DOWNLOAD ARTIKEL LENGKAPNYA DISINI

Download UJI DAYA HASIL DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA GENOTIPE MELON ( Cucumis ... Namun demikian masih dijumpai permasalahan...

0 downloads 148 Views 114KB Size
UJI DAYA HASIL DAN PERTUMBUHAN BEBERAPA GENOTIPE MELON (Cucumis melo L.) HIBRIDA DI KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Ubad Badrudin1), Bambang Suryotomo1), Wahidin2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan 2) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan ABSTRAK Melon merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang disukai masyarakat luas. Cita rasa buahnya manis, khas dan beraroma harum, sehingga melon sering dipakai sebagai menu pesta. Disamping itu kandungan gizinya tinggi seperti vitamin dan mineral sangat diperlukan oleh manusia. Produksi buah melon dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun demikian masih dijumpai permasalahan dalam budidaya melon, salah satunya adalah masalah benih. Biaya pembelian benih mencapai 20% dari total biaya produksi buah melon. Tindakan yang dapat dilakukan untuk memperoleh benih unggul adalah menciptakan varietas baru melalui proses pemuliaan tanaman. Saat ini masih dilakukan uji multilokasi dari beberapa genotipe melon di kabupaten Pekalongan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa genotipe tanaman melon. Penelitian dilaksanakan di Desa Pekiringan Alit, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, mulai bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga ulangan. Faktor yang dicoba adalah beberapa genotipe melon yaitu IPB-MH7 (V1), IPB-MH307 (V2), IPB-MH302 (V3), Apollo (V4), dan Golden Langkawi (V5). Variabel yang diamati meliputi diameter batang, umur berbunga, ketebalan daging buah, kadar gula, panjang buah, bobot buah, dan diameter buah. Hasil penelitian menunjukan bahwa genotipe tanaman melon yang diuji mempunyai pengaruh berbeda nyata terhadap diameter batang, umur berbunga dan panjang buah. Genotipe IPB-MH 307 (V2) mempunyai diameter batang paling besar, umur berbunga paling singkat, dan panjang buah paling panjang dibanding genotipe yang lain. Kata kunci : Genotipe melon, Uji daya hasil, Benih

PENDAHULUAN Melon merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang disukai masyarakat luas. Citarasa buahnya manis, has, dan beraroma harum, umumnya melon digunakan sebagai bagian menu pesta. Selain dimakan langsung, melon juga bisa disajikan dalam berbagai bentuk seperti juice segar, es buah, sirup, kue, campuran berbagai makanan ringan beraroma melon (Jalil, 2008). Buah melon mempunyai kandungan gizi yang tinggi diantaranya adalah vitamin dan mineral yang diperlukan manusia. Selain mempunyai kandungan gizi, melon juga mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Produksi buah melon dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 2006 produksinya mencapai 55.000 ton, sedangkan tahun 2007 naik menjadi 59.000 ton dan tahun 2009 mencapai 56,883.00 ton (Departemen Pertanian, 2009). Volume ekspor buah melon Indonesia tahun 2006 mencapai 145,323.00 kg diantaranya ke Jepang, Korea, Hongkong, dan Singapura, sedangkan impor buah melon tahun 2006 mencapai 919,465.00 kg. Berdasarkan perkiraan pada tahun

2005–2008, konsumsi buah melon akan meningkat mencapai 1,34 – 1,50 kg/kapita/tahun (Distan Pemda DIY, 2009). Oleh karena itu produksi buah melon harus ditingkatkan. Usaha untuk meningkatkan produksi buah melon dapat ditempuh melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Tindakan ekstensifikasi atau memperluas areal pertanaman sudah tidak efektif, karena banyak lahan pertanian Indonesia yang sudah dikonversi menjadi pemukiman, kantor, dan kawasan industri.

Usaha yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah dengan

intensifikasi, diantaranya dengan cara memperbaiki teknologi budidaya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menggunakan bibit unggul yang mempunyai kualitas lebih baik, seperti tanaman toleran terhadap hama penyakit dan produksi yang tinggi. Kenaikan produksi terutama dapat dicapai melalui tersedianya varietas unggul baru (Makarim dan Suhartatik, 2006). Pertumbuhan dan produksi buah melon sangat dipengaruhi faktor iklim, kondisi lahan dan varietas yang ditanam. Rendahnya

produksi melon dilahan petani sering disebabkan oleh

penggunaan varietas lokal dengan pengelolaan tanaman yang kurang optimal. Penggunaan varietas unggul sangat menonjol peranannya, baik dalam peningkatan hasil per satuan luas maupun sebagai salah satu komponen pengendalian hama dan penyakit (Suratmini dkk, 2006). Salah satu permasalahan yang dihadapi petani melon adalah masalah benih, karena hampir 20% dari total biaya produksi yang dikeluarkan diantaranya untuk pembelian benih, sehingga petani melon dalam budidaya banyak menggunakan benih F2 yang hasilnya lebih rendah dibanding tanaman F1 tetuanya (Mursito, 2000). Varietas unggul yang ideal adalah berdaya hasil tinggi, tahan hama penyakit utama, dan stabil diberbagai keadaan lingkungan. Agar varietas unggul dapat stabil diberbagai kondisi lingkungan, maka perlu dilakukan beberapa tahapan pengujian varietas.

Tahapan tersebut

diantaranya uji multilokasi yang bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan pertumbuhan genotipe tersebut. Menurut Soedomo (1992) untuk meningkatkan produksi suatu tanaman dapat dilakukan dengan pencarian jenis tanaman yang dapat beradaptasi luas dan berdaya hasil secara optimal, yang dapat dilakukan dengan introduksi varietas maupun melalui persilangan untuk menghasilkan klon-klon baru maupun uji adaptasi terhadap daya hasil. Saat ini telah dilakukan uji daya hasil beberapa genotipe melon di Kabupaten Pekalongan dan dibeberapa daerah lain yang bertujuan memperoleh verietas baru yang dapat memperbaiki produksi dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Pengujian multilokasi berguna untuk mengetahui sejauh mana benih itu dapat beradaptasi terhadap pengaruh iklim, tanah, hama dan ketinggian tempat. Karakteristik dari benih yang ditanam dalam uji multilokasi dapat diidentifikasi secara jelas sebelum dilepas dipasaran sebagai jenis varietas unggul baru. Uji multilokasi merupakan tahap penting sebelum suatu genotipe dilepas sebagai varietas unggul baru. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat adaptasi, stabilitas dan hasil genotipe yang diuji, dengan tujuan untuk mendapatkan varietas unggul baru yang berdaya hasil tinggi serta beradaptasi baik (Handoyo dkk, 2008). Pengetahuan interaksi genotipe dengan lingkungan sangat penting dalam pemuliaan tanaman yaitu untuk mengevaluasi genotipe-genotipe yang akan dilepas sebagai varietas baru yang memiliki keunggulan tertentu (Kuswanto dan Basuki, 2008). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa genotipe tanaman melon di kabupaten Pekalongan.

METODE PENELITIAN

Percobaan dilaksanakan di Desa Pekiringan Alit, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, dengan ketinggian tempat 150 meter dpl, jenis tanah latosol, pH 6-7. Percobaan dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2009. Rancangan percobaan menggunakan rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan perlakuan lima genotipe melon yaitu IPB-MH7 (V1), IPB MH307 (V2), IPBMH302 (V3), Apollo (V4), Golden Langkawi (V5) dengan tiga ulangan. Variabel yang diamati adalah diameter batang, umur berbunga, ketebalan daging buah, kadar gula, panjang buah, diameter buah, dan bobot buah. Analisis data dengan uji F, sedangkan rata-rata hasil pengamatan dilakukan analisis dengan analisis Beda Nyata Terkecil (BNT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Diameter Batang

Hasil pengamatan diameter batang yang hasilnya disajikan pada tabel 1. menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Genotipe IPB-MH307 (V2) menghasilkan diameter batang paling besar yaitu 1,22 cm, disusul genotipe IPB-MH7 (V1) 0,92 cm dan diikuti genotipe Apollo (V5) 0,84 cm, genotipe Golden Langkawi (V4) 0,82 cm, sedangkan diameter batang terkecil pada genotipe IPB-MH 302 (V3) yaitu 0,72 cm. Hal ini disebabkan karena secara genetik masingmasing genotipe melon mempunyai perbedaan diameter batang. Genotipe IPB-MH7 diameter batang 1 cm, genotipe IPB-MH307 diameter batang 9,6-1,4 mm, sedangkan genotipe IPBMH307 diameter batangnya 9,6-1,4 mm.

Disamping itu didukung oleh ketinggian tempat

penelitian. Menurut Duryat (2009) ketinggian tempat berpengaruh terhadap suhu udara dan intensitas cahaya. Semakin tinggi tempat tumbuh, suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil. Berkurangnya suhu dan intensitas cahaya dapat menghambat pertumbuhan karena proses fotosintesis terganggu. Menurut Lakitan (1995) proses fotosintesis tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti sinar matahari, unsur hara, CO2, air dan ruang tumbuh. Apabila faktor lingkungan tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal, maka proses fotosintesis berjalan dengan lancar sehingga berpengaruh terhadap asimilat yang dihasilkan.

Asimilat

tersebut selanjutnya ditranslokasikan sebagai cadangan makanan yang diantaranya digunakan untuk pembentukan diameter batang dan pembentukan buah. Menurut Lakitan (2001) di dalam batang terdapat zona pembelahan dan pembesaran sel yang aktif tumbuh sehingga apabila tersedia kandungan karbohidrat yang cukup dan seimbang akan mendorong pembelahan dan pembesaran sel pada batang akan terus meningkat.

B. Umur Berbunga Hasil pengamatan umur berbunga yang hasilnya disajikan pada tabel 1. menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Umur berbunga paling cepat pada genotipe IPB-MH307 (V2) yaitu 18 hari, disusul genotipe Golden Langkawi (V5) 18,67 hari dan genotipe IPB-MH7 (V1) 19,67 hari, genotipe Apollo (V4) 19,67 hari, sedangkan umur berbunga terlama pada genotipe IPB-MH302 (V3) 20,33 hari. Umur berbunga dipengaruhi faktor intern (tanaman) dan faktor ekstern (lingkungan). Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah ketinggian tempat karena berkaitan dengan iklim dan cuaca. Tanaman melon dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian + 300-1000 m dpl (Jalil, 2008), sedangkan tempat penelitian uji daya hasil dan pertumbuhan genotipe melon hanya + 150 m dpl (Distan Kab. Pekalongan, 2009). Menurut

Duryat (2009) ketinggian tempat berpengaruh terhadap suhu udara dan intensitas cahaya. Semakin tinggi tempat tumbuh, suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil dan sebaliknya semakin rendah tempat tumbuh maka intensitas cahaya akan semakin besar. Makin tinggi intensitas

cahaya

akan

makin

bertambah

besar

kecepatan

fotosintesanya,

sehingga

mengakibatkan bunga yang terbentuk umurnya berbeda. Harjadi (1993) menyatakan bahwa laju fotosintesis akan meningkatkan pula produksi karbohidrat, protein dan pati. Senyawa organik tersebut selanjutnya ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan. C. Panjang Buah Hasil pengamatan panjang buah yang hasilnya disajikan pada tabel 1. menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.

Genotipe IPB MH-307 (V2) menghasilkan panjang buah

terpanjang yaitu 11,7 cm, disusul genotipe IPB MH-7 (V1) yaitu 11,3 cm dan genotipe IPBMH302 (V3) 11,07 cm, genotipe Golden Langkawi (V5) 10,57 cm, sedangkan panjang buah terpendek pada genotipe Apollo (V4) yaitu 9,93 cm. Hal ini disebabkan karena lingkungan tumbuh yang optimal, sehingga mendukung proses fotosintesis.

Menurut Haryadi (1993)

meningkatnya laju fotosintesis akan meningkatkan senyawa organik yang disimpan pada batang sebagai cadangan makanan yang ditranslokasikan ke buah, sehingga berpengaruh terhadap panjang buah. Proses fotosintesis tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti sinar matahari, unsur hara, CO2, air dan ruang tumbuh (Gardner dkk., 1991). Apabila faktor lingkungan tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal, maka proses fotosintesis berjalan dengan lancar sehingga berpengaruh terhadap asimilat yang dihasilkan, asimilat tersebut selanjutnya ditranslokasikan ke cadangan makanan untuk pembentukan buah (Lakitan, 1995; Hakim, 1996). Tabel 1. Angka rata-rata diameter batang, umur berbunga, dan panjang buah . Perlakuan Diameter Batang Umur Berbunga Panjang Buah (cm) (hari) (cm) Macam Genotipe 1 = IPB-MH7 0,92 b 19,67 a 11,3 a 2 = IPB-MH307 1,22 a 18 b 11,77 a 3 = IPB-MH302 0,72 b 20,33 a 11,07 a 4 = Apollo 0,82 b 19,67 a 9,93 b 5 = Golden Langkawi 0,84 b 18,67 b 10,57 ab KK

18,56

4,24

5,33

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%

KESIMPULAN 1. Macam genotipe melon menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap diameter batang, umur berbunga dan panjang buah. 2. Genotipe melon IPB-MH307 (V2) merupakan genotipe terbaik bila dibandingkan dengan genotipe yang lain.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT), Institut Pertanian Bogor atas dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2009. Basis Data Statistik Pertanian : Produksi Komoditi Hortikultura 2000-2009. Departemen Pertanian, Jakarta Distan Pemda DIY. 2009. Melon Indonesia Harapan Petani.(online). http//www.Distan Pemda DIY.go.id/index2.php?opton=com_content&t. Diakses 15 Mei 2009 Distan Pemda Pekalongan. 2009. Profil Desa Pertanian. Dinas Pertanian, Kabupaten Pekalongan Duryat. 2009. Pengaruh Faktor Fisiografis terhadap Produksi.(online). http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip%202009/Prosiding%20dies%20ke43%20 UNILA%202008/Artikel%20Pdf/Duryat%2048-54.pdf. Diakses 15 Mei 2009 Gardner, F.P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta Hakim. 1996. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. 488 hal Handoyo, J., A. Drajat, H. Anwar, Hartoko, A. Sutanto, Zamawi, P. Hasapto, Sartono. 2008. Uji Multilokasi Padi. (online).http://jateng .litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&tak=view&id1&Itemid=46. Diakses 27 Mei 2009 Harjadi, S. S. 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Jalil, A. 2008. Petunjuk Praktis Menanam Melon. Bina Muda, Jakarta Lakitan, B. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta

. 2001. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Persada, Jakarta.

Raja Grafindo

Kuswanto dan N. Basuki. 2008. Pengaruh Interaksi Genotipe X Lingkungan Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Beberapa Klon Ubi Jalar (online).http://images.soemarno.multiply.com/attachment/0/RgBxmAoKCpkAAE@v@s 1/ubijalar%20%20interaksi%20lingkungan%20dan%20genetik.doc?nmid=22634300. Diakses 24 Mei 2009 Makarim, A.K dan E. Suhartatik. 2006. Budidaya Padi dengan Masukan In Situ Menuju Perpadian Masa Depan. Iptek Tanaman Pangan 1(1) : 19-29 Mursito, D. 2000. Kajian Agronomi dan Genetik Pertanaman F2 Beberapa Varietas Melon Hibrida. (online).http://pertanian uns.ac.id/-agronomi/agrosains/kaj_agro. Gen pertn. Djokomursito. Pdf. Diakses 25 Mei 2009 Suratmini, P., N. Adijaya. 2006. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Jagung di Lahan Kering.(online).http://ntb.litbang.deptan.go.id/2006/TPH/ujiadaptasibeberapa.doc. Diakses 26 Mei 2009 Soedomo, P. 1992. Uji Adaptasi dan Daya Hasil Kultivar Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Daerah Pasar Minggu. Bul. Penelt. Hort. XXIII(4):128-135.