BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.id

Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan ... 3. Anatomi Tulang Panggul Gambar 3 Anatomi Tulang Panggu...

4 downloads 297 Views 578KB Size
BAB II KONSEP DASAR

A. Pengertian Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal. Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006). Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Jenis-jenis operasi sectio caesarea, terdiri atas : 1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis) a. SC klasik atau corporal, dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihannya antara lain : mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah 7

menyebar secara intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan. b. SC ismika atau profundal, dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio caesarea ismika, antara lain : penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, dan kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan menyebabkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi. c. SC ekstra peritonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak membuka cavum abdominal. 2. Vagina (sectio caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang (transversal), atau sayatan huruf T (T insision) (Rachman, M, 2000; Winkjosastro, Hanifa, 2007).

8

B. Panggul Sempit Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu: 1. Panggul Ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau dengan diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. 2. Panggul Anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit. 3. Panggul Android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis yang menyempit. 4. Panggul Platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih

pendek daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis yang luas. Dalam Obstetri yang dimaksud panggul sempit secara fungsional yang artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut: 1. Kesempitan Pintu Atas Panggul Pintu atas panggul dianggap sempit bila conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Penyebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul antara lain :

9

a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan, terdiri atas : 1) panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil; 2) panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa; 3) panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi berlebihan ukuran muka belakang; 4) panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit; 5) panggul belah : simpisis terbuka. b. Kelainan karena penyakit tulang panggul dan sendi-sendinya, terdiri atas : 1) panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruh panggul sempit picak; 2) panggul osteomalacci : panggul sempit melintang; 3) radang articulation sacroiliaca : panggul sempit miring. c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang, terdiri atas : 1) kiposis di daerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong; 2) sciliose di daerah tulang punggung menyebabkan panggul sempit. d. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah, antara lain : coxitis, luxatio, dan atrofia menyebabkan panggul sempit. 2. Kesempitan Bidang Tengah Panggul Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan memotong sakrum kira-kira pada pertemuan ruas sakral ke-4 dan ke-5. Dikatakan bidang tengah panggul sempit jika jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang dari 15,5 cm dan diameter antara spina kurang dari 9 cm.

10

3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak antar kedua tuber isiadika sebagai dasar. Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tubera ossis ischii ≥ 8 cm dengan sendirinya arcus pubis akan meruncing (Bratakoesoema, Dinan S., 2005).

C. Anatomi dan Fisiologi 1. Alat Genetalia Eksterna Gambar 1 Alat Genetalia Eksterna

Sumber : Elaine N. Marrieb, 2001 a. Mons Pubis Adalah bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantalan pada waktu melakukan hubungan seks.

11

b. Labia Mayora (bibir besar) Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia monora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina). c. Labia Minora (bibir kecil) Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina; merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. d. Klitoris Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris di namai glans dan lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.

12

e. Vulva Adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum. f. Vestibulum Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholini). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodoran semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat). g. Fourchette Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen. h. Perineum Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital. Perineum terdiri dari otot-otot yang dilapisi, dengan kulit dan menjadi penting karena perineum dapat robek selama melahirkan.

13

2. Alat Genetalia Interna Gambar 2 Alat Genetalia Interna

Sumber : Winkjosastro, 2007 a. Ovarium Ovarium

merupakan

organ

yang

berfungsi

untuk

perkembangan dan pelepasan ovum, serta sintesis dari sekresi hormon steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 – 1 cm. Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas rongga panggul dan menempel pada lakukan dinding lateral pelvis di antara muka eksternal yang divergen dan pembuluh darah hipogastrik Fossa ovarica waldeyer. Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan

14

androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal. b. Vagina Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rektum dan di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks (portio). Vagina merupakan penghubung antara genetalia eksterna dan genetalia interna. Bagian depan vagina berukuran 6,5 cm, sedangkan bagian belakang berukuran 9,5 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari uterus dilalui sekresi uterus dan kotoran menstruasi sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat persalinan. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Ceruk yang terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesteron. Sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen

15

mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden infeksi vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). c. Uterus Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum / serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram / lebih. Uterus terdiri dari: a) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi berinsensi ke uterus. b) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai janin berkembang. c) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah. d) Dinding

uterus

terdiri

dari

tiga

lapisan:

endometrium,

miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.

16

d. Tuba Falopii Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm. Tuba falopii oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi terdiri atas: pars interstialis : bagian tuba yang terdapat di dinding uterus, pars ismika : bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars ampularis : bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi, pars infudibulum : bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen mempunyai rumbai/umbul disebut fimbria. e. Serviks Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastic (Evelyn, 2002).

17

3. Anatomi Tulang Panggul Gambar 3 Anatomi Tulang Panggul

Sumber : Syaifuddin, 2007 Tulang panggul (os sakrum) terdiri atas kiri dan kanan yang melekat satu sama lain di garis medianus persambungan tulang rawan disebut simpisis oseum pubis sehingga terbentuk gelang panggul yang disebut singulum ekstremitas inferior. Os sakrum dibentuk oleh os ileum (tulang usus), os pubis (tulang kemaluan), dan os iskii (tulang duduk). Di dalam os ileum terdapat lekuk besar yang disebut fossa iliaka, di depan krisna iliaka terdapat tonjolan spina iliaka anterior superior dan di belakang spina iliaka posterior superior. Os iskii terdiri atas korpus ossis iskii, di belakang asetabulum korpus ossis iskii mempunyai taju yang tajam disebut spina iskiadika yang terdapat insisura iskiadika mayor dan dibawahnya spina iskiadika

18

minor. Os pubis terdiri dari pubis kanan dan kiri yang terdapat tulang rawan disebut simpisis pubis. (Syaifuddin, 2007). 4. Anatomi Konjugata Obstetrika Gambar 4 Konjugata Obstetrika

Sumber : Harry, 2003 Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium panjangnya lebih kurang 11 cm. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul disebut diameter tranversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata, disebut diameter oblikua. Konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis dikurangi

1,5 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang

paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium. 19

5. Anatomi Kulit Abdomen Gambar 5 Anatomi Kulit Abdomen

Sumber : Winkjosastro, 2005 Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu : 1) Lapisan epidermis, merupakan lapisan luar, terdiri dari epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel yang menyusunnya dibentuk oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar, ketika didorong oleh sel-sel baru ke arah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat. 2) Lapisan dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa dan elastin. Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf. 3) Lapisan subkutan mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf. Lapisan ini mengikat kulit secara

20

longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya uterus. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium. Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus. 6. Anatomi Otot Perut dan Fasia Gambar 6 Otot Perut dan Fasia

Sumber : a. Fasia Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,.

21

Fasia profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdalam otot abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak.. Fascias adalah

lembar

jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh. b. Otot Perut Otot perut terdiri dari : otot dinding perut anterior dan lateral, serta otot dinding perut posterior. Otot dinding perut anterior dan lateral (rectus abdominis) meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat obliquus externus berjalan ke arah bawah dan atas, serat obliquus internus berjalan ke atas dan ke depan ; serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut) berjalan transversal di bagian depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung bersama yang menutupi rectus abdominis.

22

Otot dinding perut posterior (Quadrates lumbolus) adalah otot pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas diatas ke krista iliaca (Gibson, J. 2002).

D. Pelvimetri 1. Pelvimetri Luar Cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuranukuran panggul apabila dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai antara lain : jangkar-jangkar panggul Martin, Oseander, Collin, Boudeloque dan sebagainya. Yang diukur adalah : a. Distansia spinarum (± 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra. b. Distansia kristarum (± 28-30 cm), jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krisna iliaka sinistra dan dekstra. c. Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar), jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka posterior dekstra dan spina iliaka anterior superior sinistra. d. Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua trokanter mayor. e. Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm, jarak antara bagian atas simfisis ke profesus spinosus lumbal 5. f. Distansia tubernum (± 10,5 cm), jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.

23

2. Pelvimetri Dalam Memasukkan dua jari (telunjuk dan jari tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang / promotorium. Hitung jarak dari tulang kemaluan hingga promotorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul. Pemeriksaan ini mendapatkan konjugata diagonal (Aflah Nur, 2010). 3. Pelvimetri roentgenologik, untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan ditemukan angka-angka mengenai ukuranukuran dalam ketiga bidang panggul.

E. Macam-Macam Anestesi Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai hilangnya rasa sakit yang sifatnya sementara. Anestesi pada setiap keadaan membawa problema-problema tersendiri sesuai dengan kondisi penderita, sebab obat-obat anestesi bersifat depresi pada organ-organ vital. 1. Aspek farmakologik anestesi yaitu : a. Narkotik dan analgesik; b. Sedatif, hipnotik, dan neuroleptik; c. Relaksasi otot-otot; d. Vasokonstriktor dan vasopresor; dan e. Oksitosik. 2. Teknik anestesi a. Anestesi Umum adalah menghilangkan rasa nyeri secara sentral yang

24

disertai dengan hilangnya kesadaran. 1) Fisiologi terjadinya anestesi Obat anestetika masuk ke pembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar ke jaringan, yang pertama terpengaruh adalah jaringan yang kaya akan pembuluh darah yaitu otak sehingga kesadaran menurun atau hilang, disertai hilangnya rasa nyeri dan lain-lain. 2) Cara pemberian obat : a) Melalui rectum : Tiopental 10%, kloralhidrat b) Intramuskular

: ketamin HCl, diazepam

c) Intra vena

: Tiopental 5%, 2,5% diazepam, ketamin

d) Perinhalasi

: N2O, halotan, sevofluran

3) Kontra indikasi : a) Kontra indikasi mutlak payah jantung. b) Kontra indikasi relatif, tergantung kepada efek farmakologis dari obat yang dipakai yaitu : (1) Kelainan jantung : hindarkan pemakaian obat

yang

mendepresi miokard, misalnya eter, tiopental dan halotan. (2) Kelainan hepar : hindarkan obat yang dimetabolisme di hepar (3) Kelainan ginjal : hindarkan obat yang diekresi di ginjal, misal petidin atau gallarmin, morfin. (4) Kelainan paru : hindarkan obat-obat yang menyebabkan hipersekresi saluran pernafasan yang

mengakibatkan

25

pengentalan sekresi dalam paru misal : eter. (5) Kelainan endokrin : pada diabetes melitus hindarkan pemakaian

obat

yang

merangsang

simpatis

karena

menyebabkan peninggian gula darah misal eter. (Latief, 2009). b. Anestesi regional dan lokal adalah untuk menghilangkan impuls rasa nyeri dari bagian tubuh tertentu dengan cara memblokir hantaran syaraf sensorik untuk sementara. Fungsi motorik dapat terkena atau tidak sama sekali, dan penderita tidak kehilangan kesadarannya. Yang termasuk anastesi regional adalah : a) Topikal

: obat anestesi diberikan pada akhir serabut saraf di mukosa dengan cara menyemprot atau mengoles.

b) Infiltrasi

: obat anestesi regional dengan cara infiltrasi langsung pada garis insisi atau luka.

c) Field block

: obat anestesi regional dengan cara membentuk dinding anestesi sekitar daerah operasi.

d) Blok syaraf

: obat anestesi regional dengan cara suntikan langsung ke saraf atau sekitar saraf yang mempersarafi bagian badan tertentu. Misal anestesi spinal, epidural atau peridural.

Cara kerja obat anestesi regional adalah bergabung dengan protoplasma sel saraf dan menghasilkan anestesi dengan cara

26

mencegah depolarisasi yang ditimbulkan oleh impuls transmisi. Syaraf-syaraf motorik, karena penampang yang lebih kecil dan selubung mielin saraf sensorik yang lebih tipis. 1) Kontra indikasi menurut Mochtar, Rustam, 1998 a) Kelainan daerah punggung : spondilitis, infeksi kulit. b) Kelainan kardiovaskuler : arrythmia, hypertensi, anemia berat (Mochtar Rustam, 2002).

F. Fase Penyembuhan Luka 1. Fase Inflamasi Respons vascular dan selular terjadi ketika jaringan terpotong atau mengalami cedera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplatelet. Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. Netrofil adalah leukosit pertama yang bergerak ke dalam jaringan yang rusak. Antigenantibodi juga timbul. Sel-sel basal pada pinggir luka mengalami mitosis dan menghasilkan sel baru 2. Fase Proliferatif Fibrosis memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka; kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.

27

3. Fase Maturasi Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroplas mulai meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun ke dalam posisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka. Fase penyembuhan luka menurut Sjamsuhidajat R, 1997 Fase

Proses

Gejala dan tanda

I

Inflamasi

Reaksi radang

Dolor, rubor, kalor, tumor

II

Proliferasi

Regenerasi

/ Jaringan granulasi / kalus

fibroplasias

tulang penutupan: epitel / endotel / mesotel

III

Penyudahan

Pematangan dan Jaringan parut / fibrosis perupaan kembali

G. Adaptasi Post Partum Perubahan fisiologis pada post partum menurut Fahrer Helen (2001) meliputi : 1. Involusio, yaitu suatu proses fisiologis pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil, terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena sitoplasmanya yang berlebihan dibuang.

28

a. Involusio Uterus Terjadi setelah plasenta lahir, uterus akan mengeras karena kontraksi dan reaksi pada otot-ototnya, dapat diamati dengan pemeriksaan TFU yaitu setelah plasenta lahir hingga 12 jam pertama TFU 1 - 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-6 TFU normalnya berada di pertengahan simfisis pubis dan pusat. Pada hari ke- 9atau 12 TFU sudah tidak teraba. b. Involusio tempat melekatnya plasenta Setelah plasenta dilahirkan, tempat melekatnya plasenta menjadi tidak beraturan dan ditutupi oleh vaskuler yang kontraksi serta trombosis pada endometrium terjadi pembentukan scar sebagai proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka pada endometrium

ini

memungkinkan

untuk

implantasi

dan

pembentukan plasenta pada kehamilan yang akan datang. 2. Lochea, yaitu kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari jaringan-jaringan mati dan lendir berasal dari rahim dan liang senggama. Lochea terbagi menjadi 4 jenis, yaitu : a. Lochea rubra, berwarna merah yang terdiri dari lendir dan darah, terdapat pada hari kesatu dan kedua. b. Lochea sanguinolenta, berwarna coklat yang terdiri dari cairan bercampur darah dan pada hari ke 3 - 6 post partum.

29

c. Lochea serosa, berwarna merah muda agak kekuningan yang mengandung serum, selaput lendir, leukosit dan jaringan yang telah mati, pada hari ke 7 - 10. d. Lochea alba, berwarna putih / jernih yang berisi leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan bakteri atau kuman yang telah mati, terdapat pada hari ke-1 hingga 2 minggu setelah melahirkan. 3. Adaptasi Fisik a. Tanda-tanda vital Suhu meningkat karena perubahan hormonal tetapi bila suhu diatas 38C dan selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum perlu dipikirkan

kemungkinan

adanya

infeksi

saluran

kemih,

endometritis dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3 setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu, walaupun tidak selalu. b. Adaptasi cardiovaskuler 1) Tekanan darah stabil, penurunan tekanan darah sistolik  20 mmHg dapat terjadi pada saat ibu berubah posisi berbaring duduk.

Keadaan

sementara

ini

sebagai

kompensasi

cardiovaskuler terhadap penurunan dalam rongga panggul dan perdarahan. 2) Denyut nadi berkisar antara 60 - 70 /menit, berkeringat dan menggigil mengeluarkan cairan yang berlebihan sering terjadi terutama pada malam hari.

30

c. Adaptasi sistem gastro intestinal Diperlukan waktu 3 - 4 hari sebelum faal usus kembali normal meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama 1 - 2 hari. d. Adaptasi traktus urinarius Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma yang dapat

mengakibatkan

oedem

dan

menghilangkan

sensifitas

terhadap tekanan cairan. Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna, biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari pertama setelah melahirkan. e. Adaptasi sistem endokrin Perubahan

buah

dada,

umumnya

produksi

air

susu

baru

berlangsung pada hari ke 2 - 3 post partum, buah dada nampak membesar, keras dan nyeri. f. Adaptasi sistem muskuloskeletal Otot dinding abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan, mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Keadaan ini terlihat jelas setelah melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendor. g. Perineum Setelah melahirkan perinuem menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju, pada post partum hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

31

besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (nuliparia). h. Laktasi Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang timbul. Pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali antara lain lactogenic hormon (prolaktin) yang akan menghasilkan mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil, terpengaruhi akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga mengeluarkan air susu. Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari ke-2 - 3 post partum. 4. Periode Post Partum Berdasarkan waktu periode post partum dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Immidiate post partum, dihitung 24 jam pertama setelah plasenta lahir, ditandai dengan ibu hanya memperhatikan diri sendiri tidak peduli lingkungan dan ingin dirawat. b. Early post partum, pada hari ke 2-7 setelah melahirkan mulai dengan perawatan bayi, memandikan dan perawatan tali pusat c. Late Post Partum, pada minggu ke 2-6 setelah melahirkan, ditandai dengan ibu telah melaksanakan peran barunya dan mulai memperhatikan tubuhnya.

32

5. Proses menjadi orang tua Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan suatu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama bersifat praktis atau mekanis yang melibatkan ketrampilan kognitif dan motorik, dan komponen kedua bersifat emosional yang melibatkan ketrampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen tersebut penting untuk perkembangan dan keberadaan bayi. a. Ketrampilan Kognitif-Motorik Komponen

ini

melibatkan

orang tua dalam aktivitas

perawatan anak, seperti memberikan makan, menggendong, menenakan pakaiaan, dan membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya,

dan

memungkinkan

untuk

bergerak

(Steele,

Pollack,1968). Kemampuan orang tua dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya. Banyak orang tua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan proses belajar mungkin sukar bagi mereka. Akan tetapi, hampir semua orang tua yang memiliki keinginan untuk belajar dan dibantu dukungan orang lain menjadi terbiasa dengan aktivitas merawat anak. b. Ketrampilan Kognitif-Afektif Komponen psikologis dalam menjadi orang tua, sifatnya keibuan atau kebapakan tampaknya berakar dari pengalaman orang tua di masa kecil saat mengalami dan menerima kasih

33

sayang dari ibunya. Dalam hal ini orang tua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk menunjuk perhatian dan kelembutan serta menyalurkan kemampuan ini ke generasi berikutnya dengan meniru hubungan orangtua-anak yang pernah dialaminya. Ketrampilan ini meliputi sikap yang lembut, waspada, dan memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan anak. Komponen menjadi orang tua ini memiliki efek yang mendasar pada cara perawatan anak yang dilakukan dengan praktis dan pada respon emosionl anak terhadap asuhan yang diterimanya. Suatu hubungan orangtua-anak yang positif adalah saling memberi satu sama lain yang dapat mendasari dalam memberikan bantuan mempunyai arti bahwa orang tersebut berharga untuk menerima bantuan. Konsep Erikson (1959-1964) mengatakan tentang dasar kepercayaan perkembangan rasa percaya ini akan menentukan respon bayi seumur hidupnya. Orang-orang yang mengalami hubungan orang tua-anak yang positif cenderung lebih mudah bersosialisasi dan terbuka serta mampu meminta bantuan dan menerima bantuan dari orang lain. Sebaliknya, mereka yang kurang

rasa

percaya

cenderung

mengasingkan

diri

dan

menyendiri. Mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami krisis karena ketidakmampuanya menggunakan

34

dukungan orang lain ketika menghadapi masalah (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). 6. Adaptasi Psikososial a. Fase “taking in” (Fase Dependen) Selama 1 - 2 hari pertama, dependensi sangat dominan pada ibu dan ibu lebih memfokuskan pada dirinya sendiri. Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan keterlibatannya dalam tanggung jawab sebagai seorang ibu dan ia lebih mempercayakan kepada orang lain dan ibu akan lebih meningkatkan kebutuhan akan nutrisi dan istirahat. Menunjukkan kegembiraan yang sangat, misalnya menceritakan tentang pengalaman kehamilan, melahirkan dan rasa ketidaknyamanan. b. Fase “taking hold” (Fase Independen) 1) Ibu sudah malu menunjukkan perluasan fokus perhatiannya yaitu dengan memperlihatkan bayinya. 2) Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya. 3) Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan bayinya. c. Fase “letting go” (Fase Interdependen), merupakan suatu kemajuan menuju peran baru, ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayinya lebih meningkat. Dan mampu mengenal bahwa bayi terpisah dari dirinya (Farrer, 2001).

35

H. Penatalaksaan Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung berbagai faktor, antara lain : bentuk panggul, ukuran panggul, pergerakan sendi-sendi panggu;, besarnya kepala janin, persentasi dan posisi kepala, serta his. Secara pasti, sebelum persalinan berlangsung hanya dapat ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, jika CV < 8 ½ cm dilakukan sectio caesarea primer sedangkan CV > 8 ½-10 cm dapat dilakukan persalinan percobaan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ada 2 macam persalinan percobaan, yaitu : 1. Trial of labor, dimulai pada permulaan persalinan dengan pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik (dikatakan berhasil). 2. Test of labor, dimulai pada saat pembukaan lengkap dan berakhir 1 jam sesudahnya. Setelah 1 jam kepala turun sampai H III, test of labor berhasil. Persalinan percobaan dihentikan jika pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuan, keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik, ada lingkaran retraksi yang patologis, dan forceps/vakum ekstraksi gagal. Dalam keadaankeadaan tersebut, dilakukan sectio caesarea (Dinan S. Bratakoesoema, 2005). Penatalaksanaan post operasi sectio caesarea, antara lain : 1. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.

36

2. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat. 3. Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum. 4. Pemberian antibiotika. Walaupun

pemberian

antibiotika

sesudah

sesar

efektif

dapat

dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan. 5. Mobilisasi. Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan. 6. Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah operasi (Mochtar Rustam, 2002).

I. Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada post sectio caesarea, antara lain : 1. Infeksi puerperal (nifas). Tahapan ringan suhu meningkat beberapa hari; tahapan sedang suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung; sedangkan pada tahapan berat terjadi peritonealis, sepsis, dan usus paralitik. 2. Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka serta perdarahan pada plasenta bed.

37

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi. 4. Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Bobak, 2002).

J. Pengkajian Fokus 1. Riwayat kesehatan keluarga Adakah keluarga yang menderita hipertermia malignan atau reaksi anastesi? 2. Riwayat penyakit hepatik, alergi terhadap obat, makanan, plester, dan larutan. 3. Pengkajian Kata Dasar a. Sirkulasi Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan pembentukan trombus). b. Integritas ego Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor stres multipel. Dengan tanda tidak dapat beristirahat dan peningkatan tegangan. c. Makanan/cairan Malnutrisi, membran mukosa yang kering, pembatasan puasa praoperasi. d. Pernafasan Adanya kondisi kronik/batuk, merokok.

38

e. Keamanan Riwayat transfusi darah dan tanda munculnya proses infeksi. 4. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan pencocokan silang, tes Coombs. b. USG : melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, dan presentasi janin. c. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa. d. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II. e. Pelvimetri : menentukan CPD. f. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin. g. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap gerakan/stres dari pola kontraksi uterus atau pola abnormal. h. Pemantauan elektronik kontinue : memastikan status janin atau aktivitas uterus (Doengoes, 2001).

39

K. Pathways Keperawatan

Hamil Panggul sempit Section caesarea

Perubahan fisiologis

Adaptasi psikologis Taking in Dependent, perlu pelayanan dan perlindungan Adanya kelemahan fisik (lemah, pusing)

Defisit perawatan diri

Taking hold Belajar mengalami perubahan Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Letting go Mampu menyesuaikan dengan keluarga Perubahan peran

Ansietas

Efek anastesi Penurunan kerja medulla oblongata Penurunan kerja saraf pernafasan Penurunan reflek batuk

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Sumber : Bobak, 2004 Judith, 2007 Doengoes, 2001 Sarwono Prawirohardjo, 1999

Luka operasi

Sistem endokrin

Jaringan terputus

Penurunan progesteron dan estrogen

Jaringan terbuka Proteksi tubuh menurun Pintu masuk kuman

Peningkatan prolaktin dan oksitosin Nyeri Peningkatan produksi ASI

Imobilisasi Hambatan mobilitas mobilitas fisik fisik

Sistem reproduksi

Kontraksi

Efektif laktasi

Peningkatan FSH dan LH

Lemah

Kuat

Perdarahan

Pelepasan lochea

Resiko syok hipovolemik

Lochea statis

Menstruasi

Isapan bayi Perawatan payudara adekuat

Ovarium

Uterus

Perawatan payudara tidak adekuat

Resti infeksi

Inefektif laktasi

40

L. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi (Doenges, 2002). 2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih (Doenges, 2001). 3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam pembedaran (Doenges, 2001). 4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan nyeri (Judith, 2007). 5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges, 2002). 6. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan (Doenges, 2001). 7. Ansietas

berhubungan

dengan

perubahan

peran

atau

transmisi

interpersonal (Doenges, 2001). 8. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi. (Carpenito, 2006). 9. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

mengenai

perubahan

fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan diri (Doenges, 2001).

41

M.

Fokus Intervensi dan Rasional 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi. Hasil yang diharapkan : mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan kriteria hasil tidak mengalami penumpukan sekret, bunyi nafas bersih, dan dapat melakukan batuk efektif. Intervensi a. Kaji faktor–faktor penyebab (sekret, penurunan kesadaran, reflek batuk). Rasional : penumpukan sekret, penurunan kesadaran dan reflek batuk menurun dapat menghalangi jalan nafas. b. Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke bawah. Rasional : dengan memberikan posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke bawah. c. Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan menghalangi nafas. Rasional : posisi lidah yang jatuh ke belakang dapat menghalangi jalan nafas. d. Tinggikan kepala tempat tidur. Rasional : pengembangan paru lebih maksimal. e. Ajarkan batuk efektif. Rasional : untuk pengeluaran sekret dan jalan nafas.

42

2. Gangguan

rasa

nyaman

(nyeri)

berhubungan

dengan

insisi,

peningkatan/kontraksi otot yang lebih lama. Hasil yang diharapkan : dapat mengontrol rasa nyerinya dengan kriteria hasil

mampu

mengidentifikasikan

cara

mengurangi nyeri, mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya, dan mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat. Intervensi a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya. Rasional : memberikan informasi untuk membantu memudahkan tindakan keperawatan. b. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri. Rasional : meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang di dalamnya. c. Ajarkan teknik relaksasi. Rasional : meningkatkan kenyamanan klien. d. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Rasional : tirah baring diperlukan pada awal selama fase reteksi akut. e. Anjurkan menggunakan kompres hangat. Rasional : membantu

mengurangi

nyeri

dan

meningkatkan

kenyamanan klien. f. Berikan obat sesuai indikasi Rasional : mengurangi nyeri.

43

g. Masukan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase. Rasional : pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan.

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah. Hasil yang diterapkan : adanya tanda-tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas baik, turgor kulit normal,

membran

mukosa

lembab,

dan

pengeluaran urine yang sesuai. Intervensi a. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intraoperasi. Rasional : membantu mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan penggantian. b. Kaji pengeluaran urinarius. Rasional : mengindikasikan

malfungsi

atau

obstruksi

sistem

urinarius. c. Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik. Rasional : hipoteksi, takikardia penurunan tekanan hemodinamik menunjukan kekurangan cairan. d. Catat munculnya mual/muntah. Rasional : mual yang terjadi 12–24 jam pascaoperasi dihubungkan dengan anestesi; mual lebih dari tiga hari pascaoperasi

44

dihubungkan dengan

narkotik untuk mengontrol rasa

sakit atau terapi obat-obatan lainnya. e. Periksa pembalut atau drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan. Rasional : pendarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/hemoragi.

Pembengkakan

lokal

mengindikasikan formasi hematoma/pendarahan. f. Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer. Rasional : kulit dingin/lembab, denyut lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer. g. Pasang kateter urinarius sesuai kebutuhan. Rasional : memberikan mekanisme untuk memantau pengeluaran urinarius yang adekuat. h. Berikan cairan parental, produksi darah dan/ atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Rasional : gantikan kehilangan cairan. Catat waktu penggunaan volume

sirkulasi

yang

potensial

bagi

penurunan

komplikasi. i.

Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi. 1) Hb/Ht Rasional : menurun karena anemia atau kehilangan darah aktual.

45

2) Elektrolit serum dan pH. Rasional : ketidakseimbangan dapat memerlukan perubahan dalam cairan atau tambahan pengganti untuk mencapai keseimbangan. j.

Berikan darah atau kemasan SDM bila diperlukan sesuai indikasi. Rasional : kehilangan pendarahan, penurunan produksi SDM dapat mengakibatkan anemia berat atau progresif.

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan nyeri. Hasil yang diharapkan : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan tidak adanya

kontraktur,

meningkatkan kekuatan

bagian tubuh yang sakit / kompensasi, dan mendemonstrasikan

teknik/perilaku

yang

memungkinkan melakukan kembali aktivitas. Intervensi a. Kaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan. Rasional : mengevaluasi keadaan khusus.pada beberapa lokasi trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi. b. Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar. Rasional : pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktifitas klien.

46

c. Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan, seperti bel atau lampu pemanggil. Rasional : Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat mengatur diri dan mengurangi ketakutan karena ditinggal sendiri. d. Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan lembut. Rasional : meningkatkan sirkulasi, meningkatkan mobilisasi sendi dan mencegah kontraktur dan atrofi otot. e. Anjurkan klien istirahat. Rasional : mencegah kelelahan. f. Tingkatkan aktifitas secara bertahap. Rasional : aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh klien sesuai yang diinginkan, memberikan rasa tenang dan aman pada klien emosional.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. Hasil yang diharapkan

: mampu

mendemonstrasikan

teknik-teknik

untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri, dan mengidentifikasi / menggunakan sumbersumber yang tersedia.

47

Intervensi : a. Pastikan berat / durasi ketidaknyamanan. Rasional : nyeri dapat mempengaruhi respons emosi dan perilaku, sehingga klien mungkin tidak mampu berfokus pada perawatan diri sampai kebutuhan fisik. b. Tentukan tipe-tipe anastesi. Rasional : Klien yang telah menjalani anestesia spinal dapat diarahkan untuk berbaring datar. c. Ubah posisi klien setiap 1-2 jam. Rasional : membantu mencegah komplikasi bedah seperti flebitis. d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan (perawatan mulut, mandi, gosokan punggung dan perawatan perineal). Rasional : memperbaiki

harga

diri,

meningkatkan

perasaan

kesejahteraan. e. Berikan pilihan bila mungkin (jadwal mandi, jarak selama ambulasi). Rasional : mengizinkan beberapa otonomi meskipun tergantung pada bantuan profesional. f. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi. Rasional : menurunkan mempengaruhi

ketidaknyamanan, kemampuan

untuk

yang

dapat

melaksanakan

perawatan diri.

48

6. Resti infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan kulit, pemajanan pada patogen. Hasil yang diharapkan : tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsio laesa), tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-370C), dan pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi. Intervensi : a. Monitor tanda-tanda vital. Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya infeksi (color). b. Kaji luka pada abdomen dan balutan. Rasional : mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus. c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka dengan teknik aseptik. Rasional : mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme infeksius. d. Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan. e. Catat hemoglobin dan hematokrit. Catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan.

49

Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar hemoglobin rendah dan kehilangan darah berlebihan. f. Berikan antibiotik pada praoperasi. Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi.

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau transmisi interpersonal. Hasil yang diharapkan : mampu mengungkapkan perasaan takut, tampak rileks, dan menggunakan sumber / sistem pendukung dengan efektif. Intervensi a. Kaji respon psikologis pada kejadian dan ketersediaan sistem pendukung. Rasional : semakin klien merasakan ancaman, semakin besar tingkat ansietas. b. Tetap bersama klien dan tenang. Bicara perlahan. Tunjukkan empati. Rasional : membantu membatasi transimisi ansietas interpersonal, dan

mendemonstrasikan

perhatian

terhadap

klien/pasangan.

50

c. Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin. Rasional : memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir dan membantu membawa ancaman yang dirasakan / aktual ke dalam perspektif. d. Anjurkan

klien

/

pasangan

mengungkapkan

dan/atau

mengekspresikan perasaan (menangis). Rasional : membantu mengidentifikasi perasaan/masalah negative dan memberikan

kesempatan

untuk

mengatasi

perasaan

ambivalen atau teratasi/berduka. e. Dukung / arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan. Rasional : mendukung mekanisme koping dasar meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan serta menurunkan ansietas. f. Berikan masa privasi. Kurangi rangsang lingkungan, seperti jumlah orang yang ada, sesuai keinginan klien. Rasional : untuk menginternalisasi informasi, menyusun sumbersumber, dan mengatasi dengan efektif.

8. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi. Hasil yang diharapkan : dapat

mengidentifikasi

aktivitas

yang

menentukan atau meningkatkan menyusui yang berhasil.

51

Intervensi a. Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting. Rasional : menentukan kermampuan untuk memberikan perawatan yang tepat. b. Anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif. Rasional : mempelancar laktasi. c. Anjurkan klien memberikan asi esklusif. Rasional : ASI dapat memenuhu kebutuhan nutrisi bagi bayi sehingga pertumbuhan optimal. d. Berikan informasi untuk rawat gabung. Rasional : menjaga meminimalkan tidak efektifnya laktasi. e. Anjurkan bagaimana cara memeras, menyimpan, dan mengirim atau memberikan ASI dengan aman. Rasional : menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap higienis bagi bayi.

9. Kurang

pengetahuan

berhubungan dengan

mengenai

perubahan

fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan diri. Hasil yang diharapkan : mampu mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis,

kebutuhan-kebutuhan

individu, hasil yang diharapkan.

52

Intervensi : a. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Rasional : penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi. b. Kaji keadaan fisik klien. Rasional : ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi dalam menerima penyuluhan. c. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang normal. Rasional : membantu klien mengenali perubahan normal. d. Diskusikan program latihan yang tepat, sesuai ketentuan. Rasional : program latihan dapat

membantu tonus otot-otot,

meningkatkan

sirkulasi,

keseimbangan

tubuh

dan

menghasilkan meningkatkan

gambaran perasaan

sejahtera. e. Demonstrasikan teknik-teknik perawatan diri. Rasional : Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas baru.

53