BAB II KONSEP DASAR Pengertian - digilib.unimus.ac.id

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk ot...

8 downloads 295 Views 349KB Size
BAB II KONSEP DASAR

A. Pengertian Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan

untuk

otot-otot

rahim

disebut

dengan

mioma

uteri.

(Achadiat, Chrisdiono M., 2004) Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya. (www. Infomedika. htm, 2004). Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Mansjoer, Arif , 2001) Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun.

B. Klasifikasi Klasifikasi Mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena. 1. Lokasi Servical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala. (www. Infomedika. htm, 2004). 2. Lapisan Uterus Mioma Uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

Gambar.2.1 Mioma Uteri(Faisal, 2005)

8

a. Mioma Uteri Subserosa Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik. b. Mioma Uteri Intramural Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan). c. Mioma Uteri Submukosa Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi.

9

C. Anatomi dan Fisiologi 1

Anatomi Organ Reproduksi Wanita Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas organ eksterna dan interna. Organ interna yang terletak di dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genital eksterna yang terletak di perineum. a. Organ Eksterna

Gambar 2.2. Organ Reproduksi Eksterna (Wiknjosastro, 1999) 1)

Mons veneris / mons pubis Adalah bantalan berisi lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat yang terletak di permukaan anterior simphisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.

10

2)

Labia mayora Merupakan dua buah lipatan bulat dengan jaringan lemak yang ditutupi kulit dari rektum. Panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Labia mayora melindungi memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis sampai sekitar satu inci labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).

3)

Labia minora Labia minora terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan labia minora membengkak.

4)

Klitoris adalah jaringan yang homolog dengan penis, bentuknya kecil, silinder, erektik dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini menonjol kebawah diantara ujung labia minora. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.

11

5)

Vulva Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka kebelakng dan dibatasi di muka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke dua bibir kecil, dan di belakang oleh perineum, embriologik sesuai dengan sinus urogenitalis. Di vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina.

6)

Vestibulum Merupakan daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina, dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodoran semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, dan friksi (celana jins yang ketat).

7)

Perineum Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum. Penggunaan istilah vulva dan perineum kadangkadang tertukar, tetapi secara tidak tepat.

12

8)

Fourchette Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora da labia minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen. (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004)

b. Organ Interna

Gambar. 2.3 Organ Interna Wanita (Wiknjosastro, 2002) 1) Vagina Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rektum dan di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke

13

bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior 9 cm. Ceruk yang terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks, kanan, kiri, anterior dan posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesteron. Sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila PH naik di atas lima, insiden infeksi vagina meningkat. 2) Uterus Uterus merupakan organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang belum pernah hamil, berat uterus adalah 60 gram (2 ons). Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung kepada

beberapa

faktor.

Misalnya,

uterus

lebih

banyak

mengandung rongga selama fase sekresi, siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.

14

Uterus terdiri dari tiga bagian: fundus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan terletak di atas insersi tuba falopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri, dan istmus merupakan bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai segmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan. Fungsifungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan fisiologis wanita. 3) Tuba Fallopi Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm, tuba tertutup oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi terdiri atas: a) Pars intersisialis Bagian yang terdapat di dinding uterus b) Pars ismika Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya. c) Pars ampularis Bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi

15

d) Pars infundibulum Bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria 4) Ovarium Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah amandel, fungsinya untuk perkembangan dan pelepasan ovum. Serta sintesis dan sekresi hormon steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5-3cm, dan tebal 0,6-1cm. Ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi kristal iliaka anterior superior, dan ligamentum ovari proprium. (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004) D.

Etiologi Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah: wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi faktor pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.

16

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone. 1. Estrogen. Mioma

Uteri

dijumpai

setelah

menarke.

Seringkali

terdapat

pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.

17

2. Progesteron Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor. 3. Hormon Pertumbuhan Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen. Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : a. Umur Mioma Uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun. b. Paritas Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

18

c. Faktor ras dan Genetik Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga, ada yang menderita mioma. ( Manuaba, 1998 ) Belum diketahui secara pasti, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen pada nuli para, faktor keturunan juga berperan mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan sekunnder meliputi atrofi, degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi membantu, marah, lemak. (Mansjoer, Arif, 1999) E. Patofisiologi Mioma Uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh estrogen yang menyebabkan submukosa yang di tandai dengan pecahnya pembuluh darah dan intranurel, sehinnga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan pervagina lama dan banyak. Dengan adanya perdarahan pervagina lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya nekrosa dan

perlengketan sehingga tiumbul rasa nyeri.

19

Penatalaksanaan pada mioma uteri adalah operasi jika informasi tidak adekuat, kurang support dari keluarga, dan kurangnya pengetahuan dapat mengakibatkan cemas. Pada post operasi akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan

juga

mengakibatkan

terpaparnya

agen

infeksius

yang

mempengaruhi resiko tinggi infeksi. Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi yang mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran sehingga pola nafas tidak efektif. (Prawiroharjo S, 1999) F. Manifestasi Klinik Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi : 1. Besarnya mioma uteri. 2. Lokalisasi mioma uteri. 3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.

20

Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri: 1

Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.

2

Penekanan rahim yang membesar : a. Terasa berat di abdomen bagian bawah. b. Gejala traktus urinarius: urine frekuensi, retensi urine, obstruksi ureter dan hidronefrosis. c. Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal. d. Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

3

Nyeri dapat disebabkan oleh : a. Penekanan saraf. b. Torsi bertangkai. c. Submukosa mioma terlahir. d. Infeksi pada mioma.

4

Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di kornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan

21

kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa. 5

Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.

6

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.

7

Abortus spontan. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran. Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :

1) Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen yang meningkat dalam kehamilan. 2) Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih lunak, berubah bentuk, dan berwarna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi perdarahan. 3) Mioma subserosum yang bertangkai oleh desakan uterus yang membesar atau setelah bayi lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya, torsi menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasakan nyeri yang hebat pada perut (abdoment akut). 4) Kehamilan dapat mengalami keguguran. 5) Persalinan prematuritas. 6) Gangguan proses persalinan. 7) Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas. 8) Pada kala II dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.

22

9) Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak kedalam kavum douglasi dan terjadi inkarserasi. 10) Subfertil (agak mandul) sampai fertil (mandul) dan kadang- kadang hanya punya anak satu. Terutama pada mioma uteri sub mukosum. 11) Sering terjadi abortus. Akibat adanya distorsi rongga uterus. 12) Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak sub serus. 13) Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma yang letaknya diservix. 14) Atonia uteri terutama pasca persalinan, perdarahan banyak, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim. 15) Kelainan letak plasenta. 16) Plasenta sukar lepas (retensio plasenta), terutama pada mioma yang sub mukus dengan intramural. Penanganan

berdasarkan

pada

kemungkinan

adanya

keganasan,

kemungkinan torsi dan abdomen akut dan kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik, maka : 1

Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus dikeluarkan.

2

Waktu yang tepat untuk operasi adalah kehamilan 16 – 20 minggu.

3

Operasi yang dilakukan pada umur kahamilan dibawah 20 minggu harus diberikan substitusi progesteron :

23

a) Beberapa hari sebelum operasi. b) Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum terangkat bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus. 4

Operasi darurat apabila terjadi torsi dan aboment akut.

5

Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah akan menghalangi persalinan, penanganan yang dilakukan : a) Coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa. b) Bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan sectio cesarea dan jangan lupa, tumor sekaligus diangkat. (Mansjoer, Arif, 2001) dan (Prawirohardjo, S, 1999) Adanya mioma tidak selalu memberikan gejala karena itu mioma sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang mioma itu berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. (Prawirohardjo, Sarwono, 1999) Adapun tanda-tanda yang umumnya terjadi adalah :

1) Tumor massa dibawah perut Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini. 2)

Perdarahan yang abnormal Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menorragi, dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

24

a) Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium. b) Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa. c) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum. d) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. 3)

Rasa Nyeri Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan

4) Gejala dan Tanda Penekanan Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul. 5)

Infertilitas dan Abortus Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan atau menutup pars interstitial tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.

25

Menurut Faisa, Yatim, 2005 keluhan dan gejala mioma uteri adalah Kebanyakan mioma uteri tumbuh tanpa menimbulkan keluhan atau gejala. Pada perempuan lain mungkin mengeluh perdarahan menstruasi lebih banyak dari biasa, atau nyeri sewaktu menstruasi, perasaan penuh dan ada tekanan tekanan pada rongga perut, atau keluhan anemi karena kurang darah atau nyeri pada waktu berhubungan seksual, atau nyeri pada waktu bekerja. Perempuan lain yang mengidap mioma mengeluh susah hamil atau mudah keguguran. Pada mioma yang klasik, uterus membesar merata, dan sekitar 80% perempuan yang menderita mioma uterus bertambah beratnya sampai 80 gram (berat normal uterus hanya sekitar 50 gram) Pernah dilaporkan sampai ada uterus yang menderita mioma dengan berat lebih 200 gram. Mioma

sering

bersama-sama

dengan

kelainan

uterus

lain

endometriosis pada 11% penderita dan 7% penderita mioma juga menderita polip endometrium, hingga kondisi ini mengacukan diagnosa mioma. G. Penatalaksanaan Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara konservatif dan penanganan secara operatif. 1. Penanganan konservatif sebagai berikut : a). Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan. b). Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.

26

c). Pemberian zat besi 2. Penanganan operatif, bila : a) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu. b) Pertumbuhan tumor cepat. c) Mioma subserosa bertangkai dan torsi. d) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya. e) Hipermenorea pada mioma submukosa. f) Penekanan pada organ sekitarnya. Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa : a). Enukleasi Mioma Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea. b).

Histerektomi Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.

27

c). Miomektomi Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil sekitar 30 – 50%. Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan miomektomi harus dilanjutkan histerektomi. Lama Perawatan: 1). 1 hari pasca diagnosa keperawatan. 2). 7 hari pasca histerektomi/ miomektomi. Masa pemulihan : 1). 2 minggu pasca diagnosa perawatan. 2). 6 minggu pasca histerektomi/ miomektomi. 3. Penanganan radioterapi Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk tindakan operatif akhir-akhir ini kontrak indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus. a. Hanya

dilakukan

pada

pasien

yang

tidak

dapat

dioperasi

(bad risk patient). b. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum. c. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause. Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. (Prawirohardjo, Sarwono, 1999)

28

Terapi menurut Achadiat, Chrisdiono M, 2004 hal: 95-96 adalah : a. Observasi : bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu, tanpa disertai penyulit lain. b. Ekstirpasi: biasanya untuk mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir/geburt, umumnya dilanjutkan dengan tindakan. c. Laparotomi/Miomektomi: bila fungsi reproduksi masih diperlukan dan secara teknis memungkinkan untuk dilakukan tindakan

tersebut.

Biasanya untuk mioma intramural, subserosa dan subserosa bertangkai, tindakan ini telah cukup memadai . d. Laparotomi/Histrektomi: 1). fungsi reproduksi tak diperlukan lagi 2). Pertumbuhan tumor sangat cepat 3). Sebagai tindakan hemostasis, yakni dimana terjadi perdarahan yang terus-menerus dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan. Catatan: a.

Histerektomi yang diupayakan untuk dilakukan adalah histerektomi totlalis tanpa ooforektomi (kastrasi).

b. Histerktomi subtotalis dilakukan bila terdapat kesulitan untuk melakukan histerektomi totalis. c. Untuk wanita yang berusia >50 tahun dapat dilakukan ooforektomi bilateral, kemudian pasien dipersiapkan untuk mendapat substitusi hormonal.

29

d. Sebelum melakukann pembedahan, dianjurkan untuk melakukan penilaian terhadap serviks dengan pemeriksaan pap”s smear. Menurut faisal, yatim, 2005 (hal 64-67), pengobatan pada mioma uteri adalah sering kali perempuan mioma yang tidak mengharapkan kehamilan lagi minta operasi pengangkatan rahim (histerektomi). Tetapi, kadang-kadang apabila si perempuan menolak dilakukan histerektomi, maka bisa memilih dilakukan operasi pengangkatan mioma (miomektomi). Kedua operasi yaitu histerktomi dan miomektomi adalah termasuk operasi besar. Dengan demikian, kedua operasi ini membutuhkan perawatan di rumah sakit selama 3-5 hari dan meninggalkan jaringan parut luka pada dinding perut. Obat-obatan yang biasa kepada penderita mioma yang mengalami perdarahan melalui vagina yang tidak normal, antara lain : a. Obat anti-inflamasi yang nonsteroid (Nnonsteroid AntiInfalamation = NSAID) b. Vitamin. c. Dikerok (kuretase). d. Obat-obat hormonal (misalnya, pil KB). e. Operasi penyayatan jaringan mioma ataupun mengangkat rahim keseluruhan f. Pemberian hormon steroid sintetik seperti progestin, malah kdangkadang menimbulkan rasa nyeri daerah panggul yang bertambah. Hormon GnRH agoins

(Gonadotropin Releasing Hormon). bisa

30

mengurangi besar ukuran mioma. Akan tetapi, mioma kembali membesar setelah 6 bulan obat GnRH dihentikan. g. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak memerlukan pengobatan khusus. Kadang-kadang hanya untuk mengobati nyeri, pasien bisa diberi GnRH agoins seperti lupron. Dengan menggunakan obat ini, menstruasi berhenti seperti menopause. ovulasi tidak terjadi, dan diharapkan jaringan mioma akan mengkerut, Akan tetapi pemberian obat ini bisa meningkatkan LDL (kolesterol yang baik bagi kesehatan jantung) hingga pemberian dibatasi hanya sampai Keuntungan

pemberian lupron diharapkan bisa meningkatkan

kesuburan bagi penderita mioma uteri dimana perempuan mioma sering dapat hamil setelah 6 bulan pengobatan GNRH agoins. Kelihatannya obat ini berhasil baik pada mioma uteri ringan akan tetapi tidak berhasil pada mioma uteri yang besar. a. Pemberian hormon progesteron atau pil KB kelihatannya kurang efektif dan berhasil baik untuk sementara. b. Obat-obat preparat besi untuk anemi. c. Operasi pengangkatan rahim (histerektomi) untuk mengurangi keluhan dan gejala mioma. Laporan seorang ahli mengemukakan bahwa operasi dilakukan untuk mioma berlokasi pada tempat-tempat tertentu di rahim. Belakangan ini, mulai dikembangkan operasi kecil laparoskopi dan histerskopi dengan

31

luka sayatan operasi kecil (sekitar 1 cm). Keuntungan dari cara baru ini, antara lain : a. Penderita bisa pulang ke rumah pada hari yang sama. b. Waktu penyembuhannya lebih cepat. c. Jaringan parut bekas luka opersi pada dinding parut hanya kecil. d. Jarang timbul komplikasi operasi seperti perlekatan. Anestesi a. Pengertian Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai hilangnya rasa sakit yang sifatnya sementara. Anestesi pada setiap keadaan membawa problem- problem tersendiri sesuai dengan kondisi penderita, sebab obat–obat anestesi bersifat depresi pada organ – organ vital. b. Aspek farmakologik anestesi yaitu: 1) Narkotik dan analgesik 2) Sedatif, hipnotik, dan neuroleptik 3) Relaksasi otot – otot 4) Vasokonstriktor dan vasopresor 5) Oksitosik c. Teknik anestesi 1) Anestesi umum a) Pengertian Adalah menghilangkan rasa nyeri secara sentral yang disertai dengan hilangnya kesadaran.

32

b)

Fisiologi terjadinya anestesi: Obat anestetika masuk ke pembuluh darah/sirkulasi kemudian menyebar ke jaringan, yang pertama terpengaruh adalah jaringan yang kaya akan pembuluh darah yaitu otak sehingga kesadaran menurun/hilang, disertai hilangnya rasa nyeri dan lain-lain.

c)

Cara pemberian obat: 1) Melalui rectum

: Tiopental 10%, kloralhidrat

2) Intramuskular

: Ketamin Hcl, diazepa

3) Intra vena

: Tiopental 5%, 2,5%, diazepam,

ketamin 4) Perinhalasi d)

: N20, halotan, eter, metoksi, fluaton

Kontra indikasi: 1)

Kontra indikasi mutlak payah jantung.

2)

Kontra

indikasi

relatif,

tergantung

kepada

efek

farmakologis dari obat yang dipakai yaitu: a)

Kelainan jantung : hindarkan pemakaian obat yang mendepresi miokard, misalnya eter, tiopental dan halotan.

b)

Kelainan hepar : hindarkan obat yang dimetabolisme di hepar.

c)

Kelainan ginjal : hindarkan obat yang diekresi di ginjal, misal petidin/gallarmin, morfin

33

d)

Kelainan

paru

:

hindarkan

obat-obat

yang

menyebabkan hipersekresi saluran pernafasan yang mengakibatkan pengentalan sekresi dalam paru misal eter. e)

Kelainan endokrin : pada diabetes melitus hindarkan pemakaian obat yang merangsang simpatis karena menyebabkan peninggian gula darah misal eter.

2) Anestesi regional dan lokal a. Pengertian Adalah untuk menghilangkan impuls rasa nyeri dari bagian tubuh tertentu dengan cara memblokir hantaran syaraf sensorik untuk sementara. Fungsi motorik dapat terkana atau tidak sama sekali, dan penderita tidak kehilangan kesadarannya. Yang termasuk anestesi regional adalah: a) Topikal : obat anestesi diberikan pada akhir serabut syaraf di mukosa dengan cara menyemprot atau mengoles. b) Infiltrasi : obat anestesi regional dengan cara infiltrasi langsung pada garis insisi atau luka. c) Field block : obat anestesi regional dengan cara membentuk dinding anestesi sekitar daerah operasi.

34

d) Blok saraf : obat anestesi regional dengan cara suntikan langsung ke saraf atau sekitar saraf yang mempersarafi bagian

badan

tertentu.

Misal

anestesi

spinal,

epidural/peridural. Cara kerja obat anestesi regional adalah bergabung dengan protoplasma sel saraf dan menghasilkan anestesi dengan cara mencegah depolarisasi yang ditimbulkan oleh impuls transmisi. Saraf-saraf sensorik lebih mudah/cepat di anestesi dari pada saraf-saraf motorik, karena penampang yang lebih kecil dan selubung myelin saraf sensorik yang lebih tipis. b.

Kontra indikai 1.

Kelainan di daerah panggung: Spondilitis, Infeksi kulit.

2.

Kelainan kardiovaskuler, arrythmia, hypertensi.

3.

anemia berat

4.

mungkin terjadi kompikasi pasca operatif, eperti sakit kepala, meningitis atau paralisis. (Mochtar, 1998)

35

Fase-fase penyembuhan luka post operasi a. Fase I Penyembuhan luka berlangsung selama 3 hari, setelah pembedahan. Pada fase ini terjadi penumpukan benang-benang fibrin dan membentuk gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh darah yang terputus. Leukosit mulai mencerna bakteri dan jaringan yang rusak. b. Fase II Berlangsung 3-14 hari setelah pembedahan leukosit mulai berkurang dan luka berisi kolagen yang kemudian menunjang luka dan baik pada hari ke 6 dan ke-7 serta jahitan boleh diangkat. c. Fase III Berlangsung pada minggu ke-2 sampai ke-6, kolagen terus menumpuk dan menekan pembuluh darah, sehingga suplai darah ke daerah luka mulai berkurang. d. Fase IV Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, kolagen tetap ditimbun dan luka semakin kecil atau mengecil. Tegang serta timbul rasa gatal di sekitar luka. (Syamsuhidayat, 1997)

36

H. Komplikasi 1

Perdarahan sampai terjadi anemia.

2 Torsi tangkai mioma dari : a

Mioma uteri subserosa.

b

Mioma uteri submukosa.

3

Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.

4

Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan. a

Pengaruh mioma terhadap kehamilan. 1). Infertilitas. 2). Abortus. 3). Persalinan prematuritas dan kelainan letak. 4). Inersia uteri. 5). Gangguan jalan persalinan. 6). Perdarahan post partum. 7). Retensi plasenta.

b

Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri 1). Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen. 2). Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai. (Prawirohardjo, sarwono, 1999) Menurut Achadiat, Chrisdiono, 2003 komplikasi dari mioma uteri

antara lain: 1. Perdarahan 2. Anemia

37

3. Infeksi atau degenerasi (kistik maupun merah). 4. Perlekatan pasca miomektomi. 5. Terjadinya ruptura/kerobekan rahim, apabila penderita hamil setelah tindakan 6. miomektomi. Menurut faisal yatim, 2005 hal, 68)

Komplikasi

mioma uteri

antara lain : 1. Perdarahan pervagina yang berat juga menimbulkan kondisi kurang darah (anemi), yang boleh diatasi dengan pemberian obat preparat besi (iron). 2. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan sulit buang air besar (konstipasi) atau hemorroid. Gejala ini bisa dikurangi dengan makan sayur dan buah setiap hari disertai minum Air banyak sehari-hari serta makanan banyak biji-bijian. Bila perlu boleh diberikan obat pencahar untuk mengatasi keluhan konstipasi. 3. Uterus robek (ruptur) dala, keadaan hamil atau plaenta acreta (akar jaringan plasenta menyusup sampai otot jaringan plasenta) dan increta atau, tonus uterus yang kurang dan kemudian perdarahan uterus. Menurut Mansjoer, Arif, 2001) Komplikasi mioma uteri antara lain: 1. Degenerasi ganas. 2. Torsi yang menimbulkan nekrosis, sindrom abdomen akut.

38

I. Pengkajian Fokus Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan 1. Pengumpulan Data. Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total Abdominal Histerektomi dan Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO) adalah sebagai berikut : Usia : a.

Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35 tahun keatas.

b.

Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang

c.

Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri terutama terhadap

perubahan yang terjadi pada

dirinya akibat tindakan TAH-BSO. 2. Keluhan Utama Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :

39

a. Lokasi nyeri b. Intensitas nyeri c. Waktu dan durasi d. Kwalitas nyeri. 3. Riwayat Reproduksi a. Haid Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause. b. Hamil dan Persalinan Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar. Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan. 4. Data Psikologi. Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat

fungsi

menstruasi

sebagai

lambang

feminitas,

sehingga

berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan.

40

Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien. 5. Status Respiratori Respirasi biasnya meningkat atau menurun, pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat sekret. Suara paru yang kasar

merupakan gejala

terdapat sekret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general. 6. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan

sederhana yang

harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok. 7. Status Urinari Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya

kencing setelah 6

sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah output urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.

41

8. Status Gastrointestinal Fungsi gastrointestinal biasanya pulih

pada 24-74 jam setelah

pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus. 9. Pemeriksaan fisik a. Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah. b. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglasi. c. Konsultasi padat, kenyal, permukaan tumor umumnya rata. 10 Pemeriksaan luar Teraba masa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas. 11. Pemeriksaan dalam Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan. Pemeriksaan Penunjang 1. USG : Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT Scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.

42

2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gunanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai terapi juga bergabung dengan uterus, lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tidak teratur. 3. Foto BNO/ IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. 4. Histerografi dan histereskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas. 5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis. 6. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin darah. 7. Tes kehamilan. 8. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hiperplasia atau adenokarsinoma

endometrium).

(Achadiat,

Chrisdiono

M,

2004),

(Mansjoer, Arif, 2001), (Prawiroharjo, S, 1999)

43

J. Pathway Keperawatan

(Carpenito, 1998), (Doengoes, 2001), ( Prawiroharjo, 1999)

44

K.

Diagnosa Keperawatan Pre 0perasi: 1. Nyeri berhubungan dengan nekrosa dan perkengketan. 2. Resiko

kekurangan

volume

cairan

tubuh

berhubungan

dengan

pendarahan dan muntah 3. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau tindakan operasi. Post Operasi: 1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan pada jaringan saraf perifer. 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan pasca. 3. Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas setelah operasi . 4. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan trauma pada kulit atau tindakan operasi. L. Intervensi dan Rasional Pre Operasi 1) Nyeri berhubungan dengan penurunan atau berkurang. Tujuan

: Nyeri dapat mengalami penurunan atau berkurang.

Kriteria Hasil : Ketidaknyamanan hilang /terkontrol, menunjukkan postur tubuh rileks, kemampuan istirahat / tidur dengan cukup. a)

Intervensi: Kaji tingkat nyeri pasien (skala) Rasional : Untuk mengetahui skala nyeri.

45

b)

Intervensi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik. Rasional : Untuk mengurangi/menghilangkan rasa nyeri pada pasien.

c)

Intervensi: Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengurangi nyeri Rasional : Pasien bisa dengan mandiri mengurangi rasa nyeri.

2) Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan dan muntah. Tujuan : a) Keseimbangan cairan yang adekuat. a) Turgor kulit baik. Kriteria Hasil: Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, misal, membran mukosa lembab, turgot kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil. a) Intervensi: Hitung balance cairan Rasional : Untuk mengetahui tingkat dehidrasi pasien. b) Intervensi: Pantau tanda-tanda vital. Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien. c) Intervensi: Kolaborasi pemberian cairan parentera. Rasional : Untuk meminimalkan tingkat dehidrasi pasien . d) Intervensi: Berikan antiametik sesuai kebutuhan. Rasional : Untuk meminimalkan iritasi pada lampu.

46

e) Intervensi: Pantau hasil laboratorium. Rasional: Untuk mengetahui peningkatan hasil laboratorium. 3) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau tindakan operasi. Tujuan: a) Pasien paham terhadap proses penyakit atau operasi dan harapan operasi. b) Cemas berkurang. Kriteria Hasil : a). Menyatakan kesadaran perasan ansietas dan cara sehat sesuai . b). Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi. c). Menunjukkan

strategi

koping

efektif/keterampilan

pemecahan

masalah. a) Intervensi: Kaji ulang tingkat pehaman pasien . Rasional:

Untuk

mengetahui

seberapa

jauh

peningkatan

bahan

pengajaran

pengetahuan pasien. b)

Intervensi:

Gunakan

sumber-sumber

sesuai keadaan . Rasional : Untuk mengetahui sumber teori. c) Intervensi: Pengajaran pra opersi secara individu tentang pembatasan dan prosedur pra operasi Rasional : Untuk memberikan gambaran kepada pasien.

47

d) Intervensi: Informasi kepada pasien keluarga atau orang terdekat tentang rencana prosedur tindakan . Rasional : Meminimalkan tingkat kecemasan keluarga Post Operasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan pada jaringan saraf Perifer. Tujuan: a)

Ekspresi wajah pasien rilek

b)

Mengungkapkan penurunan nyeri

Kriteria Hasil: a) Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanhilang / terkontrol b) Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi c) Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak a) Intervensi: Kaji tingkat nyeri pasien (skala). Rasional : Untuk mengetahui skala nyeri b) Intervensi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri. c) Intervensi: Atur posisi tidur semalaman mungkin . Rasional : Dengan posisi yang nyaman nyeri dapat berkurang d) Intervensi:

Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk

mengurangi nyeri. Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri

48

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan pasca. Tujuan: Bunyi nafas normal, nafas tidak koping hidung, tidak terjadi. Kriteria hasil : Mempertahankan pola pernapasan normal /efektif, bebas sianosis, dengan GDA dalam batas normal pasien . a) Intervensi: Atur posisi kepala ekstensi, atau sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ventilasi. Rasional : Untuk memperlancar jalan nafas b) Intervensi: Bantuan pasien untuk merubah posisi bentuk dan nafas dalam. Rasional : Untuk mengefektifan jalan nafas c) Intrvensi: Kaji adanya hipoksia. Rasional : Untuk mengurangi terjadinya henti nafas d) Intervensi: Monitor respiratori rate Rasional: Untuk mengetahui perkembangan jalan nafas 3

Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas setelah operasi . Tujuan : a) Melakukan aktivitas sesuai kemampuan . b) Kebutuhan tubuh pasien terpenuhi. Kritria Hasil :

a) Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri . b) Mencapai peningkatan toleransi aktivitas

yang dapat

diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan .

49

a) Intervensi: Pantau aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Rasional : Untuk mengetahui tingkat kelemahan pasien b) Intervensi: Bantu pasien untuk ambulasi dini dan tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan pasien . Rasional : Untuk mengetahui tingkat aktivitas pasien c) Intrvensi: Bantuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Rasional

:

Untuk

membantu

dalam

pemenuhan

kebutuhan pasien. 4

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan operasi. Tujuan : a) Penyembuhan luka tepat waktu . b) Tidak ada tanda-tanda infeksi . Kriteria Hasil : 1) Dapat mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi . 2) Menunjukkan teknik perubahan pola hidup

untuk meningkatkan

lingkungan yang aman. a)

Intervensi: Monitor luka operasi. Rasional : Untuk mengetahui keadaan luka pada pasien.

b) Intervensi: Rawat luka sesuai prinsip . Rasional : Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

50

c)

Intervensi: Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional : Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit .

d) Monitor tanda- tanda vital Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien e)

Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi Rasional : Untuk mmencegah terjadinya infeksi. (Doenges, 2000)

51