lombok ke

judul

Karangasem.

Tinjauan

2

Penelitian yang dilakukan oleh Anak Agung

Gede

Putra

Agung

(1979)

mata pencaharian, dan jumlah tempat ibadah.

yang

Sedangkan sumber data yang digunakan

berjudul : Masuknya Islam di Karangasem.

bersifat

Penelitian ini menyimpulkan bahwa masuknya

langsung dari sumber pertama, dan sumber

Islam di Karangasem awalnya melalui pantai.

sekunder yaitu sumber lain di luar sumber

Salah satu dari tempat masuknya Islam Sasak

pertama. Adapun teknik pengumpulan data

di

Ujung

yaitu observasi, wawancara mendalam, dan

Karangasem. Perbedaan penelitian ini lebih

studi pustaka. Penentuan informan ditetapkan

menekankan pada proses masuknya etnis

menjadi dua yaitu, informan pangkal adalah

Sasak

Anak Agung Gede Putra Agung sebagai

Karangasem

di

adalah

Desa

Karangasem.

persamaannya

yakni

Sedangkan

sama-sama

meneliti

primer

dan Anak

yang

sebagai

diambil

adalah

diperoleh

secara

penglingsir puri sekaligus sebagai akademisi

tentang etnis Sasak di Karangasem. Manfaat dapat

yang

penggunaan

Agung Bagus Ngurah

penguasa

penerus

Puri

Gede

informan

kunci

konsep, teori, dan relasi antara pihak puri

Karangasem.

dengan

adalah sejumlah tokoh dan warga masyarakat

masyarakat

etnis

Sasak

di

Karangasem.

etnis Bali dan etnis Sasak yang ada di Kota

Landasan dalam

Sedangkan

Agung

teori

penelitian

yang ini

dipergunakan adalah

Amlapura. Sedangkan teknik analisis data

teori

yang digunakan bersifat kualitatif dengan cara

fungsionalisme struktural yang menggunakan

mengamati, memahami dan memberi tafsir

konsep sistem ketika membahas struktur dan

tiap data atau fakta dan cendrung pada

lembaga sosial. Sistim adalah keseluruhan

pemaknaan

bagian yang saling tergandung (poloma, 1987

digambarkan dalam bentuk kata (gorda, 1997 :

: 28). Misalnya hubungan antara etnis Bali dan

113-114)

dan

pendiskripsian

yang

etnis Sasak di kota Amlapura yang saling berhubungan sehingga membentuk interaksi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

sosial yang berjalan secara damai dan aman.

4.1. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Interaksi Sosial Masyarakat Etnis Bali

3. METODE PENELITIAN Jenis

penelitian

ini

dan Etnis Sasak di Kota Amlapura

merupakan

penelitian deskriptif kualitatif dengan fokus ke

Interaksi

sosial

pada

dasarnya

masyarakat untuk menggali, mendeskripsikan

merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas

dan

sosial.

memberi

interpretasi

terhadap

hasil

Jadi

interaksi

sosial

merupakan

informasi penuturan masyarakat di lapangan.

aktivitas bertemu individu dengan individu lain,

Lokasi

kelompok

penelitian

ini

dilakukan

di

Kota

dengan

kelompok

lainnya.

Amlapura, Kabupaten Karangasem, Provinsi

Pertemuan tersebut dapat berbentuk tegur

Bali. Jenis data yang digunakan adalah data

sapa,

kualitatif yaitu informan atau keterangan dari

mengunjungi,

tokoh dari Puri Karangasem dan data kuantitaf

dikatakan

adalah hasil dari pengukuran atau perhitungan

interaksi sosial (Soekanto, 2004 : 61). Konsep

dari jumlah penduduk, tingkat pendidikan,

interaksi sosial tersebut coba dikaitkan dengan

3

pertemanan,

jabat

maupun

sudah

tangan,

saling

kerja

bakti

dapat

melakukan

atau

terjadi

hubungan masyarakat Etnis Bali dan etnis

Nyama Islam (saudara yang Islam). Bahkan

Sasak di Kota Amlapura. Biasanya kontak

jika diibaratkan agama Hindu menyebut agam

sosial

dalam

Islam sebagai agama suci, sedangkan agama

hubungan saling mengunjungi pada saat

Islam menyebut agama Hindu sebagai agama

upacara keagamaan baik hari raya Lebaran,

Tirta

berbuka puasa, sunatan, hari raya Galungan,

penghargaan

maupun upacara lainnya seperti perkawinan

terhadap perbedaan agama.

dan

terjadi

secara

kematian.

langsung

Dalam

bidang

kesenian

seseorang

komunikasi antara masyarakat Islam dengan bahasa

Bali

masih

sedangkan

dan

karena

menterjemahkan memainkan

membaca isi

gamelan

aksara

Bali,

lontar,

serta

dapat

Bali/

alat

musik

diterima

sikap

dan

otoriter.

Pendorong

kuat

yang

dasar agar pendatang Islam Sasak berbaur dengan

masyarakat Islam yang bernama Haji Hasyim mampu

dapat

Kerajaan Karangasem telah meletakan dasar-

kefasihan

menggunakan bahasa Bali. Bahkan ada tokoh Ahmad

mereka

Sasak melakukan interaksi sosial di sebabkan

sulit mengenal mereka apakah mereka orang Hindu

penghormatan

menyebabkan masyarakat Etnis Bali dan etnis

campuran (Bali dan Lombok). Kadang-kadang atau

begitulah

orang tersebut sangat dihormati, berwibawa,

sesama

mereka (Islam Lombok) menggunakan bahasa

Islam

dan

suci)

pandangannya terhadap pihak lain biasanya

menggunakan

dengan

berarti

Faktor sugesti dapat berlangsung jika

termasuk dalam bahasa komunikasi. Biasanya Hindu

juga

4.1.2 Faktor Sugesti

perjumpaan dan akulturasi terjadi secara alami

masyarakat

(yang

penduduk

asli

Karangsem.

orang-orang Etnis Sasak datang

ke

(Lombok)

Karangasem

pemukimannya

sudah

diatur

Bagi yang

biasanya oleh

Raja

Karangasem. Mereka diberikan suatu wilayah

tradisional Bali.

sebagai tempat, yaitu di sekitar wilayah

Biasanya proses interaksi berlangsung

Kerajaan Karangasem. Pemukiman tersebut

berdasarkan faktor imitasi, sugesti, identifikasi,

kemudian

dan simpati

perkampungan Islam Sasak. Secara politis

4.1.1 Faktor Imitasi

pemukiman tersebut diatur sedemikian rupa,

Faktor

imitasi

memiliki

yaitu

peranan

dikenal

mengelilingi

Karangasem.

penting dalam proses interaksi sosial dimana

dengan

atau

Maksudnya

sebutan

mengitari adalah

Puri

sebagai

benteng pertahanan dari serangan musuh.

seseorang dapat didorong untuk mematuhi

4.1.3 Faktor Identifikasi

kaidah-kaidah atau norma yang berlaku dan dapat pula berbuat negatif menyimpang dari

Faktor

norma-norma tersebut. Bagi masyarakat Hindu

keinginan

kepercayaan dan keyakinan terhadap ajaran

identifikasi

dalam

diri

merupakan

seseorang

untuk

menyamakan diri dengan pihak lain biasanya

agamanya diaplikasikan dalam sikap dan

proses

perbuatan menyama beraya (bersaudara dan

identifikasi

berlangsung

dengan

sendirinya baik sadar maupun tidak sadar

berteman) baik dengan sesamanya maupun

mereka memerlukan panutan dalam proses

orang yang berbeda keyakinan. Sikap orang

kehidupannya.

Bali menganggap orang Islam dengan sebutan

Toleransi

dan

adaptasi

terhadap lingkungan ditunjukan oleh etnis

4

4.2

Sasak dalam gotong royong bersama dan

Bentuk

Interaksi

Sosial

Antara

turut hadir dalam rapat atau sangkepan yang

Masyarakat Etnis Bali dan etnis Sasak

di adakan oleh desa adat. Mereka juga ikut

di Kota Amlapura

serta dalam menjaga keamanan lingkungan

Jika mengacu pada teori Gillin dan

atau sebagai pecalang pada saat hari raya

Gillin (Soekanto, 2004 : 71-76 dan Bungin,

nyepi dan melakukan patroli bersama di

2011 : 58-62) bahwa dalam setiap interaksi

wilayah banjar dan desa. Dan baru-baru ini

sosial akan menimbulkan dua macam proses

sudah di resmikan jagabaya yang merupakan organisasi

dalam

bidang

keamanan

lingkungan

dengan

struktur

anggotanya

sosial yakni proses yang bersifat asosiatif dan proses yang bersifat disosiatif.

4.2.1 Interaksi Sosial Asosatif

merupakan masyarakat dari lintas agama.

Proses

Untuk saat ini jagabaya diketuai oleh I Gusti Raka yang juga merupakan ketua umum dari

Kerjasama,

Pawongan yang merangkul pecalang dan

Asimilation

jagabaya. I Gusti Raka membagi tugas dari

4.2.1.1

kedua organisasi keamanan tersebut, untuk pecalang

lebih

pada

tugas-tugas

di

tugaskan

untuk

ketika

pengjagaan

merupakan

dan

Cooperation (kerjasama)

masing-masing

pihak

memiliki

kepentingan-kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran untuk bekerjasama

4.1.4 Faktor Simpati simpati

Accomodation,

merupakan proses sosial yang muncul

umum, menertibkan parkir, dan sebagainya. Faktor

meliputi

Cooperation

yang

berkaitan dengan kesakralan sedangkan untuk jagabaya

asosiatif

dalam mencapai kepentingan tersebut.

proses

dimana seseorang merasa tertarik dengan

Berdasarkan pelaksanaannya, kerjasama

pihak

memiliki beberapa bentuk yakni :

lain

dalam

proses

ini

perasaan

1.

meemegang peran penting meski faktor utama pada

simpati

adalah

keinginan

untuk

Bentuk interaksi sosial yang bersifat

memahami pihak lain dalam bekerjasama

Co-optation merupakan penerimaan unsur-

dengannya. Faktor perkawinan antara orang

unsur

Bali Hindu dengan orang Islam Sasak telah membentuk

dan

merekatkan

maksimal

setelah

masing-masing

kerukunan

stabilitas

antar

umat

para pemeluk agama untuk saling memahami, toleran, dan saling menghargai kepercayaan

agama masing-masing. Ikatan kekerabatan upacara

dan

menciptakan

umat beragama (FKUB). Forum ini mengajak

lari (Melaibang) dan melalui proses upacara setelah

untuk

beragama terbentuk melalui forum kerukunan

Proses perkawinan biasanya dilakukan kawin

terbentuk

baru

keamanan

kekerabatan

sehingga terjadi interaksi sosial lebih intensif).

mulai

Co-optation

serta keyakinan umat beragama. Setiap tahun

selesai

FKUB mengadakan sosialisasi ke sekolah-

telah

sekolah

memiliki anak sehingga jika ada upacara adat

menyampaikan

hubungan

mereka saling mengundang dan menghadiri

Pengenalan

upacara tersebut baik saat upacara metatah

Etnis

Bali

sejarah

tentang dan

sejarah

etnis

tersebut

Sasak.

diharapkan

mampu bersikap toleran terhadap hubungan

(potong gigi) atau sunatan.

antar umat beragama di kota Amlapura.

5

2.

Coalition

dagangan

coailtion merupakan kerjasama yang dilakukan dua

organisasi

atau

lebih

Proses

Kerajaan

Karangasem.

pihak

Masyarakat

Islam

wilayah

sosial

norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat (2) Suatu proses yang sedang

Kerajaan

berlangsung untuk meredakan pertentangan yang terjadi di masyarakat baik pertentangan

Bali. Kerjasama tersebut berlanjut sampai

yang terjadi diantara individu, kelompok, dan

sekarang namun dalam konteks menjaga

masyarkat. Adapun bentuk2 Accomodation

keamanan wilayah Desa Pakraman yakni

terkait dengan hasil penelitian di lapangan

sebagai pecalang dan jagabaya. Sebagai

antara masyarakat Etnis Bali dan etnis Sasak

pecalang umat Hindu dan umat Islam ikut

sebagai berikut.

bergabung menjaga keamanan, berkeliling di

1.

wilayah desa dan banjar.

Compromise Bentuk Accomodation yang bersifat

Bargaining

compromise yakni bentuk akomodasi yang

Bentuk interaksi sosial yang bersifat bargaining

proses

dalam masyarakat yang dibingkai oleh norma-

Karangasem dari serbuan kerajaan lainnya di

3.

merupakan

berbentuk

sosial antara individu dan antar kelompok

masyarakat Hindu dan bekerja sama dalam keamanan

yang

menunjukan keseimbangan dalam interaksi

Sasak di tempatkan berdampingan dengan menjaga

pihak

dengan dua makna (1) Proses sosial yang

sudah terjadi jauh sebelumnya, pada saat dengan

asosiatif

Accomodation

antara masyarakat Etnis Bali dan etnis Sasak (Sasak)

dengan

4.5.1.2 Accomodation

yang

mempunyai tujuan yang sama. Kerjasama

kedatangan Islam

berurusan

berwajib (tibum).

Bentuk interaksi sosial yang bersifat oleh

saat

merupakan

proses

dicapai antara pihak yang terlibat dapat

kerjasama

mengurangi

tutuntannya

agar

tercapai

pertukaran kepentingan, barang-barang atau

penyelesaian perselisihan. Bentuk interaksi

jasa. Bentuk interaksi tersebut terjadi pada

sosial yang bersifat compromise terjadi pada

saat jual beli di pasar tradisional antara

saat upacara nyepi. Pada saat itu seluruh

pedagang etnis Sasak misalnya (pedagang

warga tidak diperbolehkan berpergian atau

sate, cendol, buah, kain, tukang jarit, dan

bersembahyang

sebagainya) dengan pembeli masyarakat etnis

pemuka adat dan warga Hindu memberikan

Bali dan begitu pula sebaliknya. Tidak hanya

izin warga Islam untuk bersembahyang ke

sebatas pedagang dan pembeli, interaksi juga

masjid

terjadi pada sesama pedagang etnis Bali

pengeras suara pada saat sembahyang atau

dengan

saling

mengecilkan volume pengeras suara dan

memberikan rekomendasi dagangan teman

hanya didengar oleh warga yang sembahyang

atau kerabat mereka kepada pembeli yang

dalam masjid. Pada kenyataannya warga

ingin

Islam

etnis

membeli

Sasak.

Mereka

kebutuhan

sehari-hari.

keluar

terdekat

tidak

dan

rumah.

tidak

memanfaatkan

Namun

menggunakan

kesempatan

kerjasama juga terjadi ketika para pedagang

tersebut dan warga Islam memilih untuk tetap

etnis Bali dan etnis Sasak saling membantu

tinggal di

menaikkan

penghormatan terhadap masyarakat Hindu

dan

membawa

barang-barang

dalam

rumah sebagai

bentuk

yang menjalankan tapa brata penyepian.

6

kelurahan mengeluarkan peraturan baru 2.

Mediation

yang menyatakan bahwa jual beli tanah di

Kemudian bentuk akomodasi yang

lingkungan

desa

pakraman

harus

bersifat mediasi yakni akomodasi yang

sepengetahuan bendesa adat. Bahkan

dilaksanakan oleh pihak ketiga dalam

peruntukan penggunaan lahan harus seijin

menyelesaikan

permasalahan.

dan konsultasi dengan bendesa adat. Jadi

Bentuk mediasi yang pernah terjadi dan

peran bendesa adat berfungsi sebagai

dilakukan oleh para tetua adat baik dari

mediator dalam setiap jual beli tanah

warga Hindu atau Islam dalam memediasi

untuk menghindari keresahan dan konflik

keributan atau kericuhan antar generasi

dan menuju keharmonisan (Sulandjari,

muda Etnis Bali dan etnis Sasak di

2011 : 189).

Lingkungan Dangin Sema I. Peristiwa

3.

suatu

Toleration

tersebut dipicu oleh hal sepele seperti

Kemudian bentuk Accomodation yang

perebutan gadis dan pemuda mabuk

bersifat toleration yaitu bentuk akomodasi

dimana

para

biasanya

tanpa persetujuan formal. toleration kadang-

dilakukan

oleh

generasi muda Islam

kadang timbul secara tidak sadar, tanpa

pelakunya

pendatang yang baru (bukan Islam Sasak) yang

tidak

dengan

terkait

faktor

atau

berhubungan

sejarah

mediasi

lainnya

dan

menghindarkan

diri

sedapat dari

mungkin

segala

bentuk

perselisihan atau keributan. Masalah toleration

Kerajaan

sudah berlangsung lama sejak kedatangan

Karangasem. Bentuk

direncanakan

orang-orang sasak sebagai panjak tatadan

untuk

atau pengiring raja Kerajaan Karangasem.

mencegah konflik sosial terjadi dalam

Setiap ada upacara adat di puri, orang-orang

masalah alih fungsi lahan. Peristiwa jual

Islam Sasak di undang ke puri dan diwajibkan

beli lahan dan pengalihan peruntukan

menggunakan busana Islam sebagai bentuk

lahan di Lingkungan Desa Pakraman

toleransi

Karangasem dilakukan oleh masyarakat

memudahkan

Hindu

kepada

masyarakat

penjual bangunan

dan

pembeli.

tempat

ibadah

oleh

dan masyarakat Sasak yang beragama Islam.

antara

4.2.1.3 Asimilation

Munculnya baru

hidangan

hidup berdampingan antara masyarakat Hindu

sebagai tempat ibadah. Jadi tidak sesuai semula

menyiapkan

sekaligus

berlanjut dalam kehidupan masyarakat yang

dijadikan tempat pemukiman dijadikan kesepakatan

penghormatan

pihak kerajaan. Bentuk toleransi ini kemudian

pendatang

namun ternyata lahan yang seharusnya

dengan

atau

Proses

di

lingkungan masyarakat desa pakraman dikhawatirkan memantik keresahan dan

sosial

dalam

bentuk

akomodasi

lainnya

adalah

asimilasi.

Asimilasi

adalah

suatu

proses

percampuran dua atau lebih budaya yang

konflik dengan warga pendatang. Maka

berbeda, menghasilkan budaya tersendiri

sejak tahun 2004 pemerintah desa atau 7

4.2.2

yang berbeda dengan buadaya asalnya. Misalnya tari cakepung merupakan produk

Interaksi Sosial Disosiatif Interaksi sosial yang bersifat disosiatif

asimilasi budaya dan terbentuk melalui

mempunyai

proses adaptasi baik budaya Bali maupun

competition,

sumber

dan

conflict.

berupa competition dan controvertion belum

dalam cerita cakepung tersebut yang sebagai

controvertion,

berupa

Namun bentuk interaksi yang bersifat disosiatif

budaya Sasak. Sebagai bukti yang dipakai dipergunakan

bentuk-bentuk

pernah terjadi atau tidak ditemukan dalam

cerita

penelitian

adalah lontar monyeh dan dari bahasa

ini.

Sedangkan

dalam

bentuk

conflict sempat terjadi di lingkungan Dangin

Sasak, cak kepung ini dipergunakan

Sema 1, terjadi pertengkaran adu mulut antar

sebagai pendekatan dan keakraban antar

pemuda pendatang (bukan etnis Bali maupun

warga Hindu dan warga Islam (Agung,

etnis Sasak) yang sedang mabuk. Namun

2010 : 16-17). Tari cakepung ini bahkan

konflik tersebut segera di mediasi oleh orang-

sampai sekarang menjadi tari pertunjukan

orang tua lingkungan tersebut. Hal serupa juga

dan tontonan masyarakat Karangasem,

sempat terjadi bahkan sampai masuk UGD.

bahkan

menjadi

identitas

Kejadian itu terjadi pada saat hari raya Nyepi,

kesenian

ada seorang pemuda yang dengan sengaja

Karangasem. Kesenian lainnya berupa

menghidupkan sepeda motornya dan hal

rebana, rudat, wayang Sasak, tembang-

tersebut

tembang Sasak di ambil dari cerita menak serta

hikayat

tetap

Nabi

populer

ada

upacara

adat

di

Islam

seperti

Masyarakat

Puri

Kampung

Nyuling,

rebana

dari

rudat

dari

tarian

Ada beberapa implikasi sosial yang dihasilkan dari bentuk-bentuk interaksi sosial antara masyarakat etnik Bali dan etnik Sasak di kota amlapura yakni :

Kecicang, dan pencak silat dari Subagan.

1.

Semua kesenian tersebut dapat ditonton

Menurut Wayan Bagiartha (Klian Desa

yang beragama Hindu maupun Islam serta sebagai

bagian

Terbentuknya Jagabaya Di kota Amlapura

dan dinikmati oleh masyarakat umum baik diterima

warga

4.3 Implikasi Dalam Kehidupan Sosial

Karangasem raja sering menampilkan kesenian

keemosian

setempat.

di

masyarakat Hindu di Karangasem. Pada saat

memancing

Pakraman Karangasem) bahwa pengukuhan

budayanya

pecalang dan terbentuknya jagabaya sudah

sendiri (Trisila, 2002 : 16). Hubungan puri

diwacanakan sebelumnya. Dukungan tidak

dengan masyarakat Islam Sasak saat ini

hanya dari warga Hindu tetapi dari berbagai

kembali

suku dan agama berbeda. Bahkan umat Islam

terjalin

dan

mulai

dibangun

hubungan historis baik dalam bidang

dari

berbagai

kampung

seperti

Nyuling,

kesenian maupun hubungan kekerabatan.

Karang Cermen, Dangin Sema, Karang Tebu dan Karang Tohpati. Masyarakat Islam sudah menunggu sejak lama terbentuknya jagabaya (merupakan petugas keamanan lingkungan

8

5. KESIMPULAN

yang terdiri dari berbagai etnis dengan wilayah tugas baik di lapangan, banjar/kampung,

Dari hasil temuan pembahasan dapat

rumah penduduk, pura, masjid, gereja, dan

disimpulkan sebagai berikut bahawa yang

wihara) . 2.

Terjalinnya

Kembali

menjadi faktor penyebeb terjadinya interaksi

Hubungan

sosial masyarakat etnis Bali dan mayarakat

Simakrama Tidak

hanya

jagabaya,

etnis Sasak di Kota Amlapura yang paling kuat

hubungan

pengaruhnya adalah faktor sugesti dalam

simakrama (Hubungan saling mengunjungi atau

mendatangai

masyarakat

etnis

kekuasaan dan pengaruh pihak puri terhadap

Bali

masyarakat etnis

dengan etnis Non-Bali, begitu sebaliknya pada

dasar

kembali terjalin. Hubungan simakrama (saling

dan sumbangan berupa materi dan nonmateri. Sedangkan yang terlemah adalah

menambah erat hubungan simakrama)

faktor imitasi, identifikasi, dan simpati hal

Munculnya Kerjasama Lain

tersebut

Kerjasama lainnya secara kedinasan

masih

17 Agustus dengan melakukan kerja bakti dan

melakukan

dan

puri

panjang

untuk

dan

memberikan

bekerjasama

dalam

kehidupan

Adapun bentuk interaksi yang terjadi antara etnis Bali dan etnis Sasak lebih bersifat

cak kepung. Masing-masing etnis terbentuk

asosiatif dari pada disosiatif. Hal tersebut

dalam sekeha (organisasi) dan saat sebelum

disebabkan belum pernah terjadi pertikaian

membantu

konsumsi,

pihak

waktu

Sasak.

Sedangkan untuk kolaborasinya berupa tarian

tempat,

dan

kemasyarakatan antara etnis Bali dan etnis

Bali berupa kesenian tari pendet, tari topeng.

menyiapkan

norma-norma

Sasak. Demikian pula dalam hal beradaptasi

rebana, dan khosidah sedangkan dari etnis

saling

dan

penguatan terhadap etnis Bali dan etnis

kolaborasi

dipertunjukan dari etnis Sasak berupa rudat,

mereka

memerlukan

intervensi

bersih-bersih

pertunjukan kesenian). Jenis kesenian yang

pementasan

terhadap

kepatuhan

kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat

Sasak yakni pada setiap menjelang perayaan

lingkungan,

disebabkan

pemahaman

juga terjalin antara umat etnis Bali dan etnis

royong,

dalam

memberi tanah tempat tinggal, tanah garapan,

(perkawinan antara etnis Bali dan etnis Sasak

(gotong

penyatuan

etnis Sasak baik dalam aspek ekonomi seperti

juga adanya ikatan perkawinan saling kejuang

bersama

dan

Sasak. Pihak puri telah banyak membantu

raya

galungan, potong gigi, lebaran, sunatan tetapi

3.

pembauran

kehidupan masyarakat etnis Bali dan etnis

mengunjungi) tidak hanya terjadi pada saat hari

Sasak.

Karangasem yang sudah meletakan dasar-

Bali Hindu dengan nyama selam juga mulai

misalnya

etnis

oleh besarnya pengaruh dan peran Puri

pasemetonan (persaudaraan) antara nyama

keagamaan

dan

Penguatan faktor sugesti tersebut disebabkan

saat hari raya) antar umat beragama serta

upacara

Bali

atau

dan

konflik

besar

dalam

kehidupan

bermasyarakat. Justru yang terjadi adanya

pembersihan lokasi pementasan.

saling pengertian dan kerjasama antara etnis Bali dan etnis Sasak. Kemudian implikasi dari temuan simpulan tersebut telah memunculkan jalinan

9

keakraban

dan

kerjasama

dalam

menjaga lingkungan keamanan baik dari etnis

baik pada saat upacara hari raya Galungan,

Bali maupun etnis Sasak sehingga terbentuk

Lebaran, perkawinan, sunatan, dan acara

organisasi jagabaya. Demikian pula hubungan

kerja bakti serta gotong royong bersih-bersih

simakrama kembali menguat dengan adanya

lingkungan.

kunjungan menghadiri upacara keagamaan

6. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Bagus Ngurah, 2010. Hubungan Puri Karangasem Dengan Masyarakat Islam “Tempo Doeloe”, dalam Media Hindu. Islam di Bali Sejarah dan Darah, Edisi 72. Jakarta : Media Hindu

Kymlicka, Will, 2003. Kewargaan Multikultural. Jakarta : LP3ES

Agung, Anak Agung Gede Putra, 1979. Masuknya Islam di Karangasem. Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana

Rajab, Budi, 1996. “Pluralisme Masyarakat Indonesia Suatu Tinjauan Umum”, dalam Prisma no. 6. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES

Ardana, I Ketut, 2011, Kerangka Teori dan Konsep Multikultural, dalam Ardana (dkk) Masyarakat Multikultural Bali, Denpasar. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana

Soekanto, Soerjono, 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Poloma, Margaret M, 1987. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : CV. Rajawali

Suprapto, 2013. Semerbak Dupa di Pulau Seribu Masjid Kontestasi, Integrasi, dan Resolusi Konflik Hindu-Muslim. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group

Bungin, Burhan, 2011. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Prenada Media Group Gorda,

I Gusti Penelitian Denpasar Nasional

Trisila, Slamet, 2002. “Akulturasi Budaya Islam Hindu di Bali”, dalam Majalah Wahana. Asimilasi Masyarakat Pluralistik, Edisi No. 39 Th. XVI. Denpasar : Universitas Udayana

Ngurah, 1997. Metode Ilmu Sosial Ekonomi. : PT. Widya Aksara

10