MALAYSIA DAN OPINI MAHASISWA

Download yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa. Departemen Etnomusikologi FIB – USU). SKRIPSI. Dia...

0 downloads 185 Views 3MB Size
PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA DAN OPINI MAHASISWA (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Tentang Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU)

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh : DEDI SYAHPUTRA 080904004

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

PEMBERITAAN MEDIA MASA TELEVISI TENTANG KONFLIK INDONESIA – MALAYSIA DAN OPINI MAHASISWA (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Tentang Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU)

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Diajukan Oleh : DEDI SYAHPUTRA 080904004

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y (Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 20082011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian . Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman, sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala berdasarkan Guilford. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dimana hal ini disebabkan justru telah semakin pintarnya responden dalam menilai, dan menanggapi isu-isu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang kemudian dimuat dan diberitakan oleh media masa, hal ini ditandai dengan hasil penelitian yang dilihat dari kuisioner yang kemudian telah dijawab oleh responden sendiri, bahwa responden yang merasa memahami pemberitaan baik isi, kualitas, dan kredibilitas pemberitaan yang disampaikan oleh media televisi yang ditonton, malah memiliki perasaan yang tidak marah, hal ini dikarenakan bahwa responden tidak lagi hanya sekedar mengeluarkan pendapat dan kemudian melontarkan perasaan berupa amarah, namun dapat menilai berasal dari manakah sumber konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut berasal dan tentunya pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya konflik pencaplokan aset budaya tersebut.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT atas kesempatan dan berkat yang diberikanNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU. Skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti sebagai syarat pendidikan sarjana (S-1). Dalam penulisan penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.

Kepada kedua orang tua peneliti yang selalu mendukung dan membantu peneliti baik dukungan moril, materil dan juga untuk Mbak tersayang Novrianti dan Sri Puspita serta Adik-adik tercinta Venny Lia Lidya, Putri Devi, dan Dimas Hidayatullah, terlebih untuk setiap doa yang senantiasa mengiringi setiap langkah dalam hidup peneliti.

2.

Kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3.

Kepada Ibu Drs. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4.

Kepada Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Kepada Alm. Bapak Drs. T. Nur Alamsyah, yang selama hidupnya pernah menjadi dosen wali peneliti, dan senantiasa memperkenalkan, mengajari, membimbing, dan memotivasi peneliti ketika duduk di bangku perkuliahan. 6.

Kepada Ibu Dra. Dayana Manurung. MS.i selaku dosen wali pengganti peneliti yang juga senantiasa selalu mengajari dan mengarahkan peneliti selama duduk di bangku perkuliahan.

7.

Kepada Ibu Dra. Inon Beydha, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing peneliti yang senantiasa memberikan motivasi dan membantu peneliti dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

8.

Kepada Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang juga telah membantu peneliti dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

9.

Kepada Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D, dan Ibu Dra. Heristina

Dewi

M.Pd

selaku

ketua

dan

sekretaris

Departemen

Etnomusikologi, FIB-USU dan Kak Adri sebagai pembantu pimpinan Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga, demi kelancaran dan kesuksesan peneliti untuk mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU. 10.

Kepada rekan-rekan mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuisioner penelitian.

11.

Untuk Kak Ros, Kak Icut, Kak Maya selaku Staf Departemen Ilmu Komunikasi yang banyak membantu dari penyelesaian studi sampai penyelesaian skripsi.

Universitas Sumatera Utara

12.

Sahabat-sahabat tersayang Anita Tandiono, Elvina Tjiong, Suci Al-Fallah, M. Arie Kurnia Purba, Mawi Anna, Lia Febrianti, Jefri Haris, Inda Sari Melia, yang senantiasa memberikan motivasi kepada peneliti, juga sebagai teman ngobrol, teman tertawa, teman bersama. Untuk sahabat-sahabat penulis yang juga menjadi motivasi saat penulis melaksanakan penelitian, Sylviana Uli F Sihite, Kariza Siahaan, Bintang Oktavia , Sondang Mariana, Melisa Angelina, Dama Paundra Falatehan, Irmina Sagala, dan Ika Damayanti.

13.

Juga Sahabat-sahabat yang peneliti sayangi Dian Sasmi Wulandari, T. Yudha Afriyansyah, Sri Wahyuni, M. Aulia Muda, Rafli Ardhi Your, Gerry Syahputra dan Bang Icung yang senantiasa telah menghibur dan memberi motifasi pada peneliti ketika peneliti sedang merasa kesusahan saat menghadapi proses penelitian.

14.

Rekan-rekan

IMAJINASI

(Ikatan

Mahasiswa

Departemen

Ilmu

Komunikasi) FISIP-USU, periode kepengurusan 2009-2010 dan 2010-2011. Dan rekan-rekan angkatan 2008 Departemen Ilmu Komunikasi FISIP-USU.

Universitas Sumatera Utara

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, peneliti memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Peneliti juga mengharapkan ide, saran, kritik dari pembaca untuk perbaikan yang lebih baik ke depannya. Semoga skripsi ini dapat memenuhi harapan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Maret 2012 Peneliti

DEDI SAYAPUTRA NIM : 080904004

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI ABSTRAKSI ................................................................................................ i KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi BAB I

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 I.2. Perumusan Masalah ................................................................ 7 I.3. Pembatasan Masalah ............................................................... 7 I.4. Tujuan Penelitian .................................................................... 8 I.5. Manfaat Penelitian .................................................................. 8 I.6. Kerangka Teori ........................................................................ 9 I.6.1. Komunikasi Massa ........................................................ 9 I.6.2. Teori Agenda Setting ..................................................... 10 I.6.3. Media Massa dan Televisi ............................................. 11 I.6.4. Opini Publik .................................................................. 14 I.6.5. Berita ............................................................................. 15 I.7. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel............................ 16 I.8. Hipotesis .................................................................................. 22

BAB II.

LANDASAN TEORI II.1. Komunikasi Massa ................................................................. 23 II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa ..................................... 23 II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa ................................. 24 II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa ........................................... 26 II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa................................... 28 II.2. Teori Agenda Setting .............................................................. 30 II.3. Media Massa dan Televisi ...................................................... 33 II.3.1. Media Massa ................................................................ 33 II.3.2. Televisi ......................................................................... 35 II.4. Opini Publik ........................................................................... 37 II.4.1. Sejarah dan Defenisi Opini Publik ............................... 37 II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik ............................... 39 II.4.3. Kekuatan Opini Publik ................................................. 42 II.5. Berita ...................................................................................... 43

BAB III.

METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 44 III.1.1. Sejarah fakultas Ilmu Budaya – USU ........................ 44 III.1.2. Departemen Etnomusikologi ...................................... 50 III.2. Metodologi Penelitian .......................................................... 56 III.2.1. Metode Penelitian ...................................................... 56 III.2.2. Lokasi Penelitian ........................................................ 56 III.3. Populasi dan Sampel ............................................................ 57 III.3.1. Populasi ...................................................................... 57

Universitas Sumatera Utara

III.3.2. Sampel ........................................................................ 58 III.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 61 III.5. Teknik Analisis Data ............................................................ 62 BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Tabel Tunggal ......................................................... 65 IV.1.1. Karakteristik Responden ............................................ 65 IV.1.2. Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia ...................................................................... 69 IV.1.3. Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU ...................................................................................... 84 IV.2. Analisis Tabel Silang ............................................................ 95 IV.3. Uji Hipotesis ......................................................................... 98 IV.4. Pembahasan .......................................................................... 100 BAB V.

PENUTUP V.1. Kesimpulan ............................................................................ 104 V.2. Saran ....................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10

Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13

Tabel 14

Tabel 15

Operasional Variabel .......................................................................... 19 Daftar Pelopor Pendiri FIB-USU ........................................................ 45 Populasi ............................................................................................... 57 Penarikan Sampel ................................................................................ 60 Jenis Kelamin ...................................................................................... 65 Usia ...................................................................................................... 66 Suku ..................................................................................................... 67 Stambuk ............................................................................................... 68 Stasiun Televisi yang Paling Sering Ditonton Oleh Responden ......... 69 Stasiun Televisi yang Paling Sering Dipilih Responden Untuk Menonton Berita.................................................................................................... 71 Stasiun Televisi yang Paling Sering Menyajikan Berita Menuru Responden............................................................................................ 73 Stasiun Televisi yang Paling Sering Menayangkan Pemberitaan Konflik Antara Indonesia dan Malayasia .......................................... 75 Pernah Atau Tidak Pernahkah Responden Melihat Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia ...................................................................................... 77 Tingkat Keseringan Stasiun Televisi yang Dipilih Oleh Responden Dalam Menayangkan Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia ....................... 78 Tingkat Kejelasan Isi Berita yang Disampaikan ................................. 80

Tabel 16 Tingkat Kemenarikan Isi Berita yang Disampaikan Menurut Responden ........................................................................................... 81 Tabel 17 Tingkat Kepahaman Responden Terhadap Berita yang Disampaikan ....................................................................................... 82 Tabel 18 Tingkat Kepercayaan Responden terhadap Berita yang Disampaikan ....................................................................................... 84 Tabel 19 Perasaan Responden Ketika Melihat Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daera Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia ............................................................................................... 86 Tabel 20 Tindakan yang Harus Dilakukan Pemerintah Indonesia dalam Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ................................... 87 Tabel 21 Ada atau Tidak kah Tindakan yang Dilakukan oleh Pemerintah dalam Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden .......................... 88 Tabel 22 Tingkat Ketegasan Pemerintah Indonesia dalam Merespon, Menghadapi, atau Menangani Kasus Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ........................................................................................... 89 Tabel 23 Asal Penyebab Terciptanya Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden ........... 90

Universitas Sumatera Utara

Tabel 24 Pihak yang Patut Disalahkan Atas Terjadinya Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden........................................................................................... 92 Tabel 25 Dapat Berakhir atau Tidak Dapat Berakhirkah Konflik Antara Indonesia dan Malaysia Di Masa yang Akan Datang Menurut Responden........................................................................................... 94 Tabel Silang Tabel 26 Hubungan Tingkat Kepahaman Responden Penelitian Dengan Perasaan Responden............................................................................. 95 Tabel 27 Stambuk Responden dan Opini Responden Mengenai Pihak yang Patut Disalahkan Terkait Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange Yang Dilakukan Oleh Malaysia.............. 96 Tabel 28 Tingkat kredibilitas pada Stasiun Televisi dan Ada atau Tidakkah Tindakan yang Dilakukan Pemerintah Indonesia............................................................................................... 97 Tabel 29 Hasil Uji Hipotesis................................................................................ 98

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Konsep .......................................................................... 18 Gambar 2 Proses Pembentukan Opini Publik ................................................. 41

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7.

Kuisioner Penelitian Tabel Fortron Cobol Surat Izin Penelitian dari FISIP USU Surat Izin Penelitian dari Departemen Etnomusikologi FIB-USU Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Departemen Etnomusikologi FIB-USU Lembar Bimbingan Data Pribadi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Skripsi ini berjudul Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB – USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Massa , Teori Agenda Setting, teori Media Masa dan Televisi, Teori Opini Publik, Berita. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasional yang mencari hubungan antara variabel X (Pemberitaan media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu aderah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) dengan variabel Y (Opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU).Sampel penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi yang yang masih aktif berkuliah di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dengan karakteristik stambuk 20082011 dimana total populasinya adalah sebanyak 167 orang dan sampelnya adalah sebanyak 33 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Sampling dimana teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relatif homogen dan Incidental Sampling, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Reasearch dengan menggunakan bahan bacaan dan buku sebagai bahan referensi dan Field Research dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian . Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Range Spearman, sedangkan untuk mengukur tinggi rendahnya korelasi digunakan skala berdasarkan Guilford. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU, dimana hal ini disebabkan justru telah semakin pintarnya responden dalam menilai, dan menanggapi isu-isu peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang kemudian dimuat dan diberitakan oleh media masa, hal ini ditandai dengan hasil penelitian yang dilihat dari kuisioner yang kemudian telah dijawab oleh responden sendiri, bahwa responden yang merasa memahami pemberitaan baik isi, kualitas, dan kredibilitas pemberitaan yang disampaikan oleh media televisi yang ditonton, malah memiliki perasaan yang tidak marah, hal ini dikarenakan bahwa responden tidak lagi hanya sekedar mengeluarkan pendapat dan kemudian melontarkan perasaan berupa amarah, namun dapat menilai berasal dari manakah sumber konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut berasal dan tentunya pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya konflik pencaplokan aset budaya tersebut.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Tidak hanya dikenal sebagai negara yang bertetangga. Indonesia dan Malaysia juga dikenal bangsa yang serumpun, yakni sebuah bangsa yang berasal dari nenek moyang yang sama. Tidak hanya memiliki kesamaan nenek moyang, Indonesia dan Malaysia adalah bangsa yang juga memilik kesamaan, mulai dari bahasa, warna kulit, warna rambut, warna mata, kesamaan budaya, serta topografi daerahnya. Tidak hanya itu, salah satu suku yang terdapat di Indonesia juga merupakan suku yang terbesar yang ada di Malaysia, yakni Melayu, hampir diseluruh pulau sumatera penduduknya adalah Melayu dan tersebar di beberapa bagian wilayah di pulau Kalimantan. Suku Melayu merupakan suku terbesar dan merupakan bangsa asli negara Malaysia. Hal inilah yang menjadi persamaan mencolok antara bangsa Indonesia dan Malaysia. Namun pada kenyataannya tidak begitu, justru negara yang jaraknya sangat berdekatan itu memiliki permasalahan yang sangat kompleks, sehingga dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan bangsa serumpun ini. Begitu banyak masalah yang timbul, hal tersebut tidak hanya timbul di waktu belakangan ini. Beberapa kejadian konflik yang berkepanjangan tersebut, menjadi catatan sejarah perjalanan kedua bangsa yang memiliki akar suku bangsa melayu tersebut. Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1961 saat 16 tahun Indonesia merdeka konflik ini pun bermula, konflik yang lebih dikenal dengan “ Konfrontasi Indonesia – Malaysia “, hal ini terjadi dikarenakan perebutan tapal batas wilayah antara kedua negara, Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih Universitas Sumatera Utara

dikenal

sebagai

Persekutuan Tanah Melayu

pada

tahun

1961

untuk

menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang tidak sesuai dengan Persetujuan Manila oleh karena itu keinginan tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia yang sekarang dikenal sebagai Malaysia sebagai "boneka Inggris" merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia. Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia. Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia, Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tuanku Abdul Rahman - Perdana Menteri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak (Widiyanta. Danar, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi antiIndonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Namun tidak hanya sampai pada pristiwa konfrontasi, pertentangan antara Indonesia dan Malaysia berujung, itu adalah sebuah babak permulaan saja, tahun demi tahun berlalu, namun masih tetap ada saja pertentangan yang timbul. Bahkan di tahun – tahun belakangan ini begitu banyak ketegangan terjadi, mulai dari sengketa perebutan wilayah, seperti Pulau Sipadan dan Ligitan. Tidak hanya terlibat dalam perebutan dan sengketa wilayah, konflik ketegangan antar kedua bangsa serumpun ini juga terjada di berbagai bidang, seperti halnya pengklaiman beberapa situs warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia, seperti halnya saat malaysia meng-klaim kepemilikan Tari Pendet, Reog Ponorogo, alat musik Angklung, kesenian Batik, masakan Rendang, bahkan kini negeri itu juga mencaplok lagu daerah Rasa Sayange yang berasal dari Maluku, Indonesia. Khusus pada penelitian ini peneliti mengambil permasalahan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang sejatinya adalah lagu daerah Maluku, letak kontroversinya adalah Lagu ini digunakan oleh Departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar bulan Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu "Rasa Sayange" adalah milik Indonesia karena ia merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi Maluku sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu

Universitas Sumatera Utara

adalah salah. Gubernur melihat bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia. Bagaimanapun, bukti tersebut akhirnya ditemukan. 'Rasa Sayange' diketahui direkam pertama kali di perusahaan rekaman Lokananta Solo 1962 Tentang bukti rekaman "Rasa Sayange", bukti lagu tersebut direkam oleh Lokananta, Solo, Indonesia pada tahun 1962 dalam piringan hitam Gramophone. Rekaman master dari piringan ini masih disimpan oleh Perum PNRI (Percetakan Negara Republik Indonesia) Cabang Surakarta yang dahulunya adalah PN (Percetakan Negara) Lokananta. Ini dikenal sebagai rekaman pertama terhadap lagu ini. Piringan hitam tersebut didistribusikan sebagai souvenir kepada partisipan Asian Games ke 4 tahun 1962 di Jakarta, dan lagu "Rasa Sayange" adalah salah satu lagu rakyat Indonesia di piringan tersebut, bersama dengan lagu etnis lain Indonesia seperti Sorak-sorak Bergembira, O Ina ni Keke, dan Sengko Dainang. Pemberitaan tentang konflik ini menjadi berita di berbagai media massa. Semakin banyaknya media memberitakan pastilah menimbulkan pro dan kontra. Hal ini tentunya dengan didorongnya kekuatan media massa sendiri yang dapat menciptakan kerangka berfikir seseorang, sehingga dengan kekuatan tersebut para pemilik media ingin menguasai kerangka berfikir yang nantinya dapat membentuk sebuah opini dan tentunya hal tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan keinginan pemilik media itu sendiri. Perang adu argumen, adu statement, protes di

Universitas Sumatera Utara

setiap daerah, demontrasi besar-besaran yang malah justru mempersatukan sebagai bangsa yang kehilangan akar budayanya seolah-olah menjadi makanan setiap hari di media massa. Media massa sangat berperan besar dalam mempengaruhi dan menentukan sikap khalayak. Setiap pemberitaan dalam media akan memunculkan perubahan yang signifikan. Media memberikan begitu banyak informasi mengenai lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih jauh. Media mempengaruhi kebiasaan konsumsi, media memberikan model dan contoh (positif dan negatif) yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku. Media menolong kita untuk berinteraksi secara lebih efektif dengan kelompok sosial dan lingkungan. Pada tingkat yang lain, adalah juga jelas bahwa media massa sekarang mendorong dan mempengaruhi fungsi institusi-institusi sosial yang menonjolkan, seperti dalam bidang politik, pemerintahan, sistem keadilan dan bisnis. Begitu besar pengaruh media hingga dapat membentuk opini pada masyarakat, dengan mengkonsumsi berita yang dimuat oleh media opini-opini yang ada pada masyarakat khususnya pada mahasiswa akhirnya membentuk pola pikir pada diri mahasiswa tersebut. Adapun alasan peneliti mengadakan penelitian dengan mengambil permasalahan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange adalah peneliti ingin mengetahui secara langsung kepedulian kita sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, walau isu yang peneliti angkat sudah tidaklah “up date” lagi, dan alasan mengapa peneliti mengadakan penelitian yang mengambil opini mahasiswa adalah dikarenakan bahwa selama ini kita hanya melihat dan mendengar pandangan publik secara umum melalui media, namun belum pernah mendengar

Universitas Sumatera Utara

dan menampung pandangan atau opini dari mahasiswa dalam bentuk penelitian secara langsung. Selaku masyarakat intelektual, mahasiswa hendaknya tidak hanya memberikan opini namun juga dapat memberikan saran yang terbaik dalam memandang dan memahami permasalahan ini. Serta tentunya peneliti sangat ingin mengetahui sejauh mana mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini mengkonstruksikan, menilai, dan memahami permasalahan yang dimuat dalam pemeberitaan media televisi itu sendiri, apakah mahasiswa tersebut, dapat mencerna dan menelaah isi yang disampaikan atau hanya sebagai bahan informasi saja. Serta yang terakhir adalah bertujuan untuk mengetahui apakah media mampu membentuk, mempengaruhi opini pada diri mahasiswa dan respondennya. Dan yang menjadi alasan mengapa peneliti mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya-USU adalah peneliti mengharapkan selaku mahasiswa Ilmu Budaya, hendaknya responden secara jeli dapat memahami hal ini dan dapat memberikan masukan demi terciptanya jalan keluar. Hal ini dikarenakan menyangkut dengan masalah perebutan warisan budaya Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU

Universitas Sumatera Utara

I.2. Perumusan Masalah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : “sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU?”

I.3. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah : 1. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange oleh Malaysia media massa (televisi). 2. Penelitian ini difokuskan pada opini mahasiswa mengenai konflik Indonesia dan Malaysia yang diberitakan oleh media massa (televisi). 3. Responden

dalam

penelitian

ini

adalah

mahasiswa

Departemen

Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya – USU, yang berada pada stambuk 2008-2011.

Universitas Sumatera Utara

I.4. Tujuan Penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh pemberitaan pada media televisi mengenai konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terhadap opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU

I.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik bahasan yang berhubungan dengan opini mahasiswa pasca pemberitaan mengenai konflik antara Indonesia dengan Malaysia di media massa dan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan yang sedang terjadi saat ini yang di terbitkan oleh media Massa. Bahwa kita harus menjaga keutuhan bangsa, baik menjaga hubungan antar masyarakatnya, kebudayaan serta wilayah dan aset-aset bangsa sehingga tetap menjadi negara yang berdaulat dan harus bisa mempertahankan wilayah serta aset negara kita. 3. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memperluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIPUSU. Universitas Sumatera Utara

I.6. Kerangka Teori Dalam melaksanakan penelitian, teori digunakan sebagai landasan yang digunakan untuk menjelaskan masalah. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik

tolak

atau

landasan

berfikir

dan

memecahkan

atau

menyoroti

permasalahannya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokokpokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah peneliti akan disoroti (Nawawi, 2001:39). I.6.1. Komunikasi Massa Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin “communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30) Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek. Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh pakar komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang

Universitas Sumatera Utara

berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4) Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.

I.6.2. Teori Agenda Setting Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan - pencitraan ke hadapan publik. McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting untuk dibicarakan.

Universitas Sumatera Utara

Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu - isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi mendasar dari teori ini adalah (http://sulastomo.blogspot.com/2010/12/teoriagenda-setting.html): 1.

Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut.

2.

Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya.

I.6.3 Media Massa Dan Televisi Media massa atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media). Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “message communicated through a mass medium to large number of people”, suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar di tempat-tempat yang tidak ditentukan. Jadi media massa menurutnya adalah, suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio, dan televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media itu (Muhtadi, 1999:73)

Universitas Sumatera Utara

Everett M, Rogers mengatakan ada dua jenis media massa yaitu, media massa modern dan media massa tradisional. Media massa modern adalah media massa yang menggunakan teknologi modern yang selalu berkembang menuju kesempurnaan, yaitu: surat kabar, majalah, buku, film, radio, televisi. Sedangkan media massa tradisional diantaranya adalah teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru pantun (Effendi, 1990: 20).

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele "jauh" dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.” (http://id.wikipedia.org/wiki/televisi)

Pada tahun 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan cakram Nipkow, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan, 2008: 6)

Menurut Scornis dalam bukunya Television and Society ; An Incuest and Agenda (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat yang istimewa, ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur di atas. (Wawan, 1996: V)

Universitas Sumatera Utara

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)

Pada dasarnya televisi mempunyai sifat sebagai berikut, dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau besar. (Morrisan, 2008: 11)

Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut: (Wawan, 1996: 100) 1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi. 2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik. 3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat. Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara pasti dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya kepada perubahan.

Universitas Sumatera Utara

I.6.4. Opini Publik Opini menurut Cutlip and Centre adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda (Sastropoetro, 1990:41) Dan William Albing berpendapat bahwa opini itu dinyatakan kepada suatu hal yang kontroversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau isu. Opini berupa reaksi pertama dimana orang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan suatu yang lain dari kebiasaan, ketidak cocokan dan adanya perubahan penilaian. Dalam effective public relations, opini publik adalah sebuah ekspresi energi sosial yang mengintegrasikan aktor individual ke dalam pengelompokan sosial dengan cara mempengaruhi politik. Gagasan umum tentang opini publik menyatakan bahwa opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama. Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut, menurut R.P. Abelson bukanlah perkara yang mudah karena berkitan dengan unsur-unsur pembentuknya (Cutlip,2006:262), yaitu : 1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief) 2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude) 3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni : a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang/masyarakat. b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau pendapat atau pandangan. c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat). d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat. Universitas Sumatera Utara

I.6.5. Berita Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno, 2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita. Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu: 1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini, jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam : a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan

kepentingan atau amat penting segera diketahui

pembaca. b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung. 2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. 3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. 4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisnya/reporter. 5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya ( Romli, 2003:3 ).

Universitas Sumatera Utara

Unsur-Unsur Berita Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu : (1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa? (2) Who - siapa yang terlibat di dalamnya? (3) Where - di mana terjadinya peristiwa itu? (4) When - kapan terjadinya? (5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi? (6) How - bagaimana terjadinya? (7) What next - terus bagaimana?

I.7. Kerangka Konsep dan Operasional Variabel

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa ( Nawawi, 1995: 40 ).

Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial ( Singarimbun, 1995: 57 )

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka

Universitas Sumatera Utara

harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas dikarenakan bebas dalam mempengaruhi variabel lainnya.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Disebut sebagai variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU.

c. Karakterakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah Jenis Kelamin, Usia, Suku.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dibentuk model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas ( X )

Variabel Terikat ( Y )

Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU.

Karakteristik Responden

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk mempermudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut : Tabel 1 Operasional Variabel Konsep Teoritis

Operasional Varibel

Variabel Bebas (X) Pemberitaan Media Massa Tentang Konflik (Televisi) Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

Variabel Terikat (Y) Opini Mahasiswa

a.

Frekuensi Pemberitaan

b.

Kejelasan Isi Pesan

c.

Penyajian Pesan

d.

Pemahaman Tentang Isi Pesan

a. Kepercayaan (belief). Kepercayaan terhadap isi pemberitaan di media massa b. sikap (attitude). Sikap mahasiswa terhadap pemberitaan c. Persepsi (perception). Persepsi

mahasiswa

terhadap

pemberitaan pencapokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan Malaysia Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin b. Usia c. Suku d. Stambuk

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan operasional variabel yang disusun, maka dapat di ambil defenisi operasional variabelnya yakni dimana defenisi variabel operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional variabel adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin mengukur variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46) Defenisi operasional dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X), Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia. a. Frekuensi Pemberitaan, seberapa sering pemberitaan akan hal konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) diangkat. b. Kejelasan Isi Pesan, pemberitahuan akan isi informasi secara jelas, dan terpercaya. c. Penyajian Pesan, bagaimana pesan tersebut disajikan melalu pemberitaan di media massa. d. Pemahaman Tentang Isi Pesan adalah pengertian dan pemahaman khalayak terhadap isi pesan yang disampaikan pemberitaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2. Variabel Terikat (Y), Opini Mahasiswa Etnomusikologi FIB-USU a. Belief, kepercayaan mengenai suatu hal atau apa yang diyakini responden sebagai suatu kebenaran. b. Attitude, apa yang sebenarnya dirasakan responden untuk menjadi sikapnya dalam menghadapi pemberitaan di media massa. c. Perception, yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, dan nilai-nilai yang dianut dan berita berkembang. 3. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin, yaitu penggolongan jenis kelamin responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan b. Usia, yaitu umur responden c. Suku, yaitu sub kebudayaan yang melekat di dalam diri responden.

Universitas Sumatera Utara

I.8. Hipotesis Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara 2 variabel atau lebih. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho

: Tidak terdapat hubungan pengaruh pemberitaan tentang konflik

pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. Ha

: Terdapat hubungan pengaruh pemberitaan tentang konflik pencaplokan

lagu daerah Rasa Sayange di media massa (televisi) terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB - USU.

Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI II.1. Komunikasi Massa II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin “communicatio“. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna dan arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30) Menurut Harold Lasswell (Mulyana, 2005:62) cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says Shat In Wich Channel To Whom With What Effect ? (Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ?). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, efek. Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4).

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi mempunyai efek tertentu menurut Liliweri, (2004:39), secara umum terdapat tiga efek komunikasi massa, yaitu: (a) efek kognitif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. (b) efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak senangnya terhadap suatu akibat membaca surat kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. (c) efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada prilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku. II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa Adapun karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa antara lain adalah : 1.

Komunikator Terlembagakan. Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi kompleks, maka proses pemberian pesan yang diberikan oleh komunikator harus bersifat sistematis dan terperinci.

2.

Pesan Bersifat Umum. Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Namun tidak semua fakta atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria pengting atau menarik.

3.

Komunikannya yang Anonim dan Heterogen. Komunikan yang dimiliki komunikasi massa adalah anonim ( tidak dikenal ) dan heterogen ( terdiri dari berbagai unsur )

4.

Media Massa Menimbulkan Keserempakan.

Universitas Sumatera Utara

Keserempakan media massa itu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 5.

Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan karakteristik media massa yang digunakan. Di dalam komunikasi

antarpersonal,

yang menentukan

efektivitas

komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia, bukan pada “ apanya “ tetapi “ bagaimana “. Sedangkan pada komuniaksi massa menekankan pada “ apanya “(Ardianto, 2004:7-8) 6.

Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah. Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat secara langsung, karena proses pada komunikasi massa yang menggunakan media massa.

7.

Stimulasi Alat Indra “ Terbatas “. Stimulasi alat indra tergantung pada media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada media radio khalayak hanya mendengarkan, sedangkan pada media televisi dan film kita menggunakan indra pengelihatan dan pendengaran.

8.

Umpan Balik Tertunda ( Delayed ). Hal ini dikarenakan oleh jarak komunikator dengan komunikan yang berjauhan dan katakter komunikan yang anonim dan heterogen (Ardianto, 2004:7-8).

Universitas Sumatera Utara

II.1.3. Fungsi Komunikasi Massa fungsi dari komunikasi massa adalah sebagai berikut : a.

Penafsiran ( Interpretation ) Fungsi penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak, serta dilengkapi perspektif ( sudut pandang ) terhadap berita atau tanyangan yang disajikan.

b.

Pertalian ( Linkage ) Dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

c.

Penyebaran Nilai-nilai ( Transmission Of Values ) Dengan cara media massa itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa itu memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan oleh mereka.

d.

Hiburan ( Entertainemnt ) Berfungsi sebagai penghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak.

e.

Fungsi Informasi Media massa berfungsi sebagai penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa.

Universitas Sumatera Utara

f.

Fungsi Pendidikan Salah satu cara media massa dalam memberikan pendidikan adalah dengan melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang berlaku bagi pembaca atau pemirsa.

g.

Fungsi Mempengaruhi Secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, Features, iklan, artikel dan sebagainya.

h.

Fungsi Proses Pengembangan Mental. Media massa erat kaitannya dengan prilaku dan pengalaman kesadaran manusia.

i.

Fungsi Adaptasi Lingkungan Yakni penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana khalayak dapat beradaptasi dengan lingkungannya dengan dibantu oleh media massa, ia bisa lebih mengenal bagaimana keadaan lingkungannya melalui media massa.

j.

Fungsi Memanipulasi Lingkungan Berusaha untuk mempengaruhi, komunikasi yang digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.

k.

Fungsi Meyakinkan ( To Persuade ) -

Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang.

-

Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang

-

Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu (Effendi, 2003:29). Universitas Sumatera Utara

II.1.4. Unsur-unsur Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah: 1.

Komunikator a.

Merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi informasi modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi tersebut dengan cepat ditangkap oleh publik

b.

Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan mereka.

c.

Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang bersifat mencari keuntungan dari penyebaran informasi tersebut.

2. Media Massa Media massa merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.

Universitas Sumatera Utara

Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan : a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. b. Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. c. Terakhir media massa sebagai media hiburan. (Bungin, 2006:85) 3. Informasi Massa Informasi massa merupakan informasi yang diperuntukan kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing. 4. Gatekeeper Merupakan penyeleksi informasi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan. 5. Khalayak Khalayak merupakan massa yang menerima informasi massa yang disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah media massa.

Universitas Sumatera Utara

6. Umpan Balik Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya mempunyai sifat tertunda sedangkan dalam komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi, konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin majunya teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat tradisional (Bungin, 2006:71).

II.2. Teori Agenda Setting Agenda setting menjelaskan begitu besarnya pengaruh media--berkaitan dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu isu apa sajakah yang penting. Sedikit kilas balik ke tahun 1922, kolumnis walter lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan - pencitraan ke hadapan publik. McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik tersebut, dan memberikan pengaruh besar terhadap isu - isu apa yang penting untuk dibicarakan.

Universitas Sumatera Utara

Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik dan pemilihan isu - isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Dua asumsi mendasar dari teori ini adalah (http://sulastomo.blogspot.com/2010/12/teoriagenda-setting.html): 1. Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut. 2. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya. Kekuatan media dalam mempengaruhi khalayak Dalam agenda setting, yang menentukan kekuatan media dalam mempengaruhi khalayak dijelaskan dalam konsep need for orientation (McCombs, Maxwell & Reynolds: 2002). Konsep ini menyediakan penjelasan teoritis untuk keragaman di dalam proses agenda-setting, melampau kategori isu obtrusive (isu yang dialami langsung) dan unobtrusive (tidak dialami langsung) oleh khalayak. Need for orientation didasarkan pada konsep psikolog Edward Tolman general theory of cognitive mapping yang menyatakan bahwa manusia membentuk peta di dalam pikirannya untuk membantu mengarahkan lingkungan ekseternalnya. Konsep ini mirip dengan gagasan Lippmann tentang pseudoenvironment – lingkungan yang diciptakan oleh media. Selanjutnya konsep need for orientation juga menyatakan bahwa ada perbedaan individu dalam kebutuhannya akan orientasi terhadap isu dan juga perbedaan dalam kebutuhan Universitas Sumatera Utara

akan latar belakang informasi terhadap isu tertentu (McCombs, Maxwell & Reynolds: 2002). Secara konseptual, need for orientation diefinisikan dalam dua konsep, yaitu relevansi dan ketidakmenentuan; yang peran masing-masing terjadi secara berurutan. Relevansi adalah yang pertama kali menentukan apakah media akan mempengaruhi agenda atau tidak. Bila individu merasa media dianggap memiliki tingkat relevansi yang tinggi terhadap informasi yang dibutuhkan individu, besar kemungkinan media akan berpengaruh kuat terhadap individu tadi. Sedangkan pada tahap kedua, ketidakmenentuan menunjukkan apakah individu sudah memiliki/menentukan terhadap isu yang menjadi agenda media. Dalam konteks pemilihan umum, ketidakmenentuan ini bisa diligat pada posisinya sebagai decided/undecided voters. Media akan sangat berpengaruh terhadap individu yang memiliki tingkat relevansi dan ketidak menentuan yang tinggi. Di samping faktor need for orientation itu, riset belakangan juga menunjukkan bahwa dampak agenda-setting terjadi secara kuat di kalangan yang terdidik. Di samping tingkat pendidikan, kredibilitas juga menentukan tingkat pengaruh media dalam agenda-setting. Mengingat bahwa agenda setting berada pada domain dengan asumsi powerful media effect, maka sebenarnya efek media terhadap khalayak memang besar. Hanya saja tidak serta merta demikian. Ada faktor-faktor yang mengekskalasi tingkat kekuatan pengaruh agenda setting. Di antaranya adalah langsung-tidak langsung jenis pengalaman terhadap isu yang sedang diagendakan, tingkat need for orientation yang ada pada khalayak, tingkat pendidikan serta tingkat kredibilitas media yang melakukan setting terhadap agenda tertentu Wanta, (W & Ghanem, S, “Effects of Agenda Setting” in Preiss, R.W et. Al Eds.2007).

Universitas Sumatera Utara

II.3. Media Massa dan Televisi II.3.1. Media Massa Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakat sementara peran lainnya adalah menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial. Dari segi makna, “media massa” adalah alat/sarana untuk menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi pendidikan dan hiburan. Sedangkan dari segi etimologis, “media massa” adalah “komunikasi massa” yang memiliki arti sebutan lumrah di kalangan akademis untuk studi “media massa”. Ada beberapa bentuk media massa yang kita kenal sekarang ini, yaitu: 1. Surat Kabar Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa berisi karikatur yang biasanya dijadikan bahan sindiran lewat gambar berkenaan dengan masalah-masalah tertentu, komik, TTS dan hiburan lainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Koran).

2. Majalah Tipe suatu majalah ditentukan oleh khalayak yang dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya

Universitas Sumatera Utara

apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa (Ardianto, 2004:112). Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap berbeda dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu: a. Penyajian lebih dalam. b. Nilai aktualitas lebih lama, berbeda dengan surat kabar yang aktualitasnya hanya satu hari nilai aktualitas majalah bisa sampai satu minggu. c. Gambar atau foto lebih banyak dikarenakan memiliki jumlah halaman yang lebih banyak. d. Cover, menarik atau tidaknya suatu majalah ditentukan pada tipe dari majalahnya serta konsistensi majalah tersebut dalam menampilkan ciri khas majalahnya. 3. Radio Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes, keunggulan radio adalah dimana saja, dan sangat beragam. Kekuatan radio dalam mempengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai negara. 4. Televisi Menurut agee dari sebuah media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita, dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekita tujuh jam dalam sehari (Ardianto, 2004:128). Sama dengan fungsi

Universitas Sumatera Utara

media massa lainnya, fungsi televisi juga memberi informasi, mendidik, membujuk, dan menghibut. 5. Film Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi, dan film video laser setiap minggunya. Seperti halnya televisi, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi film dapat terkandung unsur informatif maupun edukatif bahkan persuasi (Ardianto, 2004:136). 6. Komputer dan Internet Menurut Laquey, internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia (Ardianto, 2004:142). Dewasa ini internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat diabaikan (Ardianto, 2004:57-58). II.3.2. Televisi

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele "jauh" dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.” (http://id.wikipedia.org/wiki/televisi)

Pada tahun 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan cakram

Universitas Sumatera Utara

Nipkow, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan, 2008: 6)

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16)

Pada dasarnya televisi mempunyasi sifat sebagai berikut, dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat diliaht dan didengar kembali bila diputar kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau besar. (Morrisan, 2008: 11)

Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut: (Wawan, 1996: 100) 1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi. 2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik. 3. Dampak prilaku, yakni proses tertananmya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat. Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara pasti dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya kepada perubahan.

Universitas Sumatera Utara

II.4. Opini Publik II.4.1. Sejarah dan Defenisi Opini Publik Istilah Opini Publik diserap secarah utuh dari bahasa inggris – public opinion, yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Istilah Opini Publik itu digunakan antara lain oleh Omi Abudrrahman ( 1986 ), Kartadi Suhandang ( 1973 ) dan M.O. Tambunan ( 1994 ). Namun, pakar yang lain seperti Astrid Susanto ( 1975 ) dan Anwar Arifin ( 1998 ) lebih suka menggunakan istilah pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public opinion (Sunarjo, 2005:22) Opini Publik sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan politik mulai banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan Amerika Serikat. Pemakaian istilah itu terutama berkaitan dengan politik dan komunikasi politik tatkala Alquin menyerukan, “ vox populi, vox dei “ ( suara rakyat adalah suara Tuhan ). Tedori opini publik mengusulkan bahwa jika media berita berdampak pada preferensi kebijakan publik, isi media perlu menyediakan bias arah yang konsisten. Bias arah yang konsisten dari berita ('satu-sisi arus informasi') mungkin memerlukan penekanan yang konsisten di kedua positif atau aspek-aspek negatif dari suatu peristiwa atau isu. Namun, jika seseorang terkena kedua sisi masalah, individu ini tidak mungkin akan terpengaruh oleh pesan-pesan karena mereka membatalkan satu sama lainnya. Efek ini dijuluki sebagai 'dua sisi arus informasi. Hal ini diungkapkan pada jurnal penelitian (ClaesH De Vreese, 2006:Vol 44. No 2. pp. 419–36).

Universitas Sumatera Utara

Adapun beberapa faktor defenisi Pendapat umum yakni sebagai berikut (Arifin, 2010:119) 1. Adanya Isu ( Presence of an issue ). Pertama-tama harus terdapat konsensus yang sesungguhnya bahwa pendapat umum berkumpul di sekitar suatu isu ( issue ). Dalam ungkapan sehari-hari, pendapat umum sering muncul sebagai istilah yang sangat umum, yang melukiskan sesuatu seperti sikap bersama ( collective attitude ) atau suasana hati masyarakat ( public mood ). Carlyle berpendapat bahwa “ pendapat umum adalah kebohongan yang paling besar di dunia “. Untuk tujuan kita, isu dapat didefenisikan sebagai suatu situasi kontemporer dimana mungkin terdapat ketidak pastian. 2. Hakikat Masyarakat ( The Nature of Publics ). Yakni harus ada kelompok orang yang dapat dikenal yang berkepentingan dengan persoalan tersebut. Ini adalah masyarakat. Gagasan mengenai suatu masyarakat yang digunakan disini dipopulerkan oleh Jhon Dewey, terutama dalam bukunya The Public and its Problems ( Masyarakat dan Masalahnya ). 3. Kompleks Preferensi pada Masyarakat. Yakni mengacu pada totalitas pendapat para masyarakat tentang suatu isu. Hal tersebut mencakup gagasan pendistribusian pendapat menurut arah dan intervensinya ( setuju atau menolak arah tindakan yang disarankan berkaitan dengan isu tersebut. Masyarakat yang menaruh perhatian pada isu dengan sendirinya akan terbagi ke dalam dua atau lebih sudut pandang yang berbeda. 4. Ekspresi Pendapat ( Expression of Opinion ). Kata-kata yang diucapkan atau dicetak merupakan bentuk yang paling biasa dari ekspresi pendapat, tetapi sewaktu-waktu gerak-gerik - kepalan tangan, lambaian tangan, bahkan tarikan nafas orang banyak, sudah cukup untuk menunjukan ekspresi orang tersebut. 5. Jumlah Orang yang Terlibat ( Number of Persons Involved ). Adanya besaran masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu. Adapun yang menjadi karakteristik opini publik menurut Hendley Cantril ( Gauging Public Opinion ) dalam Arifin ( 1998 : 119-120 ) dari lembaga penelitian Opini Publik dari Universitas Princeton mengumpulkan prinsip yang merupakan karakteristik opini publik adalah sebagai berikut : 1. Opini publik sangat peka ( govoeling ) terhadap peristiwa-peristiwa penting. 2. Peristiwa-peristiwa yang bersifat luar biasa dapat menggeser opini publik seketika dari suatu ekstremis yang satu ke yang lainnya. Opini publik itu baru akan mencapai stabilitasnya apabila kejadiannya dari peristiwa itu memperlihatkan garis-garis besar yang jelas.

Universitas Sumatera Utara

3. Opini pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh peristiwaperistiwanya dari pada oleh kata-kata, kecuali kata-kata itu sendiri merupakan suatu peristiwa. 4. Pernyataan liasan dan garis-garis tindakan merupakan hal yang teramat penting dikala opini belum terbentuk dan dikala orang-orang berada dalam keadaan suggestible dan mencari keterangan dari sumbersumber terpercaya. 5. Pada umumnya opini publik tidak mendahului keadaan-keadaan darurat, ia hanya mereaksi keadaan itu. 6. Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan pribadi. 7. Opini atau pendapat tidaklah bertahan lama, kecuali jika orang-orang merasa bahwa kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut dan jika pendapat yang dibangkitkan oleh kata-kata diperkuatkan oleh peristiwa-peristiwa. 8. Apabila kepentingan pribadi telah tersangkut, opini tidaklah mudah diubah. 9. Jika suatu pendapat didukung oleh suatu mayoritas yang tidak terlalu kuat dan jika pendapat tidak mempunyai bentuk kuat pula, maka fakta yang nyata ada kecenderungan mengalihkan pendapat dari arah penderitaan. 10. Pada saat kritis, rakyat menjadi lebih peka ( govoeling ) terhadap kemampuan pemimpinnya dan apabila mereka mempunyai kepercayaan terhadapnya, maka mereka akan rela untuk lebih banyak memberikan tanggung jawab dari pada biasanya, akan tetapi apabila kepercayaan mereka itu kurang, maka toleransi merekapun berkurang dari biasanya (Arifin 1998 : 119-120). II.4.2. Proses Pembentukan Opini Publik Gorge Carslake Thompson dalam “The Nature Of Public Opinion” (Sastropoetro, 1990:106) mengemukakan bahwa dalam suatu publik yang menghadapi issue dapat timbul berbagai kondisi yang berbeda-beda, yaitu : 1. Mereka dapat setuju terhadap fakta yang ada atau merekapun boleh tidak setuju. 2. Mereka dapat berbeda dalam pemikiran atau estimation, tetapi juga boleh tidak berbeda pandangan. 3. Perbedaan yang lain ialah bahwa mungkin mereka mempunyai sumber data yang berbeda-beda. Hal-hal yang diutarakan itu merupakan sebab timbulnya kontroversi terhadap isu-isu tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa orang-orang yang

Universitas Sumatera Utara

mempunyai opini yang tegas, mendasarkan kepada rational grounds atau alasan yang rasional yang berarti “dasar-dasar yang masuk akal dan dapat dimengerti oleh orang lain”. Kemudian dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu: 1. Difusi, apakah pendapat yang ditimbulkan merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan. 2. Persistence,kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya isu karena disamping itu, pendapatpun perlu diperhitungkan. 3. Intensitas, ketajaman terhadap isu 4. Reasonableness, atau suatu pertimbangan yang tepat dan beralasan. Menurut R.P. Abelson (1998) unsur-unsur pembentukan opini adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief) 2. Apa yang sebenarnya dirasakan untuk menjadi sikapnya (attitude) 3. Persepsi (perception), yaitu sebuah proses memberikan makna yang berakar dari beberapa faktor, yakni : a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang/masyarakat. b. Pengalaman masa lalu/kelompok tertentu menjadi landasan atau pendapat atau pandangan. c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat). d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat (Cutlip, 2006:262).

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian maka proses pembentukan opini publik tersebut dapat dilihat melalui gambar berikut (Ruslan, 1999:56) Gambar 2 Proses Pembentukan Opini Publik

-

Faktor

Proses

Penentu

pembentukan

Latar belakang budaya Pengalaman masa lalu Nilai-nilai yang dianut Berita yang bercabang

Persepsi

Opini

Konsensus

Opini Publik

Affect Sikap

Behavior Cognitive

Pada bagan “proses pembentukan opini publik” menggambarkan mulai dari persepsi seorang sehingga terbentuknya suatu opini publik, yaitu berakar dari latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang akan melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuk suatu opini publik, apakan nantinya mendukung, atau menentang atau berlawanan. Pendirian merupakan apa yang dirasakan seseorang dan timbul attitude sebagai sikap yang dapat tersembunyi dalam diri seseorang, dan dapat dalam bentuk simbol, bahasa tubuh, verbal, mimik muka, serta makna daru suatu warna yang dipakainya. Opini seseorang itu kemudian secara akumulatif dapat berkembang menjadi suatu konsensus (kesepakatan), dan ter-kristalisasi jika masyarakat dalam Universitas Sumatera Utara

kelompok tertentu mempunyai kesamaan visi, ide, nilai-nilai yang dianut, latar belakang dan hingga tujuan yang hendak dicapai dikemudian hari akan terbentuk menjadi opini publik. II.4.3. Kekuatan Opini Publik Telah dikemukan bahwa opini publik atau pendapat umum sebagai satu kesatuan pernyataan suatu hal yang besifat kontroversial, merupakan suatu penilaian sosial atau social judgement. Oleh karena itu, maka pada pendapat publik melekat beberapa kekuatan yang sangat diperhatikan (Eddy Yehuda, Drs.,M.S.-http://humasbdg.wordpress.com/2008/04/12/kekuatan-opini-publik/) : 1. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang yang terkena hukuman tersebut. Hukuman sosial menimpa seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa rendah diri, rasa tak berarti lagi di tengah masyarakat, menimbulkan frustasi sehingga putus asa, dan bahkan ada yang karena itu lalu bunuh diri atau mengundurkan diri dari jabatannya. 2. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan santun dan asusila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua, maupun antara yang muda dengan sesamanya. 3. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga dan bahkan bisa juga menghancurkan suatu lembaga. 4. Opini

publik

dapat

mempertahankan

atau

menghancurkan

suatu

kebudayaan. 5. Opini publik dapat pula melestarikan norma sosial.

Universitas Sumatera Utara

II.5. Berita Menurut Hepwood memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. (Pereno, 2002:6) Secara umum berita adalah laporan kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita. Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu( Romli, 2003:3 ): 1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini, jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam : a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca. b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung. 2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. 3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. 4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisnya/reporter. 5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Unsur-Unsur Berita Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur berita yaitu : (8) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa? (9) Who - siapa yang terlibat di dalamnya? (10)

Where - di mana terjadinya peristiwa itu?

(11)

When - kapan terjadinya?

(12)

Why - mengapa peristiwa itu terjadi?

(13)

How - bagaimana terjadinya?

(14)

What next - terus bagaimana?

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1. Sejarah fakultas Ilmu Budaya – USU

Pendirian Fakultas Sastra diawali dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor: 190/1965 terhitung mulai tanggal 25 Agustus 1965. Pada awal berdirinya Fakultas Sastra belum mempunyai gedung sendiri dan masih menumpang di Fakultas Hukum, hanya memiliki 1 jurusan yakni jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah mahasiswa 45 orang. Kemudian pada awal tahun 1966 Fakultas Sastra memperoleh gedung sendiri yang terletak di bahagian depan Sekolah TK Dharma Wanita USU, tetapi gedung ini sangat kecil, setahun kemudian Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung eks PU di Jalan Prof. Muhammad Yusuf, tetapi masih juga sangat minim dan tidak memenuhi syarat untuk perkuliahan karena ruangannya hanya 4, 2 ruang untuk perkuliahan dan 2 ruang untuk administrasi (http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas.html).

Tahun 1967 Fakultas Sastra dipindahkan ke Gedung Pancasila (sekarang pendopo USU), luasnya sudah memenuhi syarat tetapi ada kendala mengenai air dan lampu yang tidak memadai. Akhirnya pada tahun 1972 Fakultas Sastra memperoleh 3 unit gedung permanent yang setelah direnovasi 2 unit menjadi ruang perkuliahan, dan yang satu lagi di jadikan ruang Seminar (ruang Serba Guna), kemudian pada tahun 1986 Fakultas Sastra mendapat bantuan dari Pemda

Universitas Sumatera Utara

Kotamadya Medan berupa 1 unit gedung untuk perkuliahan/praktek jurusan Etnomusikologi. Tahun 1990 Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung dari Universitas Sumatera Utara berupa eks gedung BAAK dan Perpustakaan Pusat USU (http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas.html).

Terakhir pada tahun 2001 Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung lagi yakni gedung eks USU Press yang setelah direnovasi direncanakan untuk ruang perkuliahan dan ruang Administrasi Program Studi D3 Pariwisata. Akhirnya pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pendiri dan pelopor berdirinya Fakultas Sastra USU (http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas.html) yakni:

Tabel II Daftar Pelopor Pendiri FIB-USU

1

Alm. Prof. Mahadi, S.H.

2

Dr. Septy Ruzui

3

Alm. Drs. Sabaruddin Ahmad

4

Alm. T. Mahmuddin

5

Dr. Rustam Amir Effendi, M.A.

6

Alm. Drs. Burhanuddin ch. Usman

7

Alm. Prof. A.Hamid Hasan Lubis

8

Alm. Drs. Chairuddin Rahman

9

Drs. Danil Ahmad, DPFE

10

Alm. Drs. Syahdan Manurung, DPFE

11

Drs. Abubakar

12

Alm. Drs. Tasrir Ismail

Sumber: http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas.html

Universitas Sumatera Utara

Dengan meningkatnya kebutuhan Sarjana Sastra dalam berbagai bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan maka Fakultas Sastra USU selanjutnya membuka jurusan-jurusan/program studi Strata 1 (S1) dan Diploma 3 (D3) sebagai berikut:

- 1965, dibuka jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dengan jumlah mahasiswa 50 orang. - 1968, dibuka jurusan Sejarah tetapi belum ada kegiatan karena mahasiswanya belum ada dan pada tahun 1970 barulah pertama kali menerima mahasiswa. - 1979, dibuka jurusan Sastra Daerah: a. Bahasa dan Sastra Melayu b. Bahasa dan Sastra Batak - 1979, dibuka jurusan Etnomusikologi (satu-satunya yang ada di Indonesia sampai tahun 1989) Jurusan ini banyak sekali mendapat perhatian dan bantuan terutama dari Ford Foundation Jakarta antara lain beasiswa bagi mahasiswa dan staf pengajar serta bantuan tenaga konsultan. - 1980, dibuka Program Studi S1 Bahasa Arab, Jurusan Antropologi, dan Jurusan Ilmu Perpustakaan namun pada tahun 1983 Jurusan Ilmu Perpustakaan ditutup dan sebagai gantinya dibuka Program Studi D3 Perpustakaan. Sedangkan Jurusan Antropologi dipindahkan ke FISIP USU sesuai dengan SK Rektor USU Nomor: 163/PT05/SK/ O/86 tanggal 4 Mei 1986.

Universitas Sumatera Utara

- 1980, dibuka Program Studi D3 Pariwisata, Bahasa Jepang, dan Bahasa Inggris, tetapi SK Pembentukan Program Studi ini baru terbit pada tahun 1987 sesuai dengan SK Dirjend. Dikti Depdikbud RI Nomor : a. 23/Dikti/Kep/1987 tanggal 13 Juni 1987 untuk Program Studi D3 Bahasa Jepang. b. 25/Dikti/Kep/1987 tanggal 13 Juni 1987 untuk Program Studi D3 Pariwisata. c. 26/Dikti/Kep/1987 tanggal 13 Juni 1987 untuk Program Studi D3 Bahasa Inggris. - 1984, dibuka Program Studi D3 Perpustakaan - 2000, dibuka Program Studi S1 Sastra jepang sesuai dengan SK Ditjend. Dikti Nomor: 295/Dikti/Kep/2000 untuk kelas Reguler dan Ekstensi. - 2001,

dibuka Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan untuk kelas Reguler dan

Ekstensi. - 2007, dibuka Program Studi Sastra China, dengan jumlah mahasiswa 42 orang. Hal ini adalah hasil kerjasama Universitas Sumatera Utara dengan Jinan University Republik Rakyat China dimana pada tahun pertama ini Jinan University mengirimkan dua orang tenaga pengajar karena Departemen ini belum

mempunyai

dosen

tetap.

(http://fib.usu.ac.id/tentang-

fakultas/sejarah-fakultas.html)

Universitas Sumatera Utara

Adapun Visi, Misi, dan Tujuan yang dimiliki oleh Fakultas Ilmu Budaya – USU adalah sebagai berikut:

Visi :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara menjadi Institusi pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang terkemuka bertaraf nasional dan internasional dalam bidang kebudayaan berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa.

Misi:

1. Menyelenggarakan pendidikan dalam bidang ilmu budaya yang bermutu tinggi dan mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional.

2. Mengembangkan penelitian dalam bidang ilmu budaya yang mendorong kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang bermanfaat untuk kepentingan umat manusia

3. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat berwawasan budaya untuk menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan.

4. Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang kebudayaan untuk pengembangan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

5. Menyiapkan lulusan yang berwawasan dan berkompetensi budaya serta keberagamannya, berkarakter, beretika, inovatif, jujur,.berjiwa kepemimpinan

dan

peduli

terhadap

masalah-masalah

kemasyarakatan. Universitas Sumatera Utara

Tujuan:

1. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang ilmu bahasa, sastra, seni, sejarah, perpustakaan dan informasi, dan pariwisata, yang berkualitas dan berkarakter, dan menjunjung tinggi nilai-nilai akademik.

2. Menghasilkan penelitian yang inovatif di bidang ilmu budaya.

3. Menghasilkan karya pengabdian yang bermanfaat.

4. Membangun kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang kebudayaan untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

5. Membangun pusat layanan informasi kebudayaan bertaraf nasional dan internasional.

6. Mengembangkan tata pamong fakultas yang transparan, akuntabel, dan demokrat.

7. Meningkatkan kemampuan pendanaan melalui kewirausahaan untuk mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

III.1.2. Departemen Etnomusikologi

A. Sejarah Departemen Etnomusikologi FIB - USU

Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara didirikan pada tahun 1979, dan merupakan yang pertama di Indonesia. Setelah berjalan selama enam tahun, eksistensi Departemen Etnomusikologi disahkan secara yuridis melalui Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 131/DIKTI/Kep/1984. Hingga sekarang Departemen Etnomusikologi adalah satusatunya departemen yang mewadahi disiplin etnomusikologi yang operasionainya di bawah universitas di Indonesia. Sejak berdirinya sampai saat ini Departemen Etnomusikologi secara konsisten berusaha berbenah diri dalam melaksanakan fungsinya dan mewujudkan amanah untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta senantiasa berusaha untuk mampu memenuhi tuntutan dinamika perubahan di era globalisasi ini (http://etnomusikologi.usu.ac.id).

Di awal operasionainya Departemen Etnomusikologi dibantu oleh The Ford Foundation, melalui pengadaan tenaga pengajar yang ahli di bidang etnomusikologi yang berasal dari Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Sejak tahun 1985 Departemen Etnomusikologi mulai menerima staf pengajar dari alumninya sendiri, ditambah alumni dari STSI Denpasar Bali sebagai dosen tetap. Melalui bantuan USU dan instansi formal lainnya di dalam dan luar negeri, para dosen diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan program S2 dan S3 di bidang

etnomusikologi

maupun

bidang

yang

relevan

dengan

disiplin

etnomusikologi ini, seperti antropologi dan pengkajian seni pertunjukan dan seni rupa. Hingga saat ini Departemen Etnomusikologi teiah memiliki 13 tenaga pengajar tetap dengan kualifikasi: S1 (5 orang), S2 (7 orang) dan S3 (1). Dari Universitas Sumatera Utara

jumlah tersebut, 4 staf pengajar sedang dalam proses pendidikan S2 (1 orang di Universitas Negeri Medan, 1 orang di Universiti Sains Malaysia, 1 orang di University of Malaya dan 1 orang di Universitas Andalas Padang) dan 1 orang sedang menyelesaikan program S3 di University of Malaya.

Jumlah peminat Departemen Etnomusikologi tidaklah terialu besar. Dalam lima tahun terakhir jumlah peminat hanya mencapai 1040 orang, sementara jumlah calon mahasiswa yang diterima sebanyak 167 orang pada kurun waktu yang sama. Tingkat persaingan berada pada rata?rata 7,90%. Sedangkan yang mendaftar ulang untuk menjadi mahasiswa sebanyak 145 orang. Namun demikian peminat yang memasuki Departemen Etnomusikologi tidak hanya berasal dari Provinsi Sumatera Utara saja, akan tetapi dari provinsi lain; meskipun dalam persentase lebih kecil dari Provinsi Sumatera Utara. Rata?rata mahasiswa yang diterima dominan berasal dari Kotamadya dibandingkan dengan Kabupaten. Jumlah mahasiswa Departemen Etnomusikologi sampai saat ini yang masih aktif adalah berjumlah 115 orang.

Sementara

itu

akreditasi

mutakhir

yang

diperoleh

Departemen

Etnomusikologi pada tahun penilaian 2004 adalah B (grade B) dan saat ini sedang dilakukan revisi untuk memperoleh akreditasi yang lebih baik ke depan, yaitu nilai A, dan berusaha menjadi institusi etnomusikologi yang terunggul di Indonesia, dengan ciri utama berbasis penelitian (http://etnomusikologi.usu.ac.id).

Rekrutmen dosen dilakukan oleh universitas melalui mekanisme seleksi dan administrasi yang sudah baku. Penerimaan dosen dilakukan secara terbuka dengan mengumurnkannya melalui media massa, dan informasi lainnya, seperti koran dinding universitas, dil. Sementara itu tenaga pendukung direkrut melalui Universitas Sumatera Utara

dua jalur, yaitu jalur penempatan oleh universitas atau melalui usulan dari fakultas. Sejak awal berdirinya, Departemen Etnomusikologi telah melakukan kerjasama dengan belberapa institusi pendidikan tinggi di dalam maupun luar negeri. Sebagai tindak lanjut dari hubungan tersebut, Departemen Etnomusikologi melakukan kerjasama dengan beberapa institusi dan para pakarnya, di antaranya adalah: Prof. Bob Brown (San Diego State Univ., USA); Prof. Alvin Lucer (Wesleyan Univ., USA); Prof. Melvin Strauss (Wesleyan Univ., USA); Prof. Judith Becker (Michigan Univ., USA); Mark Perlman (Wesleyan Univ., USA); Prof. Harja Susilo (Univ. of Hawaii, USA); Prof. Margareth Kartomi (Monash Univ., Australia); Dr. Yoshiko Okazaki (Univ. of Sacrted Heart, Japan); Larry Polansky (Frogpeak USA); Jody Diamond (Dartmouth College, USA); Prof. Anne Rassmussen (USA); Endo Suanda (MSPI); Ashley Turner (Monash Univ. Australia); Philip Yampolsky (Smithsonian Institute & Ford Foundation, USA); Dr. Suka Harjana (IKJ); Ratna Riantiarno (Teater Koma, Jakarta); Dr. Sal Murgianto (IKJ, Jakarta); Dr. Sri Hastanto (STSI Solo); Prof. Dr. I Made Bandem (STSI Den Pasar, Bali), Prof. Dr. R.M. Soedarsono (ISI, UGM Yogyakarta); Dr. Pudentia MPSS UI & Asosiasi Tradisi Lisan Nusantara, Jakarta; dan lain-lain (etnomusikologi.usu.ac.id).

Universitas Sumatera Utara

B. Visi, Misi, Dan Tujuan Departemen Etnomusikologi FIB – USU

Visi: Program Studi Etnomusikologi FIB USU tahun 2020 menjadi institusi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang terkemuka, bertaraf nasional dan internasional dalam bidang budaya musik berdasarkan filsafat Pancasila dan nilai-nilai budaya bangsa.

Misi: 1. Menyelenggarkan pendidikan etnomusikologi yang berkualitas tinggi dan mampu bersaing baik secara nasional maupun internasional.

2. Mengembangkan penelitian dalam bidang etnomusikologi yang mendorong kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang bermakna untuk kepentingan umat manusia.

3. Melaksanakan pengambdian pada masyarakat, berwawasan seni budaya untuk menyelesaikan masalah-masalah seni dan masyarakat.

4. Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang seni budaya untuk mengembangkan

pendidikan,

penelitian,

dan

pengabdian

pada

masyarakat

5. Menyiapkan lulusanyang berwawasan dan berkompetensi seni budaya serta keberagamannya, berkarakter, beretika, inovatif, jujur, berjiwa kepemimpinan, dan perduli terhadap masalah-masalah kemasyarakatan.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan:

1. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang etnomusikologi yang berwawasan dan berkarakter, dan menjunjung tinggi nilai-nilai akademik.

2. Menghasilkan penelitian yang inovatif di bidang ilmu budaya.

3. Menghasilkan karya pengabdian yang bermanfaat bagi masyarakat.

4. Membangun kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang seni budaya untuk membangun pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

5. Membangun pusat layanan informasi seni budaya bertaraf nasional.

6. Mengembangkan tata pamong program studi yang transparan, akuntabel, dan demokratis.

Universitas Sumatera Utara

C. Daftar Nama Pimpinan (2010-2014) dan Dosen Tetap Departemen Etnomusikologi FIB-USU

Ketua Departemen

: Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.

Sekretaris Departemen

: Dra. Heristina Dewi, M.Pd.

Dosen-dosen

: 1. Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D. 2. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. 3. Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. 4. Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. 5. Dra. Frida Deliana Harahap, M.Si. 6. Drs. Kumalo Tarigan, M.A. 7. Drs. Fadlin, M.A. 8. Drs. Perikuten Tarigan, M.A. 9. Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si. 10. Dra. Heristina Dewi, M.Pd 11. Drs. Bebas Sembiring, M.Si. 12. Arifni Netriroza, SST., M.A. 13. Drs. Irwansyah, M.A.

Universitas Sumatera Utara

III.2. Metodologi Penelitian

III.2.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut tidak terdapat manipulasi variabel (Rakhmat,2004: 26) Penelitian korelasional ini bertujuan untuk meliahat sejauhmanakah pengaruh pemberitaan media tentang konflik antara Indonesia dan Malaysia yakni tentang pencaplokan lagu daerah “ Rasa Sayange “ terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB-USU. III.2.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Etnomusikologi FIB-USU Alamat: Jl. Universitas No. 19, Kampus Universitas Sumatera Utara, Padangbulan, Medan, 20155. Telepon: (061)8952947

Website: www.etnomusikologi.usu.ac.id

Universitas Sumatera Utara

III.3. Populasi dan Sampel III.3.1. Populasi Menurut Nawawi (2011:40) populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah mahasisw Departemen Etnomusikologi FIB-USU Stambuk 2008 – 2011 (http://dirmahasiswa.usu.ac.id/mahasiswa/index/fakultas/7).

Tabel 3 Populasi Stambuk

Populasi

2008

18

2009

23

2010

67

2011

59

Jumlah

167

Sumber: http://dirmahasiswa.usu.ac.id/mahasiswa/index/fakultas/7).

Universitas Sumatera Utara

III.3.2. Sampel Sampel adalah sebagaian yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 2001:144). Sampe dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan area yakni mengambil mahasiswa yang masih aktif berkuliah di Departemen Etnomusikologi FIB-USU pada stambuk 2008-2011. Disebabkan populasi yang banyak dan tidak mungkin untuk diambil semua maka jumlah penentuan sampel dalam penelitian ini didasarkan kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan “Untuk mengetahui sekedar ancar-ancar maka apabila populasi kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian itu merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 5 s/d 15% atau 20 s/d 25% atau lebih” (Arikunto, 1998:120)

Berdasarkan ketentuan di atas maka peneliti menetapkan sampel sebasar 20% dari jumlah populasi, maka sampel dari penelitian ini adalah berjumlah 33 orang.

Universitas Sumatera Utara

Teknik Penarikan Sampel. Teknik penarikan sampel yang dipilih adalah teknik yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun teknik pengambilan sampel yang akan digunakan peneliti adalah : 1. Proportional Stratified Sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai

anggota

sampel

yang relatif

homogen. Sampel

ini

memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk setiap dipilih sebagai sampel Setelah

jumlah

sampel

ditentukan,

kemudian

diproporsionalkan

untuk

memperoleh jumlah sampel dari setiap divisi dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2002:120), yaitu : n =

n1 x n2 N

Keterangan : n1

= Jumlah mahasiswa dalam setiap stambuk

n2

= Jumlah sampel

N

= Jumlah populasi

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4 Penarikan Sampel

Mahasiswa/Stambuk

Populasi

Penarikan Sampel

Sampel

2008

18

n = 18 x 33 = 3,5

3

167 2009

23

n = 23 x 33 = 4,5

5

167 2010

67

n = 67 x 33 = 13,2

13

167 2011

59

n = 59 x 33 = 11,6

12

167 JUMLAH

33

2. Purposive Sampling Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan riset, sedangkan orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel (Kriyantono, 2006: 154).

Universitas Sumatera Utara

Sehingga berdasar pada definisi diatas, peneliti juga memberikan beberapa kriteria yang dapat menjadikan seseorang tersebut dapat menjadi sampel sebagai berikut: 1. Mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU 2. Stambuk 2008-2011 dan masih aktif berkuliah di departemen tersebut. 3. Incidental Sampling, yaitu penelitian yang populasinya adalah individuindividu yang sulit dijumpai dengan alasan sibuk, tidak mau diganggu tidak bersedia menjadi responden, atau alasan lainnya (Bungin, 2005:126).

III.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dilakukan dengan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan membaca buku-buku, jurnal, dan internet yang sesuai dengan masalah yang dibahas. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mensurvei di lokasi penelitian. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Kuesioner, adalah daftar pertanyaan yang dikirimkan kepada responden, baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara). Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu sejumlah pertanyaan yang telah ada jawabannya, jadi responden hanya perlu mencontreng atau memilih jawaban saja. Universitas Sumatera Utara

b. Wawancara, adalah tanya jawab lisan antar dua orang atau lebih secara langsung. Teknik ini diajukan terhadap sejumlah pihak-pihak yang terkait.

III.5. Teknik Analisis Data Menurut Bodgan & Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan orang lain (Singarimbun, 1995:263) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode korelasional, sehingga menggunakan analisis tabel tunggal, tavel silang, dan uji hipotesis. a. Analisis Tabel Tunggal Adalah analisis yang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian kedalam jumlah frekuensi dan persentase setiap kategori. (Singarimbun, 1995:266) b. Analisis Tabel Silang Adalah analisis dengan menggunakan teknik yang digunakan untuk mengetahui dan menganalisa variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya. Sehingga dapat diketahui variabel tersebut bernilai positif dan negatif. (Singarimbun, 2005:273) c. Uji Hipotesis Adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hubungan diantara Universitas Sumatera Utara

kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien tata jenjang oleh Spearman (Sperman’s Rho Rank – Order Correlation), yaitu sebagai berikut :

Rho =

1

6∑d2 N (N2 – 1)

Keterangan : Rho

= koefisien korelasi rank-order

d

= Perbedaan antara pasangan jenjang



= sigma atau jumlah

N

= jumlah individu dalam sampel

1

= bilangan konstan

6

= bilangan konstan

Sperman Rho koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Universitas Sumatera Utara

Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi, jika n > 0, digunakan rumus ttest pada tingkat signifikasi 0,05 sebagai berikut :

t=

n–2 1-r

t

= nilai thitung

r

= nilai koefisien

n

= jumlah sampel

jika ttest > thitung, maka hubungannya signifikan jika ttest < thitung, maka hubungannya tidak signifikan

Selanjutnya, untuk mengatur kekuatan derajat hubungan digunakan nilai koefisiesn korelasi sebagai berikut (Kriyantono, 2006 : 168-169), yaitu : ≤ 0,20

= hubungan rendah sekali; lemah sekali

0,20 – 0,39

= hubungan rendah tapi pasti

0,40 – 0,70

= hubungan yang cukup berarti

0,71 – 0,90

= hubungan yang tinggi; kuat

≥ 0,90

= hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Tabel Tunggal IV.1.1. Karakteristik Responden Karakteristik responden perlu disajikan untuk mengetahui latar belakang responden. Karakteristik yang dipakai adalah jenis kelamin, usia, suku, dan stambuk, selengkapnya data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5 Jenis Kelamin No

Jenis Kelamin

F

%

1

Laki

18

54,5

2

Perempuan

15

45,5

33

100

Total P.1/FC.1

Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa responden laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan, yaitu jumlah responden laki-laki sebanyak 18 orang (54.5%), sedangkan responden perempuan sebanyak 15 orang (45.5). Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pada saat penyebaran kuisioner

berlangsung,

mahasiswa

Fakultas

Ilmu

Budaya

Departemen

Universitas Sumatera Utara

Etnomusikologi yang sesuai dengan stambuk yang menjadi kriteria penelitian ini adalah lebih banyak berjenis kelamin laki-laki bila dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 6 Usia No

Usia

F

%

1

18

1

3,03

2

19

7

21,2

3

20

13

39,4

4

21

7

21,2

5

22

3

9,09

6

23

2

6,06

33

100

Total P.2/FC.2

Bila dilihat dari karekteristik usianya seperti yang terlihat pada tabel 6 dapat terlihat ada 6 tingkatan usia yang masuk kedalam kriteria penelitian, dimana dapat dilihat dimulai dari usia 18 tahun yang berjumlah 1 orang (3.03%) kemudian diurutan kedua terdapat usia 19 tahun yang berjumlah 7 orang (21.2%), usia 20 tahun (39.4%), usia 21 tahun yang berjumlah 7 orang (21.2%), usia 22 tahun yang berjumlah 3 orang (9.09%) dan yang terakhir terdapat responden yang berusia 23 tahun yang berjumlah 2 orang (6.06%). Terlihat juga bahwa usia yang terbanyak yang menjadi responden adalah berusia 20 tahun dengan jumlah 13 orang dan memiliki persentasi 39.4%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7 Suku No

Suku

F

%

1

Aceh

5

15,2

2

Batak

14

42,4

3

Jawa

4

12,1

4

Karo

4

12,1

5

Melayu

2

6,06

4

12,1

33

100

6

Lain-lain (Betawi, Nias, Padang) Total

P.3/FC.3

Suku juga merupakan bagian yang ditetapkan dalam karakteristik responden pada penelitian ini, terdapat beberapa suku yang terdata dalam kuisioner penelitian yang disebar, dapat dijelaskan berdasarkan tabel 6, ada 8 suku yang terdata dalam kuisioner responden yakni responden yang bersuku Aceh berjumlah 5 orang (15.2%), responden yang bersuku Batak berjumlah 14 orang (42.4%), responden yang bersuku Jawa berjumlah 4 orang (12.1%), bersuku Karo berjumlah 4 orang (12.1%), kemudian responden yang bersuku Melayu 2 orang (6.06%), selain suku yang memang telah ditetapkan oleh peneliti, juga ditetapkan terdapat kriteria suku lain yang terdata didalam penelitian dan suku-suku itu adalah Betawi, Nias, dan suku Padang, bila dihitung rata-rata jumlahnya adalah 4 orang dengan persentasi 12,1%. Dapat dilihat di dalam tabel bahwa mahasiswa yang menjadi kriteria didalam penelitian ini, bila dilihat dari jumlah suku yang terbanyak adalah suku Batak dengan jumlah 14 orang dan dengan persentasi 42.4%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8 Stambuk No

Stambuk

F

%

1

2008

3

9,09

2

2009

5

15,2

3

2010

13

39,4

4

2011

12

36,4

33

100

Total P.4/FC.4

Karakteristik responden yang terakhir adalah stambuk, dimana stambuk adalah tahun mulai atau tahun awal seorang melaksanakan perkuliahan, dilihat pada penjelasan tabel 8 terdapat 4 stambuk yang menjadi kriteria wajib yang ditetapkan oleh peneliti, yakni stambuk 2008, 2009, 2010, 2011. Dapat dijelaskan bahwa sebelumnya peneliti telah menghitung dan merumuskan jumlah mahasiswa disetiap stambuk yang berhak menerima dan menjawab kuisioner penelitian, prosedur yang dipakai adalah berdasarkan rumus arikunto dalam penarikan sampelnya. Dapat dijelaskan bahwa mahasiswa yang berada di stambuk 2008 adalah berjumlah 3 orang (9.09%), mahasiswa yang berada di stambuk 2009 berjumlah 5 orang (15.2%), mahasiswa yang berada di stambuk 2010 berjumlah 13 orang (39.4%) dan yang terakhir yakni mahasiswa yang berada di stambuk 2011 berjumlah 12 orang (36.4%). Sehingga sesuai dengan jumlah sampel yang diharapkan yakni berjumlah 33 orang.

Universitas Sumatera Utara

IV.1.2. Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia.

Tabel variabel berikutnya adalah tentang pemberitaan yang ditayangkan. Peneliti dapat memaparkan penjelasannya dengan tabel-tabel berikut dengan penjelasannya, yakni sebagai berikut: Tabel 9 Stasiun Televisi yang Paling Sering Ditonton Oleh Responden Sangat No

Stasiun

Sering

Sering

Jarang

Tidak pernah

Total

Televisi F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

1

TVRI

0

0

0

0

13

39,4

20

60,6 33

100

2

Indosiar

0

0

11

33,33

15

45,5

7

21,2 33

100

3

MNC TV

0

0

11

33,33

14

42,4

8

24,2 33

100

4

Trans TV

7

21,2

17

51,52

2

6,06

7

21,2 33

100

5

ANTV

1

3,03

21

63,64

4

12,1

7

21,2 33

100

6

Global TV

1

3,03

15

45,45

10

30,3

7

21,2 33

100

7

RCTI

0

0

14

42,42

12

36,4

7

21,2 33

100

8

SCTV

2

6,06

24

72,73

3

9,09

4

12,1 33

100

9

TVOne

1

3,03

28

84,85

0

0

4

12,1 33

100

10

MetroTV

10

30,3

19

57,58

1

3,03

3

9,09 33

100

11

Trans 7

12

36,4

13

39,39

1

3,03

7

21,2 33

100

P.5/FC.6-16

Tabel 9 merupakan stasiun televisi yang paling sering di tonton oleh responden, terdapat 11 stasiun televisi nasional yang masuk dalam daftar stasiun televisi pada penelitian ini, stasiun televisi yang paling sering ditonton oleh responden adalah Trans 7 dengan jumlah responden 12 orang (36.4%) diikuti oleh Metro TV dengan jumlah responden 10 orang (30.3%), diurutan ke tiga yakni Trans TV dengan jumlah responden 7 orang (21.2%), diikuti oleh SCTV degan jumlah responden 2 orang (6.06%), kemudian terdapat ANTV, Global TV, TV Universitas Sumatera Utara

One yang masing-massing diminati responden yang berjumlah 1 orang (3.03%), sedangkan TVRI, Indosiar, MNC TV, dan RCTI tidak memiliki jumlah responden yang menjawab sangat sering. Sedangkan pada kriteria berikutnya, responden yang menjawab sering, televisi yang berada diperingkat pertama yakni TV One dengan 28 responden (84,85%), SCTV dengan 24 responden (72.73%), Metro TV dengan

19

responden (57.58%), diikuti oleh Trans TV dengan jumlah responden 17 orang (51.52%), Global TV sebanyak 15 orang (45.45%), Trans 7 dengan jumlah responden 13 orang (39.39%), dan diurutan berikutnya terdapat Indosiar dan MNC TV dengan jumlah responden masing-masing 11 orang (33.33%), dan TVRI tidak mendapatkan kriteria stasiun televisi sering ditonton oleh responden. Televisi yang jarang ditonton oleh responden adalah Indosiar dengan jumlah responden 15 orang (45.5%), MNC TV dengan jumlah responden 14 orang (42.4%), 13 (39.4%) orang responden menjawab TVRI jarang ditonton, kemudian RCTI dengan jumlah responden 12 orang (36.4), Global TV dengan jumlah responden 10 orang (30.3%), ANTV dengan jumlah responden 4 orang (12.1%), SCTV dengan jumlah responden 3 orang (9.09%) , Trans TV dengan jumlah responden 2 orang (6.06%), dan diikuti oleh Metro TV dan Trans 7 yang berjumlah 1 orang (3.03%). Televisi yang tidak pernah ditonton oleh responden yakni TVRI dengan jumlah responden 20 orang (60.6%), diikuti oleh MNC TV dengan 8 (24.2%) responden, kemudian Indosiar, Trans TV, ANTV, Global TV, RCTI, dan Trans 7, dijawab oleh 7 orang persentasi (21.2%), kemudian SCTV dan TV One dengan jumlah responden 4 orang (12.1%) dan Metro TV dengan jumlah responden 3 orang (9.09%).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 10 Stasiun Televisi yang Paling Sering Dipilih Responden Untuk Menonton Berita Sangat Tidak Sering Jarang Total Stasiun Sering Pernah No Televisi F % F % F % F % F % 1 TVRI 1 3,03 7 21,2 4 12,1 21 63,6 33 100 2 Indosiar 0 0 2 6,06 10 30,3 21 63,6 33 100 3 MNC TV 0 0 1 3,03 9 27,3 23 69,7 33 100 4 Trans TV 0 0 3 9,09 5 15,2 25 75,8 33 100 5 ANTV 0 0 1 3,03 6 18,2 26 78,8 33 100 6 Global TV 0 0 0 0 5 15,2 28 84,8 33 100 7 RCTI 0 0 0 0 8 24,2 25 75,8 33 100 8 SCTV 1 3,03 7 21,2 8 24,2 17 51,5 33 100 9 TVOne 0 12 36,4 17 51,5 0 4 12,1 33 100 10 MetroTV 12 36,4 16 48,5 1 3,03 4 12,1 33 100 11 Trans 7 1 3,03 6 18,2 8 24,2 18 54,5 33 100 P.6/FC.17-27

Tabel 10 merupakan stasiun televisi yang paling sering dipilih

oleh

responden untuk menonton berita, stasiun televisi yang paling sering dipilih untuk menonton berita oleh responden adalah Metro TV dan TV One dengan jumlah responden 12 orang (36.4%) diikuti oleh SCTV dengan jumlah responden 1 orang (3.03%), diurutan ke tiga yakni Trans 7 dengan jumlah responden 1 orang (3.03%), diikuti oleh TVRI degan jumlah responden 1 orang (3.03%), kemudian terdapat Indosiar, MNC TV, Trans TV, ANTV, Global TV, RCTI yang masingmasing tidak dipilih oleh responden. Sedangkan pada kriteria berikutnya, responden yang menjawab sering, televisi yang berada diperingkat pertama yakni TV One dengan 17 responden (51.5%), Metro TV dengan 16 responden (48.5%), TVRI dan SCTV masingmasing dengan

7 responden (21.2%), diikuti oleh Trans 7 dengan jumlah

responden 6 orang (18.2%), dan Global TV dan RCTI yang tidak dipilih oleh responden.

Universitas Sumatera Utara

Pada kriteria berikutnya yakni televisi yang jarang ditonton oleh responden adalah Indosiar dengan jumlah responden 10 orang (30.3%), MNC TV dengan jumlah responden 9 orang (27.3%), 8 (24.2%) orang responden menjawab RCTI, SCTV Dan Trans 7 jarang ditonton, kemudian ANTV dengan jumlah responden 6 orang (18.2%), Trans TV dan Global Tv dengan jumlah responden 5 orang (15.2%), dan Metro TV dengan jumlah responden 1 orang (3.03, kemudian responden tidak ada yang memilih TV One sebagai stasiun televisi yang jarang dalam menonton berita Dan kriteria yang terakhir adalah stasiun televisi yang tidak pernah ditonton oleh responden berada di peringkat pertama yakni Global TV dengan jumlah responden 28 orang (84.8%), diikuti oleh ANTV dengan 26 (78.8%) responden, kemudian Trans TV, dan RCTI, yang masing-masing dijawab oleh 25 orang responden atau dengan persentasi (75.8%), kemudian MNC TV dengan jumlah responden 23 orang (69.7%) dan TVRI dan Indosiar dengan jumlah responden 21 orang (63.6%), Trans 7 dengan 18 respnden (24.2%), diikuti oleh SCTV dengan jumlah responden 17 orang (51.5%), dan terdapat TV One dan Metro TV yang masing-masing dengan jumlah responden 4 orang (12.1%).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 11 Stasiun Televisi yang Paling Sering Menyajikan Berita Menurut Responden Stasiun No Televisi 1 TVRI 2 Indosiar 3 MNC TV 4 Trans TV 5 ANTV 6 Global TV 7 RCTI 8 SCTV 9 TVOne 10 MetroTV 11 Trans 7 P.7/FC.28-38

Sangat Sering

Sering

Jarang

Tidak Pernah

F

%

F

%

F

%

F

%

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

7 1 0

21,2 3,03 0

2 1 0 0

6,06 3,03 0 0

17 14 0

51,5 42,4 0

8 13 13 3

24,2 39,4 39,4 9,09

4 7 9 7 7 8 9 6 1 1 7

12,1 21,2 27,3 21,2 21,2 24,2 27,3 18,2 3,03 3,03 21,2

22 25 24 24 25 25 24 19 2 5 23

66,7 75,8 72,7 72,7 75,8 75,8 72,7 57,6 6,06 15,2 69,7

Total F % 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100

Tabel 11 merupakan stasiun televisi yang paling sering menyajikan berita berdasarkan opini responden, stasiun televisi yang paling sering menyajikan berita berdasarkan opini responden adalah TV One dengan jumlah responden 17 orang (51.5%), diikuti oleh Metro TV dengan jumlah responden 14 orang (42.4%). Sedangkan pada kriteria berikutnya, responden yang menjawab sering, televisi yang berada diperingkat pertama yakni TV One dan Metro TV dengan 13 responden (39.4%), SCTV dengan

8 responden (24.2%), diikuti oleh TVRI

dengan jumlah responden 7 orang (21.2%), Trans 7 dengan 3 orang responden (9.09%), Trans TV dengan jumlah responden 2 orang (6.06%), dan di posisi berikutnya ditempati oleh Indosiar dan ANTV dengan jumlah responden 1 orang (3.03%), sedangkan Global TV dan RCTI tidak dipilih oleh seorang responden pun.

Universitas Sumatera Utara

Pada kriteria berikutnya yakni televisi yang jarang ditonton oleh responden adalah MNC TV dan RCTI dengan jumlah responden 9 orang (27.3%), Global TV dengan jumlah responden 8 orang (24.2%), 7 (21.2%) orang responden menjawab Indosiar, Trans TV, ANTV dan Trans 7 jarang ditonton, kemudian SCTV dengan jumlah responden 6 orang (18.2%), sedangkan di posisi yang terakhir ditempati oleh TV One dan Metro TV dengan masing-masing 1 orang responden (3.03%) yang menjawab stasiun televisi ini jarang menayangkan berita. Dan kriteria yang terakhir adalah stasiun televisi yang tidak pernah ditonton oleh responden berada di peringkat pertama yakni Indosiar, ANTV dan Global TV dengan jumlah responden masing-masing 25 orang (75.8%), diikuti oleh MNC TV, Trans TV, dan RCTI dengan 24 (72.7%) responden, kemudian Trans7 dengan jumlah responden 23 orang (69.7%), kemudianTVRI dengan jumlah responden 22 orang (66.7%) dan SCTV dengan jumlah responden 19 orang (57.6%), Metron TV dengan 5 responden (15.2%), diikuti di posisi terakhir yakni TV One dengan jumlah responden 2 orang (6.06%)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 12 Stasiun Televisi yang Paling Sering Menayangkan Pemberitaan Konflik Antara Indonesia dan Malaysia Stasiun Televisi

No

1 TVRI 2 Indosiar 3 MNC TV 4 Trans TV 5 ANTV 6 Global TV 7 RCTI 8 SCTV 9 TVOne 10 MetroTV 11 Trans 7 P.8/FC.39-49

Sangat Sering

Sering

Jarang

Tidak Pernah

F

%

F

%

F

%

F

%

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0 0

3,03 0 0 0 0 0 0

5 6 1

15,2 18,2 3,03

1 17 18 0

3,03 51,5 54,5 0

5 2 2 2 3 2 2 10 4 4 2

15,2 6,06 6,06 6,06 9,09 6,06 6,06 30,3 12,1 12,1 6,06

27 31 31 31 30 31 31 22 7 5 30

81,8 93,9 93,9 93,9 90,9 93,9 93,9 66,7 21,2 15,2 90,9

Total F % 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100 33 100

Berdasarkan tabel 12 yang merupakan stasiun televisi yang paling sering menayangkan pemberitaan konflik antara Indonesia dan Malaysia berdasarkan opini responden, adalah sebagai berikut Metro TV dengan jumlah responden 6 orang (18.2%) diikuti oleh TV One dengan jumlah responden 5 orang (15.2%), kemudian Trans 7 dengan jumlah responden 1 orang (3.03%), sedangkan stasiun televisi yang lainnya tidak dipilih oleh responden. Sedangkan pada kriteria berikutnya, responden yang menjawab sering, televisi yang berada diperingkat pertama yakni Metro TV dengan 18 responden (54.5%), TV One dengan 17 responden (51.5%), diikuti oleh TVRI dan SCTV dengan jumlah responden 1 orang (3.03%) dan sedangkan stasiun televisi yang lainnya tidak dipilih oleh responden. .

Universitas Sumatera Utara

Pada kriteria berikutnya yakni televisi yang jarang ditonton oleh responden adalah SCTV dengan jumlah responden 10 orang (30.3%), TVRI dengan jumlah responden 5 orang (15.2%), dan 3 orang responden menjawab ANTV, 4 (12.1%) orang responden menjawab TV One dan Metro TV jarang ditonton, kemudian Indosiar, MNC TV, Trans TV, Global TV, RCTI dan Trans 7 dengan jumlah responden 2 orang (6.06%). Dan kriteria yang terakhir adalah stasiun televisi yang tidak pernah ditonton oleh responden berada di peringkat pertama yakni Indosiar, MNC TV, Trans TV, Global TV, RCTI dengan jumlah responden masing-masing 31 orang (93.9%), diikuti oleh ANTV dan Trans 7 dengan 30 (90.9%)

responden,

kemudian TVRI dengan jumlah responden 27 orang (81.8%), kemudian SCTV dengan jumlah responden 22 orang (66.7%) dan TV One dengan jumlah responden 7 orang (21.2%), dan di posisi terakhir terdapat Metron TV dengan 5 responden (15.2%).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 13 Pernah Atau Tidak Pernahkah Responden Melihat Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia No 1 2

Pernah/Tidakpernah

F

%

Pernah Tidak Pernah Total

33 0 33

100 0 0

P.9/FC.50

Berdasarkan tabel 13 dipaparkan penjelasan bahwa 33 (100%) responden menyatakan pernah melihat pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, hal ini menandakan bahwa seluruh responden pernah melihat pemberitaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 14 Tingkat Keseringan Stasiun Televisi yang Dipilih Oleh Responden Dalam Menayangkan Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jenis Media Televisi TVRI Indosiar MNC TV Trans TV ANTV Global TV RCTI SCTV TV One MetroTV Trans 7

Sangat Sering F % 2 6,06 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3,03 2 6,06 0 0

Sering

Jarang

F 0 0 0 0 0 0 0 2 7 6 0

F 3 0 0 0 0 0 0 4 4 3 1

% 0 0 0 0 0 0 0 6,1 21 18 0

% 9,09 0 0 0 0 0 0 12,1 12,1 9,09 3,03

Tidak Pernah F % 28 84,8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 81,8 21 63,6 22 66,7 32 97

Total F % 33 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 100 33 100 33 100 33 100

P.10/FC.51-61

Berdasarkan tabel 15 dapat dijelaskan bahwa tingkat keseringan stasiun televisi yang dipilih oleh responden dalam menayangkan pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia adalah sebagai berikut, pada kategori sangat sering yang dipilih oleh responden adalah stasiun televisi Metro TV dan TVRI yang masing-masing dengan 2 (6.06%) responden, dan selanjutnya TV One yakni dengan 1 (3.03%) responden, sedangkan stasiun televisi lain yang terdapat didalam tabel tidak dipilih oleh responden dalam kriteria ini. Sedangkan pada kriteria berikutnya yakni stasiun televisi mana yang sering menayangkan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia adalah TV One dengan 7 (18%) orang responden, dan yang terakhir adalah stasiun televisi SCTV dengan 2 (6.1%) orang responden, dan tentunya stasiun televisi lain tidak dipilih oleh responden.

Universitas Sumatera Utara

Pada kriteria televisi yang jarang menayangkan pemberitaan menayangkan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia terdapat stasiun televisi SCTV dan TV One dengan masing-masing 4 (12.1%) responden yang memilih, kemudian terdapat Metro TV dan TVRI dengan masingmasing 3 (9.09%) orang responden, sedangkan Trans 7 hanya dipilih oleh 1 (3.03%) orang responden. Dan pada kriteria terakhir yakni stasiun televisi yang tidak pernah menayangkan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, dimana Trans 7 dengan 32 (97%) orang responden, TVRI 28 (84.8%), SCTV 27 (81.8%) orang responden, Metro TV 22 (66.7%) orang responden, dan yang terakhir adalah TV One dengan 21 (63.6%) responden. Pada penjelasan tabel ini dapat ditarik kesimpulan bahwa metro TV yang dipilih sebagai stasiun televisi yang paling sering menayangkan pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia. dan TVRI sebagai stasiun televisi yang paling banyak dipilih dalam kategori tidak pernah menayangkan pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia. Hal tersebut tentunya diambil berdasarkan tabel 14, dimana berdasarkan stasiun televisi dimana stasiun tersebut pernah menayangkan pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia dan pemberitaannya dilihat oleh responden.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 15 Tingkat Kejelasan Isi Berita yang Disampaikan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jenis Media Televisi TVRI Indosiar MNC TV Trans TV ANTV Global TV RCTI SCTV TVOne MetroTV Trans 7

Sangat Jelas F % 1 3,03 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3,03 4 12,1 6 18,2 0 0

Jelas F 2 0 0 0 0 0 0 5 9 7 1

% 6,1 0 0 0 0 0 0 15 27 21 3

Tidak Jelas F % 30 90,9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 81,8 20 60,6 20 60,6 32 97

Total F 33 0 0 0 0 0 0 33 33 33 33

% 100 0 0 0 0 0 0 100 100 100 100

P.11/FC.62-72

Penjelasan pada tabel 16 yakni tingkat kejelasan isi berita yang disampaikan oleh stasiun televisi yang dipilih responden, pada kriteria sangat jelas adalah sebagai berikut dimana sebanyak 6 (18.2%) responden memilih Metro TV, TV One dengan responden 4 (12.1%), dan TVRI dan SCTV dengan responden 1 (3.03%) orang. Pada kriteria selanjutnya yakni kriteria responden yang merasa jelas terdapat sebanyak 9 (27%) orang responden memilih TV One, kemudian Metro TV dengan 7 (21%) orang responden, SCTV 5 (15%) responden, TVRI dengan 2 (6.1%) responden, dan diposisi terakhir yakni Trans 7 dipilih oleh 1 (3%) responden. Dan pada kriteria yang terakhir atau responden yang memilih tidak jelas dapat dipaparkan bahwa sebanyak 32 (97%) orang responden memilih Trans 7, selanjutnya terdapat TVRI dengan 30 (90.9%) orang responden, SCTV dengan responden 27 (81.8%) orang, dan diposisi terakhir adalah TV One dan Metro TV dengan responden masing-masing 20 (60.6%) orang.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 16 Tingkat Kemenarikan Isi Berita yang Disampaikan Menurut Responden

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jenis Media Televisi TVRI Indosiar MNC TV Trans TV ANTV Global TV RCTI SCTV TVOne MetroTV Trans 7

Sangat Menarik

Menarik

F 2 0 0 0 0 0 0 1 4 6 0

F 1 0 0 0 0 0 0 5 8 6 1

% 6,06 0 0 0 0 0 0 3,03 12,1 18,2 0

% 3,03 0 0 0 0 0 0 15,2 24,2 18,2 3,03

Kurang Menarik F 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tidak menarik F 30 0 0 0 0 0 0 27 21 21 32

% 90,9 0 0 0 0 0 0 81,8 63,6 63,6 97

Total F 33 0 0 0 0 0 0 33 33 33 33

% 100 0 0 0 0 0 0 100 100 100 100

P.12/FC.73-83

Penjelasan pada tabel 17 yakni tingkat kemenarikan isi berita yang disampaikan oleh stasiun televisi yang dipilih responden, pada kriteria sangat menarik adalah sebagai berikut dimana sebanyak 6 (18.2%) responden memilih Metro TV, TV One dengan responden 4 (12.1%), dan TVRI dan SCTV dengan responden 1 (3.03%) orang. Pada kriteria selanjutnya yakni kriteria responden yang merasa berita yang disampaikan menarik terdapat sebanyak 8 (24.24%) orang responden memilih TV One, kemudian Metro TV dengan 6 (18.18%) orang responden, SCTV 5 (15.15%) responden, TVRI dengan 1 (3.03%) responden, dan diposisi terakhir yakni Trans 7 dipilih oleh 1 (3.03%) responden. Sebaliknya pada kriteria selanjutnya yakni kurang menarik, responden tidak ada yang memilih satu responden pun. Namun pada kriteria yang terakhir atau responden yang memilih tidak menarik dapat dipaparkan bahwa sebanyak 32 (97%) orang responden memilih Trans 7, selanjutnya terdapat TVRI dengan 30 (90.9%) orang responden, SCTV dengan responden 27 (81.8%) orang, dan diposisi terakhir adalah TV One dan Metro TV dengan responden masing-masing 21 (63.6%) orang. Universitas Sumatera Utara

Tabel 17 Tingkat Kepahaman Responden Terhadap Berita yang Disampaikan

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jenis Media Televisi TVRI Indosiar MNC TV Trans TV ANTV Global TV RCTI SCTV TVOne MetroTV Trans 7

Sangat Paham F 1 0 0 0 0 0 0 1 2 3 0

% 3,03 0 0 0 0 0 0 3,03 6,06 9,09 0

Paham F 2 0 0 0 0 0 0 4 2 10 1

% 6,06 0 0 0 0 0 0 12,1 6,06 30,3 3,03

Kurang Paham F 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0

% 0 0 0 0 0 0 0 3,03 0 3,03 0

Tidak Paham F 30 0 0 0 0 0 0 27 23 19 32

% 90,9 0 0 0 0 0 0 81,8 69,7 57,6 97

Total F % 33 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 100 33 100 33 100 33 100

P.13/FC.84-94

Penjelasan berikutnya yakni pada tabel 18 merupakan tingkat kepahaman responden terhadap isi berita yang disampaikan oleh stasiun televisi yang dipilih responden, pada kriteria sangat paham dapat dijelaskan sebagai berikut dimana sebanyak 3 (9.09%) responden memilih Metro TV, TV One dengan responden 2 (6.06%), dan TVRI dan SCTV dengan responden 1 (3.03%) orang. Pada kriteria selanjutnya yakni kriteria responden yang merasa paham dengan berita yang disampaikan terdapat sebanyak 10 (30.3%) orang responden memilih Metro TV, kemudian SCTV dengan 4 (12.12%) orang responden, TV One dan TVRI dengan masing-masing 2 (6.06%) responden, dan diposisi terakhir yakni Trans 7 dipilih oleh 1 (3.03%) responden. Terdapat juga pada kriteria berikutnya, responden yang merasa kurang paham terdapat pada stasiun televisi SCTV dan Metro TV dengan masing-masing 1 (3.03%) orang responden.

Universitas Sumatera Utara

Namun pada kriteria yang terakhir atau responden yang memilih tidak menarik dapat dipaparkan bahwa sebanyak 30 (90.9%) orang responden memilih TVRI, selanjutnya terdapat Trans 7 dengan 32 (97%) orang responden, SCTV dengan responden 27 (81.8%) orang, selanjutnya yakni TV One sebanyak 23 (69.7%), dan diposisi terakhir terdapat Metro TV dengan jumlah responden 19 (57.6%).

Universitas Sumatera Utara

IV.1.3. Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya-USU.

Tabel 18 Tingkat Kepercayaan Responden terhadap Berita yang Disampaikan

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jenis Media Televisi TVRI Indosiar MNC TV Trans TV ANTV Global TV RCTI SCTV TVOne MetroTV Trans 7

Sangat Percaya

Percaya

Kurang Percaya

Tidak Percaya

F 2 0 0 0 0 0 0 1 4 2 2

F 1 0 0 0 0 0 0 5 8 9 0

F 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

F 30 0 0 0 0 0 0 27 21 21 31

% 6,06 0 0 0 0 0 0 3,03 12,1 6,06 6,9

% 3,03 0 0 0 0 0 0 15,2 24,2 27,3 0

% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,03 0

% 90,9 0 0 0 0 0 0 81,8 63,6 63,6 93,1

Total F % 33 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 l0 0 33 100 33 100 33 100 33 100

P.14/FC.95-105

Yang menjadi variabel (Y) dalam penelitian ini adalah opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi Fakultas Imu Budaya-USU, terhadap pemberitaan media televisi tentang konflik pencaplokan lagu daerah rasa sayange yang dilakukan oleh Malaysia, pada tabel 19 yakni merupakan tabel tingkat kepercayaan responden terhadap berita yang di sampaikan oleh media televisi yang dipilih oleh responden, dapat dijabarkan penjelasan sebagai berikut. Pada kriteria pertama yakni responden yang sangat percaya kepada stasiun televisi yang menyampaikan berita terdapat pada stasiun televisi TV One dengan 4 (12.1%) orang responden, kemudian terdapat stasiun televisi TVRI, dan Metro TV dengan 2 (6.06%) orang responden, berikutnya Trans 7 dengan 2 (6.9%) orang responden, dan di posisi terakhir terdapat SCTV dengan 1 (3.03%) orang responden.

Universitas Sumatera Utara

Pada kriteria selanjutnya yakni kriteria responden yang merasa percaya dengan berita yang disampaikan terdapat sebanyak 9 (27.3%) orang responden memilih Metro TV, kemudian TV One dengan 8 (24.2%) orang responden, SCTV dengan 5 (15.2%) responden, dan diposisi terakhir yakni TVRI dipilih oleh 1 (3.03%) responden. Terdapat juga pada kriteria berikutnya, responden yang merasa kurang percaya terdapat hanya pada stasiun televisi Metro TV dengan 1 (3.03%) orang responden. Pada kriteria yang terakhir atau responden yang memilih percaya dapat dipaparkan bahwa sebanyak 30 (90.9%) orang responden memilih TVRI, selanjutnya terdapat Trans 7 dengan 31 (93.1%) orang responden, SCTV dengan responden 27 (81.8%) orang, selanjutnya yakni TV One dan Metro TV yang masing-masing dengan 21 (63.6%) orang responden.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 19 Perasaan Responden Ketika Melihat Pemberitaan Konflik Pencaplokan Lagu Daera Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia No

Perasaan

F

%

1

Marah

23 69,7

2

Sedih

5

15,2

3

Khawatir

5

15,2

4

Kegirangan

0

0

33

100

Total P.15/FC.106

Pada tabel 20 peneliti menyebutnya sebagai tabel perasaan, hal ini dikarenakan pada tabel ini berisi perasaan seluruh responden ketika melihat atau menonton tayangan pemberitaan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia. Dapat di jelaskan berdasarkan tabel di atas bahwa responden yang merasa marah ketika melihat pemberitaan tersebut terdapat 23 (69.7%) responden, kemudian responden yang merasa sedih ketika melihat pemberitaan tersebut terdapat 5 (15.2%) responden, dan merasa khawatir yakni memiliki jumlah responden yang sama dengan responden yang merasa sedih, yakni 5 (15.2%), dan tidak ada responden yang merasa kegirangan dengan adanya pemberitaan ini. Berdasarkan analisis tabel 20 dapat ditarik kesimpulan bahwa 69.7 % responden atau hampir seluruhnya merasa marah dengan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, ketika peristiwa tersebut di liput dan diberitakan oleh media televisi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 20 Tindakan yang Harus Dilakukan Pemerintah Indonesia dalam Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden No

Jenis Tindakan

F

%

1

Perang

5

15,2

2

Mediasi

6

18,2

3

Dialog Diplomatis

22 66,7

Total

33

100

P.16/FC.107

Pada tabel 21 ini peneliti sengaja memberikan beberapa pilihan tindakan yang dapat diambil oleh pemerintah Repiblik Indonesia dalam menangani kasus konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange. Dan apabila beberapa tidakan tersebut dapat dipilih yang terbaik menurut responden, maka dapat dijelaskan sebagai berikut, tindakan dialog diplomatis dipilih sebanyak 22 (66.7%) responden, tindakan mediasi dipilih oleh 6 (18.2%) responden, dan tidakan yang terakhir yakni perang, dimana tidakan ini dipilih oleh 5 (15.2%) responden. Dapat diketahui berdasarkan penjelasan di atas, bahwa responden lebih banyak memilih tindakan dialog diplomatis dengan 66.7% responden, sebagai langakah yang terbaik dalam pemerintah menangani kasus konflik ini. Hal ini ditandai dengan hampir seluruhnya responden memilih tindakan dialog diplomatis, sedangkan untuk mediasi dan perang memiliki responden yang hampir sama namun hanya berbanding 1 responden atau den dengan persentasi selisih hanya 3%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 21 Ada atau Tidak kah Tindakan yang Dilakukan oleh Pemerintah dalam Menangani Kasus Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut responden No 1 2

Ada/Tidak Ada Ada Tidak Ada

Total

F

%

19 14

57,6 42,4

33

100

P.17/FC.108

Pada tabel 22 merupakan tabel dimana responden mengungkapkan opininya mengenai ada atau tidak kah tindakan yang selama ini diambil atau dilakukan oleh pemerintah dalam menangani kasus pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia. Berdasarkan tabel diatas dapat dianaliasis sebagai berikut, bahwa sebanyak 19 (57.6%) responden menjawab bahwa pemerintah melakukan tindakan sebagai penanganan kasus yang dihadapi, dan sebanyak 14 (42.4%) responden menjawab pemerintah sama sekali tidak melakukan tindakan apapun dalam menangani kasus pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange dan objek kebudayaan lainnya yang dilakukan oleh Malaysia.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 22 Tingkat Ketegasan Pemerintah Indonesia dalam Merespon, Menghadapi, atau Menangani Kasus Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden No

Tingkat Ketegasan

F

%

1

Sangat Tegas

1

3,03

2

Tegas

0

0

3

Kurang Tegas

13 39,4

4

Tidak Tegas

19 57,6

Total

33

100

P.18/FC.109

Tabel 23 merupakan cerminan tingkat ketegasan pemerintah dalam merespon, menghadapi, atau menangani kasus pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, yang tentunya hal ini adalah menurut atau berdasarkan opini responden. Berdasarkan tabel diatas, responden menjawab sangat tegas hanya 1 (3.03%) responden, sedangkan yang menjawab tegas tidak dijawab oleh satu orang pun responden, kemudian sebanyak 13 (39.4%) responden menjawab pemerintah kurang tegas, dan yang terakhir yang menjawab bahwa pemerintah tidak tegas dalam merespon, mengahdapi, dan menangani kasus pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange sebanyak 19 (57.6%) responden. Hal ini menunjukan kesimpulan bahwa dengan mayoritas responden menjawab bahwa pemerintah tidak tegas dalam merespon, menghadapi, dan menangani kasus pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, hal ini dengan dapat terlihatnya indikator responden yang menjawab tidak tegas, dengan nilai persentasi 57.6%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 23 Asal Penyebab Terciptanya Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden No

Asal Konflik

F

%

1

Pemerintah Indonesia

21 63,6

2

Pemerintah Malaysia

8

24,2

3

Tidak Mengetahui

4

12,1

33

100

Total P.19/FC.110

Pada tabel 24 ini merupakan tabel indikator dimana peneliti mencoba mengetahui darimanakah sebenarnya asal konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange, oleh sebab itu berdasarkan pemikiran peneliti timbulah 2 pilihan permasalahan asal konflik tersebut terjadi. Dimana asal penyebab yang pertama, yakni berasal dari pemerintah Indonesia sendiri, diantaranya, pemerintah yang seakan-akan kurang peduli dengan aset budaya bangsa, dengan tidak memberikan label hak paten terhadap budaya tersebut, jadi dengan mudah bangsa lain mencaplok atau merebut dan mengakui kebudayaan seperti halnya lagu daerah Rasa Sayange seperti yang dilakukan Malaysia. Dari faktor kedua yakni berasal dari pemerintah Malaysia yang dengan sengaja atau tidak sengaja mencaplok, merebut, dan mengakui salah satu aset budaya Indonesia yakni lagu daerah Rasa Sayange sebagai lagu bangasa Malaysia, hal ini tentunya memicu konflik antara Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan opsi asal penyebab terciptanya konflik yang terdapat di tabel diatas, dapat dianalisa bahwa responden yang menjawab konflik justru berasal dari pemerintah Indonsesia sendiri yang tidak memelihara aset budaya bangsa berjumlah 21 (63.6%) responden, dan sebanyak 8 (24.2%) responden menjawab

Universitas Sumatera Utara

konflik berasal dari pemerintah Malaysia yang melakukan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange, dan 4 orang responden yang memilih opsi tidak mengetahui dalam permasalahan ini. Berdasarkan analisa tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa asal mula terjadinya konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia yakni berasal dari pemerintah Indonesia yang seakan-akan tidak peduli dengan aset-aset kebudayaan bangsa, hal ini tentunya dikutip berdasarkan opini responden dengan jumlah persentasi terbanyak yakni mencapai 63.6%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 24 Pihak yang Patut Disalahkan Atas Terjadinya Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan oleh Malaysia Menurut Responden No

Pihak Yang Disalahkan

1

Pihak Pemerintah Indonesia

21 63,6

2

Pihak Pemerintah Malaysia

8

24,2

3

Tidak Mengetahui

4

12,1

33

100

Total

F

%

P.20/FC.111

Berawal dari pertanyaan yang dirangkum menjadi tabel 24, kini muncul pertanyaan yang disusun dalam tabel 25, dimana pernyataan dalam tabel 25 adalah pihak manakah yang patut disalahkan atas terjadinya pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia yang tentunya hasilnya berdasarkan opini responden. Di dalam tabel diatas terdapat juga dua opsi yakni, pihak pemerintah Indonesia yang seakan tidak peduli oleh aset kebudayaan bangsa sendiri dengan tidak melindungi aset kebudayaan tersebut. Dan juga pihak pemerintah Malaysia yang semena-mena telah melakukan pencaplokan, perebutan, dan pengakuan objek budaya Indonesia dalam hal ini lagu daerah Rasa Sayange. Berdasarkan opsi pada tabel tersebut, didapat jawaban-jawaban responden, yakni sebagai berikut, bahwa sebanyak 21 (63.6%) responden menjawab pemerinta Indonesia lah yang patut disalahkan akan terjadinya konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange, dan sebanyak 8 (24.2%) responden menjawab justru pemerintah Malaysia lah yang patut disalahkan atas terjadinya pencaplokan lagu Rasa Sayange, sedangkan sisanya sebanyak 4 (12.1%) responden menjawab tidak mengetahui.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa, dengan raihan nilai 63.6% maka pemerintah Indonesia lah yang patut disalahkan atas terjadinya konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia berdasarkan opini responden.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 25 Dapat Berakhir atau Tidak Dapat Berakhirkah Konflik Antara Indonesia dan Malaysia Di Masa yang Akan Datang Menurut Responden No

Pendapat

F

%

1

Dapat berakhir

22 66,7

2

Tidak dapat berakhir

11 33,3

Total

33

100

P.21/FC.112

Pada tabel 26 yang juga merupakan tabel terkahir dalam analisis tabel tunggal pada penelitian ini, peneliti menanyakan kepada responden apakah konflik antara Indonesia dan Malaysia dapat berakhir dimasa yang akan datang? Didalam pertanyaan terakhir dalam kuisioner ini peneliti memasukan dua opsi yakni dapat berakhir dan tidak dapat berakhir. Berdasarkan tabel 26 dan berdasarkan jawaban

yang telah di

akumulasikan, bahwa sebanyak 22 (66.7%) responden menjawab bahwa konflik antara Indonesia dan Malaysia dapat berakhir dimasa yang akan datang, dan sebanyak 11 (33.3%) responden menjawab konflik antara Indonesia dan Malaysia tidak dapat berakhir. Jadi berdasarkan analisis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas responden menjawab bahwa konflik antara Indonesia dengan Malaysia dapat berakhir dimasa depan, hal ini didasarkan pada jumlah persentasi sebanyak 66.7% responden.

Universitas Sumatera Utara

IV.2. Analisis Tabel Silang Kumpulan data yang akan disajikan dan dianalisa dalam tabel silang adalah sebagai berikuit: Tabel 26 Hubungan Tingkat Kepahaman Responden Penelitian Dengan Perasaan Responden

Tingkat Sangat Paham kepahaman Paham responden terhadap Kurang Paham penyajian berita Metro TV Tidak Paham Total P.13/FC.84-94 dan P.15/FC.106

Perasaan Responden Khawatir Sedih Marah 0 2 1 3 0 7 1 0 0 1 5

3 5

15 23

Total 3 10 1 19 33

Pada tabel 28 ini peneliti mencoba mengkaitkan hubungan antara varianel X dan varibel Y, dimana variabel X adalah tingkat kepahaman responden terhadap berita yang disampaikan, dan variabel Y adalah opini responden mengenai perasaan responden ketika melihat pemberitaan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh mahasiswa. Di dalam tabel silang tersebut dapat dilihat bahwa responden yang merasa tidak memahami pemberitaan yang disampaikan oleh stasiun televisi Metro TV merasa marah dengan angka yang signifikan hingga mencapai 15 orang, dan merasa sedih sebanyakn 3 orang dan khawatir 1 orang. Sedangkan responden yang kurang paham hanya 1 orang yang merasa khawatir. Responden berikutnya yang paham dengan pemberitaan yang disampaikan, terdiri dari 7 orang yang merasa marah dan 3 orang yang merasa khawatir akan adanya pemberitaan itu, sedangkan responden yang sangat paham dengan pemberitaan yang disampaikan terdapat 1 orang yang merasa marah dan 2 orang yang merasa sedih. Universitas Sumatera Utara

Tabel 27 Hubungan Antara Stambuk Responden Penelitian Dengan Opini Responden Mengenai Pihak Mana Yang Patut Disalahkan Terkait Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange Yang Dilakukan Oleh Malaysia Pihak Yang Patut Disalahkan Pemerintah Pemerintah Tidak Indonesia Malaysia Mengetahui 2008 3 0 0 2009 2 1 2 Stambuk 2010 10 1 2 2011 7 5 0 Total 22 7 4 P.4/FC.4 dan P.20/FC.111

Total 3 5 13 12 33

Tabel 29 merupakan tabel silang dari hubungan antara stambuk responden penelitian (Z) dengan opini responden mengenai pihak mana yang patut disalahkan terkait konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia (X). Didalam tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil dari persilangan kedua variabel diatas adalah menunjukan bahwa hampir seluruh responden atau 22 responden yang berasal dari seluruh stambuk yang menjadi kriteria penelitian beropini bahwa pemerintah Indonesia lah yang patut disalahkan dengan adanya peristiwa konflik pencaplokan lagu Daerah rasa Sayange ini, hal ini dikarenakan pemerintah yang tidak atau terlambat melindungi aset-aset kebudayaan bangsa yang begitu berharga. Sedangkan responden yang menjawab bahwa pemerintah Malaysia lah yang bersalah hanya terdiri dari 7 responden, dan responden yang memilih opsi tidak tahu adalah terdiri dari 4 orang.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 28 Tingkat kredibilitas Stasiun Televisi dan Ada atau Tidakkah Tindakan yang Dilakukan Pemerintah Indonesia

Bagaimana tingkat kredibilitas berita TV One Total

Tidak percaya Percaya Sangat percaya

Apakah ada Total tindakan yang dilakukan pemerintah Indonesia Tidak ada Ada 7 14 21 4 4 8 3

1 19

14

4 33

P.14/FC.95-105 dan P.17/FC.108

Tabel silang pada tabel 28 dapat dilihat dan dijelaskan bahwa peneliti memilih stasiun TV One sebagai variabel stasiun TV yang dipakai untuk disilangkan dengan variabel tindakan pemerintah Indonsia, hal ini dikarenakan stasiun televisi TV One adalah stasiun yang memiliki responden dengan tingkat kredibilitas terbanyak diantara stasiun televisi yang dipilih. Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada responden yang tidak percaya dengan pemberitaan menjawab 14 responden mengatakan bahwa pemerinta ada melakukan tindakan dan 7 orang mengatakan tidak ada. Kemudian responden yang percaya dengan pemberitaan tersebut, sebanyak 4 orang responden menyatakan percaya dan 4 orang menyatakan tidak percaya, kemudian yang terakhir, yakni responden yang sangat percaya pada pemberitaan tersebut sebanyak 1 orang menyatakan bahwa pemerintah ada melakukan tindakan dan 3 orang menyatakan bahwa pemerintah tidak melakukan tindakan apapun dalam mengatasi kasus pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange.

Universitas Sumatera Utara

IV.3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Sebelum melakukan uji hipotesa, terlebih dahulu menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, dengan menggunakan rumus koefisien oleh Spearman yaitu :

Rho =

1

6∑d2 N (N2 – 1)

Dengan menggunakan analisa Spearman melalui aplikasi SPSS 13.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 29 Hasil Uji Hipotesis

Correlations Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia. Spearman's rho

Pemberitaan Media Massa (Televisi) Tentang Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Malaysia. Opini Mahasiswa

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Opini Mahasiswa

1,000

-,101

.

,577

33

33

-,101

1,000

,577

.

33

33

SPSS Series 13.0

Universitas Sumatera Utara

Hubungan dinyatakan signifikan bila mencapai nilai 95% - 100%. Berdasarkan tabel nilai diperoleh dengan rs -0.10 signifikansi dengan angka 0.577 (57.7%) sehingga nilai signifikansinya 100% - 57.7% = 42.3% yakni dibawah 95% maka Ho diterima. Sehingga tidak terdapat pengaruh hubungan pemberitaan pada media televisi terhadap opini mahasiswa. Bila dilihat berdasarkan tingkat signifikansi dari hasil uji korelasi Spearman terdapat hasil 0.577, dimana dapat dijelaskan bahwa tidak terdapatnya pengaruh hubungan antara pemberitaan televisi mengenai pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia (X) dengan opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU (Y). Sedangkan untuk peramalan indeks korelasi yang menentukan besar hubungan variabel X (pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia) terhadap variabel Y (opini mahasiwa Departemen Etnomusikologi FIB-USU), digunakan rumus :

Kp = (rs)² x 100% Kp = (-0,101)² x 100% Kp = 0.010 x 100% Kp = 1.02 %.

Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 1.02% dan terdapat 98.98% faktor – faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

IV.4. Pembahasan Pemberitaan pada dasarnya merupakan suatu penyampaian informasi mengenai peristiwa-peristiwa atau kejadian yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, dimana berita tersebut disampaikan melalui berbagai media yang diciptakan, seperti media televisi, radio, hingga media cetak. Khusus pada penelitian ini peneliti mengangkat pemberitaan pada media televisi. Televisi sebagai suatu media yang sangat pesat perkembangannya dari zaman ke zaman, hal ini ditandai dengan begitu banyaknya masyarakat yang kini memiliki media ini di setiap rumah, gabungan antara audio dan visual merupakan kelebihan yang dimiliki oleh media ini, sehingga audiens tidak hanya menghayal bagaimana bentuk gambarnya, namun juga dapat langsung melihat bentuk informasi yang disampaikan. Dan khusus pada penelitian ini, peneliti mengangkat pemberitaan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange pada media televisi, yang tentunya kita semua sudah mengenal peristiwa yang dilakukan oleh negeri tetangga yakni Malaysia sempat membuat heboh tanah air, dan tidak hanya lagu daerah Rasa Sayange yang menjadi objek pemberitaan, namun bentuk-bentuk kebudayaan lainnya yang dimiliki oleh Indonesia juga dijadikan objek pencaplokan oleh Malaysia. Tentunya dari berbagai pemberitaan yang disampaikan di tanah air dapat memicu arus opini publik. Banyak yang berpendapat dan beropini mengenai pemberitaan itu, baik itu berpendapat langsung maupun tidak langsung, hingga memicu emosional bangsa Indonesia sendiri, itulah dampak yang dihasilkan oleh media televisi yang melakukan pemberitaan peristiwa tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Mahasiswa yang merupakan masyarakat intelektual juga tidak ketinggalan dalam menyampaikan opini, dan tentunya dengan berbagai analisa yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Pada penelitian mengenai pemberitaan ini peneliti mengadakan penelitian di Departemen Etnomusikologi, FIB-USU dengan responden ialah mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari departemen tersebut dan stambuk 2008-2011. Dari hasi penelitian dapat dirangkum bahwa seluruh mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU pernah melihat pemberitaan tersebut dan memilih stasiun televisi TVRI, SCTV, TV One, Metro TV dan Trans 7 untuk menonton pemberitaan mengenai pencaplokan lagu daera Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia. Bila dilihat dari tingkat keseringan responden lebih memilih TV One dan Metro TV sebagai stasiun televisi yang paling sering dilihat untuk menonton pemberitaan tersebut. Kemudian stasiun televisi Metro TV sebagai stasiun televisi yang paling banyak dipilih responden dalam hal memahami isi berita yang disampaikan. Dari segi opini responden berdasarkan analisa tabel tunggal responden lebih memilih TV One dalam mempercayai isi berita yang disampaikan dan marah adalah perasaan yang banyak dialami oleh responden ketika melihat pemberitaan tersebut. Adapun cara yang dapat diambil oleh pemerintah bila cara ini diajukan, responden lebih banyak memilih dialog diplomatis sebagai cara untuk mengatasi konflik permasalahaan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia tersebut. Adapun bila ditanya mengenai ada atau tidak kah pemerintah mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersesebut responden beropini bahwa pemerintah Indonesia ada melakukan penanganan dalam masalah konflik tersebut. Namun bila pertanyaan mengenai tingkat ketegasan pemerintah, maka opini responden terbanyak adalah

Universitas Sumatera Utara

bahwa pemerintah tidak tegas dalam menyikapi dan menangani permasalahan tersebut. Responden juga banyak yang beropini bahwa sumber konflik yang terjadi berasal dari pemerintah Indonesia yang tidak melindungi dengan serius segala objek kebudayaan yang ada, dan beropini bahwa yang pantas disalahkan dalam permasalahan ini adalah justru pemerintah Indonesia yang tidak melindungi objek-objek kebudayaan negeri sendiri. Dan bila pertanyaan diarahkan apakah konflik antara Indonesia dan Malaysia dapat berakhir atau tidak, dan responden kebanyakan beropini bahwa konflik ini dapat berakhir. Berdasarkan hasil uji hipotesis tingkat signifikansi dari penelitian ini adalah 0.57 dan korelasi koefisien yakni -1.01 yang berarti tingkat hubungannya tidak ada dan sangat lemah sekali, ini menandakan bahwa hubungan antara kedua variabel tidak ada, dan setelah peneliti mengkaji ulang beberapa kali terhadap hasil penelitian ini, peneliti memperoleh jawaban yang sangat mencengangkan, berdasarkan hasil analisis tabel silang antara tingkat kepahaman dalam memahami berita yang disampaikan dengan perasaan yang dialami oleh responden, justru menunjukan responden yang tidak paham lah yang merasa marah dengan pemberitaan tersebut, dan justru responden yang paham malah hanya merasa sedih dengan adanya pemberitaan tersebut, dan peneliti kembali kembali menyilangkan antara stambuk responden dengan pihak mana yang patut disalahkan atas terjadinya konflik tersebut, responden justru lebih banyak menyalahkan pihak pemerintah Indonesia. Setelah peneliti menganalisa kenapa responden yang merasa sangat paham dengan pemberitaan justru tidak marah, hal ini dikarenakan responden telah banyak memperoleh informasi mengenai isu konflik pencaplokan lagu daerah tersebut yang tentunya diperoleh dari berbagai sumber misalkan tidak hanya berasal dari sumber televisi saja, responden juga

Universitas Sumatera Utara

memperoleh informasi dari berdiskusi dengan sesama rekan mahasiswa, memperoleh informasai dari media cetak maupun internet dan sumber-sumber lainnya yang tentunya dapat menambah pengetahuan yang cukup akan isu tersebut. Dan juga terkait dengan opini responden yang banyak menyatakan bahwa pemerintah Indonesia lah yang patut disalahkan atas terjadinya pencaplokan aset budaya bangsa tersebut, dikarenakan bahwa responden sangat memahami betul duduk perkara yang terjadi, misalnya saja mereka beropini bahwa pemerintah Indonesia yang sengaja atau tidak sengaja tidak melakukan tindakan pelindungan terhadap aset kebudayaan bangsa, yang memiliki sikap yang tidak tegas terhadap kelestarian aset budaya tersebut. Disinilah kelemahan agenda setting

yang ada pada media, media

khususnya pada media televisi sendiri yang berusaha membentuk konstruktivitas kerangka berfikir responden dan ingin membentuk pola opini pada responden tersebut namun media tidak berhasil, hal tersebut dikarenakan responden yang menjadi khalayak telah berfikir cerdas dan memahami betul duduk permasalahan yang terjadi terkait dengan pemberitaan tersebut. Inilah yang menyebabkan media gagal dalam membentuk pola kerangka berfikir yang dengan harapan juga dapat membentuk opini responden atau khalayak. Sehingga bila dikaitkan dengan hasil penghitungan pada tabel SPSS hasil yang didapat adalah -1.01.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang dituntut dan telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. 100% responden menyatakan pernah melihat pemberitaan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia, hal ini menandakan bahwa seluruh responden pernah melihat pemberitaan tersebut. 2. Metro TV adalah stasiun televisi yang paling banyak dipilih oleh responden untuk menonton pemberitaan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia. 3. TV One adalah stasiun televisi yang paling dipercaya, baik isi, proses, dan penyampaian beritanya oleh kebanyakan responden dalam memberitakan pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia. 4. Hampir secara keseluruhan atau sekitar 69.7% responden merasa marah dengan terjadinya peristiwa pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange yang dilakukan oleh Malaysia yang diberitakan dan dilihat melalui media televisi dan memilih jalan keluar dengan cara dialog diplomatis sebagai cara terbanyak yang dipilih oleh responden untuk menyelesaikan konflik tersebut.

Universitas Sumatera Utara

5. 57.6% responden beropini bahwa pemerintah Indonesia tidak tegas dalam menyikapi dan menangani permasalahan konflik pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange dan pencaplokan objek-objek kebudayaan lainnya yang dilakukan oleh Malaysia tersebut. 6. Tidak terdapat hubungan yang signifikan dan terdapat signifikansi yang sangat lemah diantara pemberitaan media televisi mengenai pencaplokan lagu daerah Rasa Sayange terhadap opini mahasiswa Departemen Etnomusikologi, FIB-USU. Hal ini dikarenakan bahwa berdasarkan hasil analisis tabel silang diperoleh jawaban bahwa justru mahasiswa yang tidak paham dengan pemberitaan dan kenyataan yang ada malah merasa marah dengan peristiwa tersebut, dan hal sebaliknya yang sangat mencengangkan bahwa mahasiswa yang sangat paham dengan pemberitaan tersebut hanya merasa sedih atas peristiwa tersebut. 7. Berdasarkan pertimbangan dan analisis yang dilakukan oleh peneliti dapat diperoleh mengapa variabel dalam penelitian ini tingkat signifikansinya sangat lemah, dikarenakan mahasiswa yang merasa paham dan mengerti tentang pemberitaan dan bahkan dengan kenyataan yang ada, tidak merasa marah dengan pemberitaan tersebut, karena mahasiswa menilai bahwa justru permasalahannya terletak kondisi internal di negara Indonesia, yang pemerintahnya

seakan-akan

tidak

sadar

betapa

pentingnya

aset

kebudayaan bangsa yang harus dijaga hingga kejadian seperti pencaplokan yang dilakukan oleh Malaysia tidak dapat terjadi. Itulah mengapa responden/atau mahasiswa tidak merasa marah namun hanya merasa miris atau bersedih dengan adanya peristiwa tersebut.

Universitas Sumatera Utara

V.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah peneliti peroleh selama melakukan penelitian, maka peneliti mengajukan sejumlah saran sebagai berikut: 1. Bagi pihak pemerintah Indonesia khususnya pada kementrian terkait, agar kiranya dapat lebih menjaga aset kebudayaan negara Indonesia dan bukan hanya menjaganya namun melakukan suatu tindakan yang nyata misalnya mem-patenkan hak pada objek kebudayaan Indonesia. Dan lebih bersikap tegas dalam menghadapi, menanggulangi, dan menangani kasus-kasus seperti pencaplokan objek-objek kebudayan bangsa. 2. Bagi mahasiswa Departemen Etnomusikologi agar kiranya sebagai mahasiswa yang merupakan calon masyarakat intelek bangsa yang juga generasi muda bangsa Indonesia yang pintar, agar kiranya lebih responsif terhadap pristiwa yang ada, apa lagi yang menyangkut dengan permasalahan kepentingan bangsa. 3. Serta lebih memahami, mengerti dan memilah dengan pemberitaan yang ada, hal ini dikarenakan bahwa penonton yang pintar adalah penonton bijak dalam mengkonsumsi pemberitaan media.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arifin. Anwar. 2010. Opini Publik. Jakarta: Gramata Publishing. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Baran, Stanley J. 2001. Mass Communication Media Literacy and Culture. MC Graw Hill. Birowo, Antonius. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali. Blidook, Kelly. 2002. Media, Public Opinion and Health Carein Canada: How the Media Affect“The Way Things Are”. Memorial University of Newfoundland. Bungin. Burhan. 2006. Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. ClaesH De Vreese, 2006. Media Effects on Public Opinion about the Enlargement of the European Union, University of Amsterdam. Cutlip, Scoot M., Et al. 2006. Effective Public Relations Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bhakti. Hennessy. Bernard. 1989. Pendapat Umum. Jakarta: Erlangga. Jensen, jay. Peterson. Dan Rivers William. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Fajar Interpratama Offset. Kiryantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Reineka Cipta. Liliweri. Alo. 2004. Memahami Peranan Komunikasi Dalam Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti.

McCombs, Maxwell & Reynolds, Amy. 2002. “News Influence on Our Pictures of the World” dalam Bryant, Jennings & Zillman, Dolf. Media Effects: Universitas Sumatera Utara

Advances in Theory and Research. New Jersey, London: Lawrance Erlbaum Associates. Morisan., Wardhany. C. Andy. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. 2008. Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 1998. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers. Olii. Helena. 2007. Opini Publik. Jakarta: Indeks. Pareno, Sam Abede. 2002. Manajemen Berita. Surabaya: Papyrus. Rakhmat. Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Dilengkapi Dengan Contoh Analisis Statistik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Romli, A.S.M. 2003. Jurnalistik Terpaan. Jakarta: Basic Press Sastropoetro. 1990. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Bandung: Remaja Karya. Shoelihi, Mohammad. 2009. Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Singarimbun. Masri. 2006. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta. Sunarjo, AS Haris. 2005. Opini Public. Yogyakarta: Liberty Susanto. Astrid Phil. 1985. Pendapat Umum. Bandung: Binacipta. Wanta, W & Ghanem, S. 2007. “Effects of Agenda Setting” Preiss, R.W et. Al (Eds.). Mass Media Effects Research: Advanced Through MetaAnalysis. Mahwah, NJ, London: Erlbaum Widiyanta,

Danar. 2003. Baru”.Yogyakarta.

Diktat

Kuliah:”Sejarah

Asia

Tenggara

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.

Universitas Sumatera Utara

Sumber Lainnya -

http://dirmahasiswa.usu.ac.id/mahasiswa/index/fakultas/

( 16/10/2011 )

-

http://etnomusikologi.usu.ac.id

( 11/11/2011 )

-

http://fib.usu.ac.id/tentang-fakultas/sejarah-fakultas

( 11/11/2011 )

-

http://sulastomo.blogspot.com/teori-agenda-setting.html

( 27/3/2012 )

-

http://usu.repository.ac.id

( 16/10/2011 )

-

http://wikipedia.co.org

( 16/10/2011 )

-

http://youtube.com

( 23/10/2011 )

Universitas Sumatera Utara