BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. PENDIDIKAN

Download 1. Pendidikan Kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah membantu agar orang mengambil sikap yang bijaksana terhada...

1 downloads 218 Views 266KB Size
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah membantu agar orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup mereka (Suiraoka & Supariasa, 2012). Tujuan pendidikan kesehatan sendiri adalah untuk merubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat (Machfoedz & Suryani, 2008). a. Pengertian Pendidikan Kesehatan Menurut Triwibowo dan Pusphandani (2015) pendidikan adalah suatu proses mencapai tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan. Menurut Nyswander (1947) dalam Machfoedz & Suryani (2008) pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. b. Konsep Pendidikan Kesehatan Konsep dasar pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar sehingga terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak bisa mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan suatu sikap dan perilaku tertentu ketika menghadapi

7

8

suatu keadaan tertentu (Fitriani, 2011; Machfoedz & Suryani, 2008; Notoatmodjo, 2007a). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain (Machfoedz & Suryani, 2008): 1. Faktor manusia Faktor ini menyangkut pendidik maupun peserta didik. Hal yang berperan di sini adalah: a) Kematangan Kematangan di sini termasuk kematangan fisik, psikis dan sosial. b) Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya Pengetahuan oleh pendidik maupun peserta didik sangat berpengaruh pada proses belajar-mengajar. Hal ini akan lebih baik jika pendidik maupun peserta didik telah banyak memperoleh pengetahuan yang sedang dipelajari. c) Motivasi Bila pendidik maupun peserta didik sama-sama memiliki motivasi tinggi terhadap materi yang sedang dipelajari, tentu hasilnya akan lebih baik daripada sebaliknya. 2. Faktor beban tugas dan materi pendidikan kesehatan a) Bentuk beban tugas Beban

tugas

untuk

mengubah

perilaku

yang

memerlukan ketrampilan otot tentu akan berbeda dengan

9

perubahan perilaku yang berupa menggunakan kata-kata, seperti bernyanyi atau membaca. Di samping itu, beban tugas juga bisa berupa penggunaan bahasa yang sulit dipahami saat kegiatan belajar. b) Banyaknya materi beban tugas Bila beban tugas banyak dan kompleks tentu akan lebih berat dari pada pembelajaran yang hanya sedikit dan sederhana. c) Jelas Apabila materi jelas maka proses belajar-mengajar akan lebih baik. d) Lingkungan Apabila lingkungan masyarakat menentang beban tugas pendidikan, tentu akan sulit untuk berhasil baik. 3. Cara pelaksanaan Hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar dalam hal ini adalah (Machfoedz & Suryani, 2008): a) Fasilitas dan sumber Bila fasilitas untuk belajar memadai, sumber materinya cukup, tentu akan lebih berhasil. b) Rutinitasnya Proses belajar-mengajar yang dilakukan secara rutin akan jau lebih berhasil daripada yang bersifat insidental.

10

c) Minat dan motivasi Cara pembelajaran yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga membangkitkan minat dan motivasi peserta didik tentu akan lebih berhasil. d) Persiapan mental Kesiapan mental untuk mengikuti pendidikan kesehatan sangat diperlukan. Bila peserta didik belum siap mental tentu proses belajar-mengajar kurang sukses. 4. Feed back atau umpan balik Feed back atau umpan balik cukup penting untuk dilakukan. Misalnya jika hasil ujian dibagikan kepada peserta didik, maka peserta

didik

akan

mengetahui

kesalahannya

dan

akan

memperbaiki di kemudian hari. Kemudian bila ada peserta didik yang hasilnya baik, diberikan hadiah. Di samping itu, umpan balik juga bisa dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menyampaikan kembali pokok-pokok bahasan yang sudah disampaikan saat kegiatan belajar. c. Prinsip Pendidikan Kesehatan Pendidikan

kesehatan

adalah

suatu

penerapan

dalam

memberikan pendidikan di bidang kesehatan dan merupakan suatu kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya untuk mecapai kesehatan secara optimal (Triwibowo dan Pusphandani, 2015). Menurut

11

Notoatmodjo (2007a), hasil pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun setelah dilakukan. Sedangkan dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Pengetahuan kesehatan sendiri akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. d. Faktor-faktor dalam Pendidikan Kesehatan Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007c). Oleh karena itu seyogyanya pendidikan kesehatan ditujukan kepada 3 faktor berikut (Notoatmodjo, 2007c): 1. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi Dalam menggugah

hal

ini

pendidikan

kesadaran,

kesehatan

memberikan

ditujukan

atau

untuk

meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan baik bagi kesehatan dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakat. Bentuk pendidikan kesehatan ini antara lain

12

penyuluhan kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk dan lain sebagainya. 2. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling Faktor pemungkin (enabling) berupa fasilitas atau sarana prasarana kesehatan. Maka bentuk pendidikan kesehatan adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka. Bentuk pendidikan yang sesuai dengan prinsip ini antara lain: Pengembangan dan Pengorganisasian

Masyarakat

(PPM),

upaya

peningkatan

pendapatan keluarga (income generating), bimbingan koperasi dan sebagainya. 3. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor reinforcing Faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta petugas kesehatan. Promosi kesehatan yang paling tepat adalah pelatihan toma, toga dan petugas kesehatan sendiri. e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Proses Penyuluhan (Promosi Kesehatan) Menurut

Taufik

(2007)

banyak

faktor

mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan, 1. Faktor penyuluh a) Kurang persiapan b) Kurang menguasai materi yang dijelaskan

yang

dapat

13

c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran d) Bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah asing. e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar. f) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan. 2. Faktor sasaran a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit untuk menerima pesan yang disampaikan. b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan, karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak. c) Kepercayaan dan dapat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah, misalnya jika seseorang memakan ikan akan dapat menimbulkan cacingan, padahal itu tidak benar. d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin menimbulkan perubahan perilaku. Misalnya masyarakat yang tinggal di daerah yang tandus dan sulit mendapatkan air yang bersih, maka akan sangat menyulitkan untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang hygiene sanitasi perorangan. 3. Faktor proses dalam penyuluhan a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran.

14

b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat dengan keramaian sehingga akan mengganggu proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan. c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan kesehatan kurang ditunjang oleh alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman sasaran. d) Metode yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan. e) Bahasa yang digunakan sulit dimengerti oleh sasaran, karena tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran. f. Media Powerpoint Microsoft office powerpoint adalah program aplikasi untuk membuat presentasi berupa teks, tabel, grafik, diagram dan sebagainya (Gumawang, 2010). Menurut Sanaky (2013), microsoft powerpoint adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah microsoft office, dan ditampilkan ke layar dengan menggunakan bantuan liquid crystal display (LCD) projector. Program aplikasi ini merupakan program untuk membuat presentasi. Dengan microsoft powerpoint program komputer, seorang pengajar dapat mendisain berbagai program pembelajaran sesuai dengan materi, metode dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kelebihan dan kekurangan media powerpoint dapat dilihat dalam tabel 1.2 (Sanaky, 2013).

15

Penelitian yang dilakukan oleh Makahanap MP, Kundre R & Bataha Y. (2014) menggunakan metode ceramah dengan alat bantu powerpoint dan leaflet. Kesimpulan dari penelitiannya adalah adanya pengaruh yang bermakna dari penyuluhan mengenai menopause terhadap peningkatan pengetahuan ibu usia 45 – 55 tahun di Puskesmas Tonsealama. Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Media Powerpoint Kelebihan a. Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas. b. Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons dari penerima pesan. c. Memberikan kemungkinan pada penerima pesan untuk mencatat. d. Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan. e. Memungkinkan penyajian dengan berbagai kombinasi warna, animasi, bersuara, dan dapat hyperlink dengan file yang lain. f. Dapat dipergunakan berulangulang. g. Dapat dihentikan pada setiap sekuens belajar, karena kontrol sepenuhnya pada komunikator. h. Lebih sehat bila dibandingkan dengan papan tulis.

Kekurangan a. Pengadaanya mahal dan tidak semua sekolah dapat memiliki. b. Memerlukan perangkat keras (hardware), yaitu komputer dan LCD untuk memproyeksikan pesan. c. Memerlukan persiapan yang matang bila menggunakan teknik-teknik penyajian (animasi) yang kompleks. d. Diperlukan ketrampilan khusus dan kerja yang sistematis untuk menggunakannya. e. Menuntut ketrampilan khusus untuk menuangkan pesan atau ide-ide yang baik pada desain program komputer microsoft powerpoint sehinga mudah dicerna oleh penerima pesan.

Sumber: Sanaky (2013) Dalam powerpoint, terdapat slide. Slide adalah lembar kerja untuk mendesain presentasi (Madcoms, 2013). Menurut Sutomo (2007), ada beberapa elemen yang harus diperhatikan dalam menyusun slide agar menarik dan tidak membosankan, elemen-elemen tersebut adalah:

16

1. Slide harus sederhana Teks tidak boleh terlalu banyak pada satu slide. Slide tersebut akan sangat mengganggu karena sulit terbaca bagi audiens yang duduk agak belakang, tulisan akan terlihat kecil. 2. Teks dan gambar harus pada jarak aman Jarak antara teks atau gambar harus sesuai dengan batas tepi slide. Jika teks dan gambar diletakkan terlalu ke pinggir, akan terkesan slide terlalu penuh. 3. Isi slide harus mudah dibaca Isi slide dapat terbaca dengan mudah. Jenis huruf yang digunakan adalah huruf tebal dan menggunakan warna yang berlawanan dengan warna latar belakang. Animasi yang digunakan tidak berlebihan. 4. Slide hanya berisi poin-poin saja Materi tidak dimasukkan semua ke dalam slide, tetapi hanya poin-poin penting saja. Terlalu banyak materi pada slide akan membuat audiens bingung dan kesulitan menerima materi. 5. Ukuran font yang besar Huruf yang digunakan bukan huruf dengan karakter tipis. Menggunakan huruf yang mempunyai karakter dasar tebal sejenis Arial. Ukuran huruf harus mudah terbaca, minimal menggunakan

17

ukuran huruf 24 atau 32 untuk isi slide dan ukuran huruf 40 atau 44 untuk title atau judul tiap slide. Menurut Binham (2013) presentasi terdiri dari tiga bagian, yaitu pembukaan, pembahasan dan penutup. Berikut penjabaran dari langkah menampilkan presentasi menurut Binham (2013): 1. Membuka Presentasi Pembukaan yang baik sangat menentukan keberhasilan sebuah presentasi . Ada banyak cara untuk membuka presentasi dengan menarik, diantaranya dengan cerita, mengajukan pertanyaan, menggunakan kutipan, menunjukkan data dan fakta, menggunakan intermezzo,menjelaskan maksud dan tujuan atau menggunakan humor. 2. Pembahasan Keseluruhan materi disampaikan di bagian ini. Materi harus dijelaskan secara terstruktur dan kelas, selain itu juga harus terampil menggunakan transisi antar sub topik sehingga audiens memperoleh kejelasan alur dari presentasi. Materi disampaikan dengan

penuh

antusias

dan

semangat

selain

itu

juga

mengoptimalkan bahasa tubuh dan intonasi suara. Audiens diajak untuk terlibat dalam presentasi dengan mengajukan pertanyaan. Jika hal-hal tersebut dilakukan dengan baik maka tujuan presentasi akan tercapai.

18

3. Menutup Presentasi Audiens tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan kebingungan, tetapi mereka ditinggalkan sesuatu yang bermakna yang akan mereka ingat. Presentasi ditutup dengan menyimpulkan inti dari presentasi tersebut. presentasi hendaknya tidak ditutup dengan kalimat yang terlampau panjang. g. Media Video Media video merupakan salah satu media audiovisual. Media audiovisual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara, paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama dengan objek aslinya. Alat yang termasuk dalam kategori media audiovisual adalah televisi, video-VCD, sound slide dan film (Sanaky, 2013). Menurut Sanaky (2013) video adalah gambar bergerak, yang disertai dengan unsur suara, dapat ditayangkan melalui medium video dan video compact disk (VCD). Media video sebagai media pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut (Sanaky, 2013): 1. Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara 2. Dapat digunakan untuk sekolah jarak jauh 3. Memiliki perangkat slow motion untuk memperlambat peristiwa yang sedang berlangsung.

19

Berikut adalah kelebihan dan kelemahan media video: Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Media Video a.

b.

c. d.

e.

f.

Kelebihan Menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar. Sifatnya yang audiovisual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi pemicu atau memotivasi pembelajaran untuk belajar. Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan dengan teknik mengajar ceramah dan diskusi persoalan yang ditayangkan. Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang dipelajari pembelajar. Portable dan mudah didistribusikan.

Kelemahan a. Pengadaannya memerlukan biaya mahal b. Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala tempat c. Sifat komunikatif searah, sehingga tidak dapat memberikan peluang untuk terjadinya umpan balik.

Sumber: Sanaky (2013) Menurut Munadi (2010) langkah-langkah pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan. Hubungan program video dengan tujuan pembelajaran menurut Anderson (1987) dalam Munadi (2010) yaitu: a) Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi.

20

b) Pemakaian video untuk tujuan psikomotor dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. c) Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi. 2. Pengajar harus mengenal video yang tersedia dan harus melihat videonya terlebih dahulu untuk mengetahui manfaat bagi pelajaran 3. Sesudah video ditunjukan, perlu dilakukan diskusi yang telah dipersiapkan lebih dahulu. 4. Video bisa diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspekaspek tertentu 5. Supaya video tidak dipandang media hiburan belaka maka peserta ditugaskan untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu 6. Setelah usai melihat video peserta di tes untuk melihat seberapa banyak yang dapat mereka tangkap dari program video tersebut Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2013), tentang media video dan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya NAPZA menyimpulkan bahwa media video lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dibanding dengan media leaflet, dengan hasil uji statistik nilai p = 0,04. Penelitian yang dilakukan Sulastri, Thaha RM, Russeng SS. (2012) menyimpulkan ada perbedaan yang signifikan penyuluhan kesehatan mengunakan video

21

dalam SADARI terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pada remaja putri. 2. Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2010a) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). a. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni (Notoatmodjo, 2010a): 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes agepti.

Untuk

mengukur

bahwa

orang

tahu

sesuatu

dapat

menggunakan pertanyaan misalnya: bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). 2) Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek tidak hanya dapat menyebutkan, tetapi dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek tersebut.

22

Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus melakukan 3M (menguras, mengubur dan menutup). 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud, dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,

kemudian

mencari

hubungan

antara

komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Misalnya, dapat membedakan antara Nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

menghubungkan

komponen-komponen

pengetahuan

yang

dimiliki. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kalimat sendiri tentang hal yang telah dibaca dan dapat membuat kesimpulan dari hal tersebut.

23

6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi terhadap suatu objek. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut

Mubarak

(2012)

faktor

yang

mempengaruhi

dapat

mempengaruhi pengetahuan antara lain: 1) Pendidikan Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki semakin banyak. 2) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. 3) Umur Dengan bertambahnya umur seseorang, maka akan mengalami perubahan meliputi aspek fisik dan psikologis.

24

4) Minat Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan lebih mendalam. 5) Pengalaman Pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami oleh seeorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusahan melupakan pengalaman yang kurang baik, sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. 6) Kebudayaan, sosial dan lingkungan sekitar Lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan sekitar tempat kita hidup dan dibesarkan memiliki pengaruh besar pada pembentukan sikap kita. 7) Informasi Informasi merupakan sesuatu yang dapat diketahui. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang dalam mendapatkan pengetahuan yang baru. c. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut (Wawan & Dewi, 2010):

25

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka akan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dll. Mereka mengemukakan berbagai prinsip untuk diterima berbagai orang, tanpa mengujinya terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman

pribadi

dapat

digunakan

sebagai

upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang

pernah

diperoleh

dalam

memecahkan

permasalahan yang dihadapi di masa lalu. 2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

26

Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini disebut dengan penelitian ilmiah. d. Pengukuran Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2010a) pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis penelitiannya yakni kuantitatif atau kualitatif. 1) Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawab atas fenomena yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama dan sebagainya, maka biasanya menggunakan metode wawancara dan angket (self administered): a) Wawancara tertutup atau wawancara terbuka dengan menggunakan instrument kuesioner. Wawancara tertutup adalah suatu wawancara di mana jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi jawaban. Sedangkan wawancara terbuka, di mana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden sendiri. b) Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket juga dalam bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat ukurnya seperti wawancara, jawaban responden disampaikan lewat tulisan. Metode pengukuran melalui angket ini sering disebut “self administered” atau metode mengisi sendiri.

27

2) Penelitian Kualitatif, pada umumnya bertujuan untuk menjawab bagaimana atau mengapa suatu fenomena itu terjadi. Menurut Arikunto (2006) dalam Budiman dan Riyanto (2014) kategori tingkat pengetahuan seseorang dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu sebagai berikut: 1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥75% 2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74% 3) Tingkat pengetahaun kategori Kurang jika nilainya