BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.usu.ac.id

Modernisasi adalah contoh khusus dan penting dari kemajuan masyarakat, contoh ... Menurut pengertian relative, modernisa...

26 downloads 518 Views 471KB Size
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modernisasi Sebagaimana telah disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara agraris yang terdiri dari lahan pertanian yang luas, baik organik maupun non organik sehingga banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya. Dengan perkembangan zaman yang menuju masyarakat industri, sangatlah banyak lahan pertanian yang akhirnya berubah fungsi menjadi pabrik-pabrik maupun bangunan-bangunan infra struktur. Hal ini terjadi di akibatkan oleh berkembang pesatnya

arus globalisasi sehingga perlu diadakan

perubahan dalam bidang pembangunan. Selain itu Indonesia juga terkenal akan kekayaan sumber daya alamnya yang terdiri dari sumber daya alam migas (minyak dan gas) serta non migas (karet, tembakau, kayu, rempah-rempah dan lain-lain). Sumber daya alam yang melimpah ruah tersebut adalah andalan Indonesia dalam memperoleh devisa Negara baik ekspor maupun impor. Namun karena sumber daya alam migas yang terbatas dan tidak bisa diperbaharui, maka adalah suatu hal yang logis jika pemerintah beralih ke modernisasi pembangunan kota untuk meningkatkan pendapatan Negara sekaligus untuk menaikkan taraf hidup bangsa Indonesia. Modernisasi pada awalnya dilaksanakan sebagai usaha untuk menguji prospek pembangunan yang dilakukan oleh Negara dunia ketiga. Hal ini pertama kali muncul pada tahun 1950-an setelah perang dunia kedua. Ini dilakukan di suatu Negara untuk mengembangkan suatu daerah dari tahapan primitif ketahapan yang lebih maju dan

Universitas Sumatera Utara

modern, serta membuat masyarakat memiliki bentuk dan struktur yang serupa. Salah satu bentuk modernisasi pembangunan yang dapat dilakukan di suatu Negara adalah proyek pembangunan bandara, dimana untuk melaksanakan proyek ini dibutuhkan areal yang sangat luas. Dengan pertimbangan tersebut maka lahan pertanian maupun perkebunan merupakan solusi yang tepat untuk melaksanakan program pembangunan yang demikian. Seperti halnya pembangunan bandara di daerah Kuala Namu, lokasi yang menjadi tempat pembangunan bandara sebagian besar adalah areal pertanian penduduk serta lahan perkebunan maupun pemukiman. Menurut (Everet Roger, 1981 : 25), Modernisasi adalah proses dengan mana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup yang lebih kompleks dan maju secara teologis serta cepat berubah. Disini hendak dilanjutkan modernisasi mempelajari dan meneliti sikap dan pendapat atau bertujuan untuk perubahan teknologi, yakni merubah sosial ekonomi masyarakat. Defenisi modernisasi dikembangkan dari berbagi ilmu, Modernisasi mengandung makna perubahan. Istilah modernisasi bersal dari bahasa latin yang berarti maju dan berkembang. Jadi modernisasi berasal dari kata modern yang artinya sesuatu yang baru sebelum tidak ada kemajuan menjadi ada, dan sesuatu yang ada itu kemudian diperbaiki dan diperbaharui menjadi modernisasi. Walaupun demikian tidak semua modernisasi itu sesuai dengan apa yang diharapkan dan bahkan perlu perubahan yang bertahap sehinggga dapat menjadi modernisasi yang efektif (samsudin, 1987 : 137). Syarat-syarat terjadinya modernisasi menurut Soerjono Soekanto adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam kalangan masyarkat luas. 2. Sistem administrasi negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi. 3. Sistem pengumpulan data yang baik teratur dan terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu seperti BPS. 4. Penciptaan iklim yang menyenangkan terhadap modernisasi terutama media masa 5. Tingkat organisasi yang tinggi terutama disiplin diri. 6. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial (sosial planning) yang tidak mementingkan kepentingan pribadi atau golongan. Modernisasi menjadi sebuah model pembangunan yang berkembang dengan pesat seiring keberhasilan negara dunia kedua. Negara dunia ketiga juga tidak luput oleh sentuhan modernisasi ala barat tersebut. berbagai program bantuan dari negara maju untuk negara dunia berkembang dengan mengatas namakan sosial dan kemanusiaan semakin meningkat jumlahnya. Namun demikian kegagalan pembangunan ala modernisasi di negara dunia ketiga menjadi sebuah pertanyaan serius untuk dijawab. Mengutip dari buku yang berjudul “Sosiologi Perubahan Sosial” yang ditulis oleh Piotr Sztompka (2008 : 149-156), Modernisasi mengandung tiga makna. Makna paling umum sama dengan seluruh jenis perubahan social progresif apabila masyarakat bergerak maju menurut skala kemajuan yang diakui. Pemakaiannya adalah dalam arti historis dan berlaku untuk seluruh periode historis. Makna kedua adalah lebih khusus secara historis, yakni “modernitas”, yang berarti tranformasi social, politik, ekonomi, cultural dan mental yang terjadi di Barat sejak abad ke-16 dan mencapai puncaknya di abad ke-19 dan 20.

Universitas Sumatera Utara

Modernitas meliputi proses industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi, birokratisasi, demokratisasi, pengaruh kapitalisme, perkembangan individualism dan motivasi untuk berprestasi, meningkatnya pengaruh akal dan sains, serta berbagai proses lainnya. Modernisasi dalam hal ini berarti mencapai modernitas, makin mendekati ciri-ciri khusus. Ini berarti proses trasformasi yang dilalui masyarakat tradisional atau masyarakat prateknologi untuk menjadi masyarakat yang ditandai oleh teknologi mesin, sikap rasional dan sekuler serta struktur sosial yang sanhgat terdiferensiasi. Makna modernisasi paling khusus hanya mengacu pada masyarakat terbelakang atau tertinggal dan melukiskan upaya mereka untuk mengejar ketertinggalan dari masyarakat paling maju yang hidup berdampingan dengan mereka pada periode historis yang sama dalam masyarakat global. Dengan kata lain, modernisasi melukiskan gerakan dari pinggiran menuju inti masyarakat modern. Modernisasi sering sekali dianggap sebagai proses yang diprakarsai dan dikontrol “dari atas” oleh elite politik yang memutuskan untuk mengangkat negara mereka dari keterbelakangan melalui upaya terencana. Modernisasi jarang dianggap sebagai kecenderungan spontan yang bekerja sendiri dari bawah. Pakar modernisasi mengambil gambaran yang lebih nyata, yakni gambaran masyarakat Barat paling maju atau dunia kapitalis ketimbang memberikan gambaran samar-samar atau utopia mengenai masyarakat yang lebih baik. Karena itu modernisasi berbeda dari perkembangan spontan menurut arah progresif. Peniruan masyarakat Barat dianggap sebagai cetak biru modernitas. Masyarakat industri Barat yang demokratis dijadikan sebagai negara model (Bendix, 1964), masyarakat rujukan (Tiryakian, 1985a) dan negara pengikutnya dipanndang sebagai pengejarnya. Modernisasi bukanlah proses evolusi yang berlangsung

Universitas Sumatera Utara

sendiri, yang maju atas kekuatannya sendiri. Modernisasi adalah proses menyamai, mencangkokkan pola dan hasil prestasi negara lain ke negara sendiri (Chodak 1973: 257). Konsep modernisasi dalam arti khusus yang disepakati teoritisi modernisasi di tahun 1950-an dan tahun 1960-an, didefinisikan dalam tiga cara : historis, relative dan analisis. Menurut definisi historis, modernisasi sama dengan Westernisasi atau Amerikanisasi. Modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju cirri-ciri masyarakat yang dijadikan model. Berikut ini dikutip dua contoh pandangan seperti itu. Eisenstadt mengatakan ; Secara historis modernisasi adalah proses perubahan menuju tipe sisten social, ekonomi dan politik yang telah maju di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-17 hingga 19 dan kemudian menyebar ke negara Eropa lain dan dari abad ke-19 dan 20 ke negara Amerika Selatan, Asia dan Afrika. (1966: 1) Gambaran serupa dikemukakan Wilbert Moore …. Modernisasi adalah transformasi total masyarakat tradisional atau pra-modern ke tipe masyarakat teknologi dan organisasi social yang menyerupai kemajuan dunia Barat yang ekonominya makmur dan situasi politiknya stabil. (1963b: 89) Pendekatan seperti ini sangat mudah terancam bahaya etnosentrisme yang keliru. Bahaya etnosentrisme yang keliru ini sebagian dijauhi oleh definisi relative yang tak memerlukan parameter jarak atau waktu, tetapi memusatkan perhatian pada substansi proses, kapan, dan di mana pun terjadinya. Berikut ini dua contohnya. Tiryakian merumuskan ; Dilihat dari perspektif proses historis dunia, modernitas berkaitan dengan keunggulan inovasi atau terobosan kesadaran, moral, etika, teknologi dan tatanan sosial yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan manusia. (1985a: 134) Pandangan serupa dikemukakan oleh Chodak ….

Universitas Sumatera Utara

Modernisasi adalah contoh khusus dan penting dari kemajuan masyarakat, contoh usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai standar kehidupan yang lebih tinggi. (1973: 256) Menurut pengertian relative, modernisasi berarti upaya yang bertujuan untuk menyamai standar yang dianggap modern baik oleh rakyat banyak maupun elite penguasa. Tetapi standar ini berbeda-beda. Apa yang disebut “sumber” atau pusat modernitas dalam arti masyarakat rujukan, unggul, tempat asal prestasi yang dianggap modern paling umum, berbeda dikalangan pakar. Defenisi untuk analisis berciri lebih khusus daripada kedua definisi di atas, yakni melukiskan dimensi masyarakat modern dengan maksud untuk ditanamkan dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat pra-modern. Sebagian analis memusatkan perhatian pada aspek struktural.

2.2. Perubahan Sosial Perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari system sosial sebagai satu kesatuan (Hawley, 1978: 787). Sebagian besar para ilmuan memandang penting perubahan structural dalam hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsure-unsur masyarakat :  Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Macionis, 1987: 638).  Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat (Persell, 1987: 586).  Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu (Ritzer, et.al, 1987: 560).

Universitas Sumatera Utara

 Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu (Farley, 1990:626).

Alasan dibalik lebih seringnya penekanan ditujukan pada perubahan struktural ketimbang tipe lain adalah karena perubahan struktural itu lebih mengarah kepada perubahan sistem sebagai keseluruhan ketimbang perubahan di dalam sistem sosial saja. Struktur sosial merupakan sejenis kerangka pembentukan masyarakat dan operasinya. Jika strukturnya berubah, maka semua unsure lain cenderung berubah pula. Semua orang menyadari bahwa kita hidup dan bekerja dalam suatu lingkungan senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang mengakibatkan perubahan di dalam semua bidang secara tidak langsung maupun langsung. Seperti halnya pembangunan infrastruktur yang mengakibatkan perubahan dalam meningkatkan taraf hidup, mengubah sikap, nilai-nilai yang selama ini dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai yang selam ini menjadi pedoman mulai mengalami benturan yang diakibatkan masuknya pengaruh nilai dari luar, hal ini sesuai dengan pendapat soerjono soekanto bahwa, setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan itu seperti pergeseran niulai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perilaku, organisasi sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, interaksi sosial serta perubahan jenis pekerjaan (okupasi). Menurut Bruce A Chadwik (Sulistio, 1987:356) perubahan sosial terjadi dalam suatu masyarakat dapat menimbulkan dua dampak yakni positif (fungsional) dan negatif (disfungsional), dampak positif biasanya diterima oleh masyarakat dan dampak negative biasanya ditolak oleh masyarakat yang mengalaminya. Perubahan ini disebabkan oleh dua faktor yaitu sifat proyek dalam penelitian ini yaitu penanggung jawab pembangunan

Universitas Sumatera Utara

proyek bandara kuala namu dan sifat daerah atau penduduk yang terkena dampak dalam penelitian ini yaitu masyarakat desa beringin. Perubahan sosial terjadi pada semua lapisan masyarakat dan dalam setiap waktu serta mengalami proses perubahan yang berbeda sesuai dengan daerah serta penduduknya, terjadinya perubahan sosial merupakan gejala yang wajar dalam kehidupan manusia. Parson berpendapat bahwa tindakan merupakan persyaratan perubahan, perubahan merupakan sesuatu yang pastinya akan selalu berlangsung dalam suatu masyarakat. Adanya perubahan tidak dapat disangkal dan pentingnya perubahan tidak dapat dipandang sebelah mata, namun perubahan hanya dapat dipahami melalui pemahaman struktur terlebih dahulu. Perubahan sosial terjadi pada masyarakat terutama pada dekade terakhir dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial yang disengaja (intended change) dan tidak disengaja (unitended change) .Perubahan sosial yang disengaja merupakan perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat melalui agen of change (orang-orang yang terlibat dalam perubahan tersebut) maupun secara spontan dikombinasikan oleh pihak-pihak dari luar masyarakat (soerjono soekanto 1990 : 350). Teoritisi mendefinisikan atau menganggap perubahan sosial masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Berkaitan dengan jumlah populasi dari suatu unit sosial seperti perubahan proporsi dalam golongan masyarakat. 2. Tingkat penilaian penduduk dalam jangka waktu tertuntu seperti perubahan dalam angka kriminalitas. 3. Struktur sosial dan pola-pola interaksi individu, seperti perubahan dalam hubungan antara penguasa dengan kesatuan sosial.

Universitas Sumatera Utara

4. Pola-pola kebudayaan, seperti perubahan nilai-nilai. Pada dasarnya perubahan sosial terjadi oleh karena anggota masyarakat tidak puas lagi terhadap kehidupan yang lama. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat yang tergolong panatik terhadap kebudayaan yang lama tidaklah mudah dihilangkan.Tetapi dengan adanya kebudayaan yang baru maka akan terjadi benturan-benturan dengan kebudayaan yang biasanya dianut atau dilakukan oleh masyarakat tertentu, masyarakat perkotaan biasanya cendrung lebih terbuka terhadap kebudayaan-kebuyaan yang baru dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Perubahan sosial juga berakibat pada pergeseran jenis pekerjaan yang diakibatkan oleh pengaruh masuknya kebudayaan baru sehingga masyarakat terdorong untuk berubah. Pada masyarakat desa beringin, pembangunan bandara kuala namu mengakibatkan terjadinya perubahan dalam segala sector salah satunya adalah jenis pekerjaan. Smelser berpendapat bahwa, factor yang menentukan perubahan sosial telah dikenal sebagai satu atau beberapa perkara sebagai berikut : 1. Keadaan struktur yang berubah 2. Dorongan untuk berubah 3. Mobilisasi untuk berubah 4. Pelaksanaan control sosial Sesuai dengan konsep pemikiran tentang perubahan sosial diatas maka peneliti ingin meneliti pengaruh pembangunan terhadap perubahan jenis pekerjaan pada desa beringin kecamatan deli serdang.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Okupasi Dewasa ini perkembangan modernisasi sangat pesat, apalagi ditandai dengan perkembangan teknologi. Modernisasi yang mengubah cara hidup tradisional menjadi masyarakat kompleks dan modern menyebabkan banyaknya lahan pertanian berubah menjadi pabrik-pabrik dan pembangunan infrastruktur yang lebih mengutamakan teknologi mesin dibandingkan tenaga manusia. Hal ini juga menyebabkan banyaknya petani yang tidak lagi bertani serta tidak memiliki pekerjaan yang disebabkan mereka kehilangan lahan pertanian serta tidak memiliki skill yang cukup. Perubahan ini juga menyebabkan banyaknya jenis-jenis pekerjaan baru yang berkembang. Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia selama ini juga tidak lepas dari pendekatan modernisasi. Asumsi modernisasi sebagai jalan satu-satunya dalam pembangunan menyebabkan beberapa permasalahan baru yang hingga kini menjadi masalah krusial Bangsa Indonesia. Penelitian tentang modernisasi di Indonesia yang dilakukan oleh Sajogyo (1982) dan Dove (1988). Kedua hasil penelitian mengupas dampak modernisasi di beberapa wilayah Indonesia. Hasil penelitian keduanya menunjukkan dampak negatif modernisasi di daerah pedesaan. Dove mengulas lebih jauh kegagalan modernisasi sebagai akibat benturan dua budaya yang berbeda dan adanya kecenderungan penghilangan kebudayaan lokal dengan nilai budaya baru. Budaya baru yang masuk bersama dengan modernisasi. Dove dalam penelitiannya membagi dampak modernisasi menjadi empat aspek yaitu ideologi, ekonomi, ekologi dan hubungan sosial. Aspek ideologi sebagai kegagalan modernisasi mengambil contoh di daerah Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Penelitian Dove menunjukkan bahwa modernisasi yang terjadi pada Suku Wana telah

Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan tergusurnya agama lokal yang telah mereka anut sejak lama dan digantikan oleh agama baru. Modernisasi seolah menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang mampu membelenggu kebebasan asasi manusia termasuk di dalamnya kebebasan beragama. Pengetahuan lokal masyarakat juga menjadi sebuah komoditas jajahan bagi modernisasi. Pengetahuan lokal yang sebelumnya dapat menyelesaikan permasalahan masyarakat harus serta merta digantikan oleh pengetahuan baru yang dianggap lebih superior. Sajogyo membahas proses modernisasi di Jawa yang menyebabkan perubahan budaya masyarakat. Masyarakat Jawa dengan tipe ekologi sawah selama ini dikenal dengan “budaya padi” menjadi “budaya tebu”. Perubahan budaya ini menyebabkan perubahan pola pembagian kerja pria dan wanita. Munsulnya konsep sewa lahan serta batas kepemilikan lahan minimal yang identik dengan kemiskinan menjadi berubah. Pola perkebunan tebu yang membutuhkan modal lebih besar dibandingkan padi menyebabkan petani menjadi tidak merdeka dalam mengusahakan lahannya. Pola hubungan antara petani dan pabrik gula cenderung lebih menggambarkan eksploitasi petani sehingga semakin memarjinalkan petani.

Universitas Sumatera Utara