BAB II KAJIAN TEORI A. PEMBELAJARAN IPS 1. PENGERTIAN

Download KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran IPS. 1. Pengertian Pembelajaran IPS di SD/MI. Pembelajaran ialah membelajarkan pe...

0 downloads 334 Views 99KB Size
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPS 1. Pengertian Pembelajaran IPS di SD/MI Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak pendidik sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Dengan demikian, belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang.1 Konsep pembelajaran menurut Corey adalah: “Suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisikondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.2 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, pendidik, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis,

1

Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014)., h. 47 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 61

2

12

13

dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Rumusan

tersebut

tidak

terbatas

dalam

ruang saja.

Sistem

pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.3 Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh pendidik sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara pendidik dengan peserta didik, serta antara peserta didik dengan peserta didik disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Karena itu baik konseptual maupun operasional konsepkonsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat pada pembelajaran. Komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para partisipan atau peserta didik menciptakan dan saling berbagi informasi satu sama lain guna

3

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 57

14

mencapai pengertian timbal balik (Suherman). Dalam pengertian tersebut proses komunikasi sekurang-kurangnya harus melibatkan dua orang. Proses komunikasi dalam pembelajaran melibatkan dua pihak yakni pendidik dan peserta didik. Pendidik memegang peranan utama sebagai komunikator dan peserta didik. Pendidik memegang peranan utama sebagai komunikator dan peserta didik memegang peran utama sebagai komunikan. Dalam praktiknya kedua peran itu dilakukan oleh kedua belah pihak pada gilirannya bertukar peran menjadi pemberi dan penerima informasi, itulah yang disebut dengan berbagi informasi dalam komunikasi pembelajaran.4 Berkenaan dengan ilmu Sosial ini, Norma Mackenzie mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. 5 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.6 IPS yang diajarkan di SD/MI terdiri atas dua bahan kajian pokok: pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup 4

Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo2008), h. 11 Ischak, S,U, dkk, Pendidikan IPS di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.31 6 Ibid., h. 1.36, 5

15

lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.7 Batasan lain ditunjukkan oleh Hasan, dalam salah satu tulisannya, yang menyebutkan dua konsep yang berbeda tentang IPS, yaitu: Pendidikan Pengetahuan Sosial (PS), dan Pendidikan Ilmu-ilmu sosial (di perpendidikan tinggi: penulis). IPS dalam pengertian Pendidikan Pengetahuan Sosial (PS) merujuk pada organisasi materi kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak melalui pengetahuan sosial dan budaya. Sedangkan IPS dalam pengertian Pendidikan Ilmu-ilmu

Sosial adalah

program pendidikan yang dikembangkan di perpendidikan tinggi dengan pendekatan monodisiplin, yaitu mengajarkan satu bidang ilmu sosial secara terpisah.8 Perbedaan kedua tataran konsep IPS ini lebih kepada cara yang digunakan dalam mengorganisasikan kurikulum. Marsh (1991) dalam konsep

yang dikemukakannya

cenderung lebih menekankan pada

pendidikan IPS sebagai Pendidikan Pengetahuan Sosial. Hal ini tercermin pada definisi yang dikemukakannya bahwa Pendidikan IPS adalah studi tentang manusia sebagai makhluk sosial yang tersusun dalam masyarakat, dan interaksi antara satu dengan yang lain, serta dengan lingkungan mereka pada suatu tempat dan waktu tertentu.

7

Depdikbud, Metodik Khusus Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: Depdikbud, 1995)., h. 1 8 Depdiknas, Kapita Selekta Pembelajaran, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 102

16

2. Tujuan Pembelajaran IPS Banyak pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran, yang satu sama lain memiliki kesamaan di samping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandang garapannya. Robert F. Mager misalnya memberikan pengertian tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pengertian kedua dikemukakan oleh Edwar L. Dejnozka dan David E. Kapel, juga Kemp yang memandang bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkret serta dapat dilihat dan fakta yang tersamar. Devinisi ketiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington yakni tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan peserta didik tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.9 Kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan peserta didik, mata ajaran, dan pendidik itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan peserta didik dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan, dan di apresiasi. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk

kurikulum

dapat

ditentukan

hasil-hasil

pendidikan

yang

diinginkan. Pendidik sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para peserta

9

Hamzah B, Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT, Bumi Aksara, 2008), h. 35

17

didik, dan dia harus mampu menulis dan memilih ujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur. Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya terkandung tujuan yang menjadi target

pembelajaran

dan

menyediakan

pilar

untuk

menyediakan

pengalaman-pengalaman belajar. Suatu tujuan pembelajaran seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut : a. tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam situasi bermain peran; b. tujuan mendefinisikan tingkah peserta didik dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati; c. tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada peta pulau Jawa, peserta didik dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga gunung utama.10 Mengenai tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (pendidikan IPS), para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut. Gross menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk

10

Oemar, op.,cit, h. 76-77

18

mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya. Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”. Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku peserta didik, yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaaman salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mensttransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta ide-ide kepada anak. Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas, memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan masyarak sekitarnya. (2) Sikap belajar IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan meyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang. (3) Nilai-nilai sosial dan sikap Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasarkan

19

nilai-nilai sosial ang berkembang dalam masyarakat maka akan maka akan berkembang pula sikap –sikap sosial anak. (4) Keterampilan dasar IPS Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial misalnya

mencari

bukti

dengan

berpikir

ilmiah,

keterampilan

mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan releansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan.11 Mata pelajaran ilmu pengetahuan Sosial di SD/MI bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga peserta didik memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Mengenalkan kepada peserta didik tentang hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya, memberikan pengetahuan agar peserta didik memahami peristiwa-peristiwa serta perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya, mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengenal kebutuhan kebutuhannya serta menyadari bahwa manusia lain pun memiliki kebutuhan, menghargai udaya masyarakat sekitarnya, bangsa dan juga budaya bangsa lain, memahami dan dapat menerapkan prinsip-

11

Hidayati, Pengembangan Pendidikan IPS SD. (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasinal, 2008)., h.1-24

20

prinsip ekonomi yang bertalian dengan dirinya sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain dan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Memahami bahwa antara manusia yang satu dengan lainnya saling membutuhkan serta dapat menghormati harkat dan nilai manusia, memupuk rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan hasilnya serta menghargai setiap jenis pekerjaan maupun hasil pekerjaan yang dilakukan orang lain. 12 3. Dimensi Pembelajaran IPS Pencapaian pembelajaran pendidikan IPS di persekolahan diperlukan pemahaman dan pengembangan program pendidikan yang komprehensif. Program pendidikan IPS yang komprehensif tersebut menurut Sapriya adalah program pendidikan yang mencakup empat dimensi, yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skill), dimensi nilai dan sikap (value and attitude), dan dimensi tindakan (action). Lebih perinci keempat dimensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Dimensi Pengetahuan (Knowledge) Pengethauan

adalah

kemahiran

dan

pemahaman

terhadap

sejumlahn informasi dan ide-ide. Tujuan pengembangan pengetahuan ini adlah untuk membantu peserta didik dalam belajar untuk memahami lebih banyak tentang dirinya fisiknya dan dunia sosial serta lingkungan sekitarnya.13

12

Debdikbud, op.,cit, h. 2-3 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 25 13

21

b. Dimensi keterampilan (skill) Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu

sehingga

digunakan

pengetahuan

yang

diperolehnya.

Keterampilan ini dalam pendidikan IPS terwujud dalam bentuk kecakapan mengolah dan menerapkan informasi yang penting untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis.14 c. Dimensi Nilai dan Sikap (Value and Attitude) Nilai dan sikap merupakan seperangkat keyakinan atauprinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir dan bertindak. 15 d. Dimensi Tindakan (Action) Tindakan sosial ini merupakan dimensi IPS yang penting karena tindakan sosial dapat memungkinkan peserta didik menjadi peserta didik yang aktif, dengan jalan berlatih secara konkret dan praktik, belajar dari apa yang diketahui dan dipikirkan tetang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga secara jelas apa yang dilakukan dan bagaimana caranya dengan demikian peserta didik akan belajar menjadi warga negara yang efektif di masyarakat.16

14

Ibid.,h. 27 Ibid., h. 28 16 Ibid., h. 30 15

22

4. Perencanaan Pembelajaran IPS Pendidik harus bisa dan mengerti dalam membuat perencanaan pembelajaran.Dalam membuat perencanaan pembelajaran IPS, pendidik harus memiliki keterampilan agar bisa menjadikan pembelajaran IPS sebagai pembelajaran yang menarik bagi peserta didik, membuat peserta didik bisa memahami, mengerti, memaknai dan menerapkan isi dari pembelajaran IPS. Perencanaan pembelajaran IPS terkait dengan bagaimana seorang pendidik bisa membuat perencanaan pembelajaran dengan baik. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancanngan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam belajar, peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan pendidik sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan peserta didik”, dan bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”. Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari peserta didik merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik agar dapat tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan adalah bagaimana cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana

23

menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.17 Pembelajaran IPS yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran IPS yang disusun benarbenar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran IPS. 5. Ciri-ciri Pembelajaran IPS Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, ialah: a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan produser, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. Dimana dalam pembelajaran IPS pun harus memiliki dan membuat rencana pembelajaran seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS yang baik dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan atau dipelajari. b. Kesalingtergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. c. Tujuan sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti: sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan. Sistem alami (natural) seperti:

17

Hamzah. op.,cit, h. 2-3

24

sistem ekologi, sistem kehidupan hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain, disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar peserta didik belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar peserta didik belajar secara efisien dan efektif. Dengan proses mendesain sistem pembelajaran si perancang membuat rancangan untuk memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut.18 Demikian juga dengan pembelajaran IPS, mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai seperti memberikan bekal bagi peserta didik untuk bisa berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, bisa saling menghargai keanekaragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia dan lain sebagainya. 6. Prinsip-prinsip Pengajaran IPS Prinsip-prinsip pengajaran IPS meliputi: a. Dalam mengajarkan bahan-bahan pada Ilmu Pengetahuan sosial hendaknya dimulai dari lingkungan yang terdekat (sekitar), yang sederhana sampai kepada bahan yang lebih luas dan kompleks. Pengalaman-pengalaman atau pengetahuan pendahuluan yang diperoleh di lingkungan sebelum masuk sekolah dasar sangat berpengaruh dalam

18

Oemar, op.,cit, h. 65-66

25

menerima maupun mempelajari konsep dasar, sehingga tugas pendidik dalam hal ini adalah memotivasi agar pengalaman peserta didik tersebut dijadikan dasar dalam mempelajari IPS. b. Dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pengalaman langsung melalui pengamatan, observasi maupun mencoba sesuatu atau dramatisasi akan membantu peserta didik lebih memahami pengertian atau ide-ide dasar dalam pelajaran IPS sehingga ingatan peserta didik terhadap konsepkonsep yang dipelajari akan lebih mendalam.19 Pembelajaran IPS yang berlandaskan pendekatan sistem berorientasi pada pencapaian tujuan belajar. Pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah karakteristik peserta didik sebelum belajar IPS (input) menjadi peserta didik yang memiliki karakter yang diinginkan (output). Karena itu langkah pertama dalam merencanakan pembelajaran IPS adalah perumusa tujuan pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran selalu berorientasi pada peserta didik, bukan pendidik. Seorang pendidik IPS tidak dapat lagi merumuskan tujuan pembelajaran IPS “peserta didik mengetahui hakikat IPS atau peserta didik akan menghayati hakikat IPS”. Rumusan yang tepat adalah peserta didik akan dapat menyebutkan, mendefinisikan, mendeskripsikan, dan membuat garis-garis besar IPS.20

19

Depdikbud, op.,cit, h. 3 Wr, Hendra Saputra, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: UHAMKA Press, 2004), h. 34-37 20

26

B. Penanaman Sikap Sosial 1. Pengertian Penanaman Sikap Sosial Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengenai penanaman adalah proses, perbuatan, dan cara menanamkan. Penanaman secara etimologi belasal dari kata tanam yang berarti benih, yang semakin jelas ketika mendapat imbuhan me-kan menjadi “Menanamkan” yang berarti menabur ajaran, paham dan lain sebagainya, serta berarti pula memasukkan, membangkitkan, atau memelihara perasaan, cinta kasih, dan lain sebagainya.21 Dalam wacana yang bersifat umum, Baron dan Byrne, dalam buku Psikologi Sosial Suatu Pengantar, mengemukakan definisi sikap sebagai penilaian subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.22 Menurut pendapat Gerungan dalam buku Psikologi Sosial, definisi tentang sikap adalah: “Pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesedihan beraksi terhadap sesuatu hal.”23 Dari beberapa defenisi mengenai sikap yang ada, Eagly dan Chainken (dalam Agus Abdurrahman), membaginya menjadi dua pendekatan atau modelpendefinisian. Pertama, sikap didefinisikan sebagai sebuah kombinasi dari reaksi afektif, kognitif, dan perilaku terhadap suatu objek tertentu. 21

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)., h. 895 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 64 23 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT, Rineke Cipta 2007), h. 150-151 22

27

Pendekatan yang seringkali disebut three-component definition ini termasuk pendekatan yang banyak dipakai oleh pakar psikologi sosial (Taylor, dkk). Menurut Judd, dkk. (dalam Abdur Rahman), sikap merupakan (1) Reaksi afektif yang bersifat positif, negatif, atau campuran antara keduanya yang mengandung

perasaaan-perasaan

kita

terhadap

suatu

objek,

(2)

Kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu, dan (3) Reaksi kognitif sebagai penilaian kita terhadap suatu objek yang didsrkan pada ingatan, pengetahuan, dan kepercayaan yang relevan. Namun, karena antara ketiga komonen sikap tersebut kadang tidak konsisten dan dipandang terlalu kompleks, maka muncul pandangan yang lebih sederhana yang biasa disebut single component definition. Single component defintion mendefinisikan sikap sebagai suatu penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek tertentu, yang diekspresikan dengan intensitas tertentu, yang diekspresikan dengan intensitas tertentu (a positive or negative evaluation of an object, expressed at some level of intencity).24 Ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.25 Jadi, sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Dari beberapa pendapat pengertian atau defenisi sikap yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian sikap 24

Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial Integrasi Pegetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2013). 25 Abu Ahmadi, op.,cit, h. 149

28

adalah keadaaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menganggapi obyek situasi atau kondisi dilingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap abyek atau situasi. Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai kehidupan masyarakat. Sedangkan pendapat lain mengatakan: Interaksi di kalangan manusia; interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan antipasti, rasa setia kawan, dan sebagainya. 26 Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang dalam kelompok dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap bergabung seluruh anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya.27 Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, sekolah, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: 26

Zulkifli, L, 2006, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, h. 45 Ahmadi, op.,cit, h. 152

27

29

ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek.28 Dalam pembelajaran IPS misalnya ketika mempelajari materi Keanekaragaman Suku Bangsa dan Budaya, maka sikap sosial peserta didik tanpa disengaja akan terbentuk karena adanya pengaruh dan interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, pendidik dengan peserta didik. Sehingga peserta didik akan lebih menghargai keanekaragaman yang ada di Indonesia atau di lingkungan tempat mereka tinggal. Dengan begitu maka terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial, yaitu: Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya: interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat

28

Ahmadi, h. 156-157

30

komunikasi seperti, surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya.29 Pembentukkan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan seperti lingkungan sekolah. Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi tidaklah demikian halnya. Lembaga-lembaga sekolah pun memiliki tugas pula dalam membina sikap ini. Bukankah tujuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah adalah mempengaruhi, membawa, membimbing anak didik agar memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan. Katz (Luthans) dalam buku Psikologi Suatu Pengantar, menjelaskan empat fungsi sikap. Empat fungsi sikap itu adalah: Fungsi penyesuaian diri, berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk mencapai tujuannya secara maksimal. Fungsi pertahanan diri, mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Fungsi ekspresi nilai,

29

Ahmadi., h. 157-158

31

berarti bahwa sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi diri. Fungsi pengetahuan, berarti bahwa sikap membantu seseorang menetapkan standar evaluasi terhadap sesuatu hal.30 Dalam buku psikologi sosial, Fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: (1) sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, (2) sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku, (3) sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, (4) sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.31 Selain memiliki fungsi, sikap juga memiliki ciri-ciri, diantaranya: 1) Sikap itu dipelajari. Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif-motif psikologis lainnya. Misalnya: lapar, haus adalah motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh suatu nilai yang sifatnya perseorangan. 2) Memiliki kestabilan. Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman. 3) Personal-societal significance. Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. 30

Fattah Hanurawan, op.,cit, h. 66 Ahmadi, op., cit, h. 165

31

32

Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan favorable. 4) Berisi cognisi dan affeksi. Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi

informasi

yang

factual,

misalnya:

objek

itu

dirasakan

menyenangkan atau tidak menyenangkan. 5) Approach-avoidance directionality. Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya,

sebaliknya

bila

seseorang

memiliki

sikap

yang

unfavorable, mereka akan menghindarinya.32 Dengan demikian lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju kepada sikap yang kita harapkan. Pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah mengubah sikap anak didik ke arah yang lebih baik. 2. Penanaman Sikap Sosial dalam IPS Sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.33 Selanjutnya, Koencaraningrat menyatakan sikap suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan diri seorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia maupun lingkungan masyarakatnya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan fisiknya.

32

Ibid, h. 164 Hidayati, op.cit., h.4-31

33

33

a. Pembentukan sikap Berbagai kasus dalam kehidupan sukar dibedakan antara pembentukan sikap dan perubahan sikap, sejalan denan pendapat freedman, bahwa senantiasa sikap menjadi sasaan perubahan, walaupun suatu sikap sudah bertahan untuk jangka waktu yang lama. Ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap. Tiga model tersebut adalah: 1) Mengamati dan meniru 2) Menerima pengtan, dan 3) Menerima informasi ferbal. b. Penanaman sikap dalam pengajaran IPS Penanaman sikap atau sikap mental yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat dilepaskan dari mengajarkan nilai yang berlaku dimasyarakat. Dengan kata lain, strategi pegajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Materi dan pokok bahasan dan pengajaran IPS dengan menggunakan metode (multi metode), digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran dan pemilikan nilai-nilai yang baik pada diri peserta didik. Menurut Paul Suparno, SJ, sikap dan tingkah laku yang berlaku umum, yang warga masyarakat perlu mendapat tekanan. Beberapa sikap dan tigkah laku antara lain sebgai berikut: 1) Sikap penghargaan kepada setiap manusia

34

Penghargaan bahwa pribadi manusia itu bernilai, tidak boleh direndahkan atau disingkirkan tetapi harus dikembangkan. 2) Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia, sopan, dan tepat janji 3) Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup bersama orang lain yang berbeda 4) Kebebasan dan tanggungjawab 5) Penghargaan terhadap alam 6) Penghormatan kepada sang pencipta 7) Sikap pengembangan pribdi manusia seperti disipli, bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri pribadi.34 3. Bentuk-Bentuk Sikap Sosial Adapun bentuk-bentuk sikap sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Sikap positif Dalam buku Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Bentuk sikap sosial yang positf seseorang yaitu berupa tenggang rasa, kerjasama, dan solidaritas”.35 Selanjutnya dalam buku Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial dijelaskan bahwa: “ Sikap sosial dapat dilihat dari adanya kerjasama, sikap tenggang rasa, dan solidaritas”.36

34

Ibid., h. 4-38 – 4- 40 Hadori Nawawi, Intereksi Sosial, Jakarta : Gunung Agung, 2000).,h. 33 36 Soetjipto dan Sjaefieoden, Metodologi Ilmu Sosial. (Jakarta: Rineka Cipta, 1994)., h. 35

44

35

Dari kedua pendapat tersebut diatas, maka tidak ada perbedaan yang mendasar dimana yang termasuk dalam bentuk sikap sosial adalah aspek kerjasama, aspek solidaritas, dan aspek tenggang rasa. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat dari masing-masing bentuk-bentuk sikap sosial tersebut. a. Aspek Kerjasama Kerjasama merupakan suatu hubungan saling bantu membantu dari orang-orang atau kelompok orang dalam mencapai suatu tujuan. Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “ Kerjasama adalah kecenderungan untuk bertindak dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu tujuan”. Dengan demikian sikap kerjasama adalah merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak dalam kegiatan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selanjutnya dalam buku Pedoman Umum Budi Pekerti dijelaskan bahwa: “Ciri-ciri orang yang mampu bekerjasama dengan orang lain adalah berperan dalam berbagi kegiatan gotong royong tidak membiarkan teman atau keluarga mengalami suatu masalah secara sendiri dan bersikap mengutamakan hidup bersama berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah”. b. Aspek Solidaritas Solidaritas mempunyai arti adanya kecenderungan seseorang dalam melihat ataupun memperhatikan keadaan orang lain. Menurut Gerungan dalam bukunya Psikologi Sosial dijelaskan bahwa:

36

“Solidaritas dapat diartikan sebagi kecenderungan dalam bertindak terhadap seseorang yang mengalami suatu masalah yakni berupa memperhatikan keadaan orang tersebut” (Gerungan, 1996 : 52). Dengan demikian solidaritas merupakan salah satu bentuk sikap sosial yang

dapat

dilakukan

seseorang

dalam

melihat

ataupun

memperhatikan orang lain terutama seseorang yang mengalami suatu masalah. c. Aspek Tenggang Rasa Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Tenggang rasa adalah seseorang yang selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya sehari-hari”. Selanjutnya dalam buku Pedoman Pedoman Umum Budi Pekerti dijelaskan bahwa: “Sikap tenggang rasa dapat dilihat dari adanya saling menghargai satu sama lain, menghindari sikap masa bodoh, tidak menggangu orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain, dalam bertutur kata tidak menyinggung perasaan orang lain, selalu menjaga perasaan orang lain dalam pergaulan dan sebagainya”. Dengan demikian dari pendapat ahli jelaslah bahwa tenggang rasa adalah perwujudan sikap dan prilaku seseorang dalam menjaga, menghargai dan menghormati orang lain.

37

2) Sikap negatif Bentuk-bentuk sikap sosial seseorang yang negatif antara lain: a) Egoisme yaitu suatu bentuk sikap dimana seseorang merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya dan tidak ada orang atau benda apapun yang mampu menjadi pesaingnya. b) Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain. c) Rasisme, yaitu suatu sikap yang didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat diamati dan dianggap diwarisi seperti warna kulit merupakan suatu tanda perihal inferioritas yang membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang-orang yang mempunyai ciriciri tersebut. d) Rasialisme, yaitu suatu penerapan sikap diskriminasi terhadap kelompok ras lain. Misalnya diskriminasi ras yang pernah terjadi di Afrika Selatan. e) Stereotip, yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra tersebut. Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah lembut dan lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip tersebut tidak selalu benar, karena tidak semua orang Jawa memiliki sifat tersebut.

38

4. Unsur-Unsur Sikap Sosial Unsur-unsur yang membentuk sikap sosial ialah: a. Mengamati dan meniru Berdasarkan kenyataan, bahwa mayoritas perilaku manusia dipelajari melalui model, yaitu dengan mengamati dan meniruperilaku atau perbuatan orang lain, terutama orang-orang yang berpengaruh dalam hidup perserta didik. b. Menerima Penguatan Dengan menerima tau tidak menerima penguatan atas suatu respon yang ditunjukkan. Penguatan juga dapat berupa hadiah (penguatan positif) dan dapat berupa hukuman (penguatan negatif). c. Menerima Informasi Verbal Informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan maupun tulisan informasi yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap objek yang bersangkutan. 5. Faktor yang mempengaruhi sikap sosial Tidak dapat disangkal bahwa manusia mempunyai sifat-sifat bawaan, misalnya kecerdasan dan temperamen. Faktor-faktor ini mempunyai pengaruh terhadap pembentuan sikap. Selain itu manusia juga mempunyai sikap keturunan, yang terbentuk dengan kuat dalam keluarga, misalnya sentimen kefamilian, keagamaan, dan sebagainya. Namun secara umum

39

kebanyakan pakar psikologi sosial berpendapat bahwa sikap manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengalaman.37 C. Penelitian Relevan Sebagai kajian dan penelitian kepustakaan, dapat dikemukakan beberapa hasil penelitian terlebih dahulu untuk dijadikan beberapa referensi, di antaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Gita Enggarwati (2014), judul penelitiannya adalah “Penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran ips pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sumampir” Hasil penelitian, menunjukkan bahwa cara guru untuk menanamkan sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS antara lain dengan pembiasaan, keteladanan, pemberian contoh yang kontekstual, pembelajaran melalui cerita dan media, seperti gambar pahlawan dan lagu nasional. 2. Penelitian yang dilakukan Achmad Syaefur Rokhim, judul penelitiannya adalah : “Peran Pendidikan IPS dalam membentuk sikap Pluralis Siswa di SMPN 18 Kota Cirebon”. Hasil dari penelitian menunjukkanupaya guru dalam penanaman sikap Pluralis Siswa yaitu melalui pembelajaran dalam

kelas khususunya

Pendidikan IPS, nilai keteladanan guru, kegiatan ekstrakurikuler. Adapun Sikap Pluralis siswa pada pembelajaran IPS di SMPN 18 Kota Cirebon yaitu pada proses diskusi. Fakta-fakta yang menjadi upaya penanaman nilai pluralis pada siswa 37

yaitumenghargai pendapat orang lain, toleransi,

Hidayati dkk, op.,cit, h. 4-32

40

kebebasan yang bertanggung jawab. Sehingga mampu menghasilkan siswa yang kreatif, inovatif, berguna bagi nusa dan bangsa, memiliki masa depan yang cerah dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 3. Penelitian yang dilakukan Rismawati, judul penelitiannya adalah : “Penanaman Sikap Sosial oleh guru PKN melalui proses pembelajaran di SMP Negeri Kota Banda Aceh (suatu penelitian di SP Negeri 2, 8 dan 9 Kota Bada Aceh”. Hasil penelitian ini enunjukkan bahwa 1) guru menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat memunculkan sikap sosial seperti metode diskusi, tanya jawab, role playing, stimulasi, dan demonstrasi, serta model pembelajaran seperti jigsaw, NHT, Make A Match, debat, PBL, pembiasaan keteladanan, dalam hal ini guru meminta siswa untuk memperagakan sikap sosial yang menjadi indikator pembelajaran dan menjelaskan pentingnya sikap tersebut. 2) kendala yang dihadapi dari perbedaan karakter siswa, dan kendala dalam perencanaan meliputi perumusan indikator dari sikap sosial, penggunaan dan pemilihan metode dan model pembelajaran, serta dalam menyusun alat evaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan dari penanaman sikap sosial.