BAB I PENDAHULUAN - digilib.unimus.ac.id

nausea, dan muntah-muntah. Komplikasi yang sering terjadi yaitu ulkus peptikum ... Penulis mampu melakukan upaya pemecah...

27 downloads 269 Views 128KB Size
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang ke-2 dibidang kesehatan berdampak pada pergeseran penyakit yang semula terjadi peningkatan penyakit yang menular menjadi penyakit yang tak menular seperti : jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, neoplasma, dan penyakit usia lanjut menempati urutan penting dalam perkembangan penyakit sekarang ini. Surve yang dilakukan oleh Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia ( PAPDI ) tahun 1990 – 1992 menunjukkan bahwa 30% dari sekitar 50.000 pasien rawat inap di Rumah Sakit seluruh Indonesia mendapatkan gagal ginjal dan hipertensi menempati urutan ke-4 setelah typus, TBC, dan enteritis. Data tersebut diperkuat oleh hasil System Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) pada tahun 1995 yang menunjukkan bahwa 18,9% penyebab kematian pertama karena penyakit sistem sirkulasi ( Majalah Kedokteran Indonesia, volume 8, 1998 ). Berkaitan dengan penjelasan diatas penyakit gagal ginjal yang menempati urutan penting penyebab kematian utama, disini penulis akan membahas tentang Gagal Ginjal Kronik. Kegagalan ginjal kronik terjadi bila ginjal sudah tak mampu mempertahankan lingkunan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tak bisa dimulai (Barbara, 1996). Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronik atau penykit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. Kembalinya infeksi dan eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran kemih dan kerusakan pembuluh oleh diabetes mellitus dan hipertensi yang berlangsung lama berdampak terjadi

1

parut pada jaringan ginjal dan lambat laun terjadi kegagalan ginjal (Suyono Slamet, 1996). Pada saat terjadi kegagalan ginjal sebagianh nefron termasuk glomerulus dan tubulus diduga utuh, sedangkan yang lain rusak. Nefron yang utuh hipertrofi dan meningkatkan volume filtrasi disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan Glomerulus Filtrasi Rate (GFR). Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada klien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80-90% (Barbara, 1996). Gejala-gejala yang khas pada gagal ginjal kronik ditandai dengan adanya uremia atau peningkatan ureum dalam darah. Ureum adalah sisa hasil iktan sisa metabolisme protein dan asam amino yang diekskresikan melalui ginjal, karena ginjal mengalami penurunan fungsi mengakibatkan retensi kadar uereum dalam darah. Toksin ureum inilah yang merusak sejumlah besar organ tubuh. Gejalagejala uremia timbulnya begitu lambat sehingga klien dan keluarganya tidak mengetahui datangnya serangan. Manifestasi awal dari uremia adalah nausea, apatis, kelemahan, kelelahan. Gejala-gejala berlanjut menjadi muntah-muntah semakin lemah, letargi, dan confusion (Porth, 1998). Kelainan klinis pada uremia yaitu terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pada stadium awal gagal ginjal kronik terjadi proteinuria, hematuria, ketidakmampuan menkonsentrasi urin, pasien terjadi dehidrasi, poliuria, dan noeturia. Pada stadium lanjut terjadi retensi garam dan air. Pada keseimbangan asam basa terjadi hiperkalemia, hiperfosfatemia, dan hipokalsemia. Fungsi kardiovaskuler mengalami hipertensi, gagal jantung kongestif, dan bila toksin uremia sampai ke rongga pericardium terjadi infeksi pericarditis. Masalah hematologi yang sering terjadi adalah klien mengalami

2

anemia, karena mengalami penurunan eritrosit oleh ginjal, kekuranganm asdam folat dan besi, serta karena memendeknya pembentukan sel darah merah. Penurunan eritrosit mengakibatkan penurunan jumlah trombosit dam lekosit sehingga kliedn beresiko tinggi terjadi perdarahan dan infeksi. Oksin uremia yang menyerang paru terjadi gangguan fungsi paru, edema paru, dan respiratori sindrom. Sisitem pencernaan juga meracuni ureum menyebabkan anoreksia, nausea, dan muntah-muntah. Komplikasi yang sering terjadi yaitu ulkus peptikum sehingga meningkatkan resiko perdarahan gastrointestinal (Porth, 1998). Kelainan-kelainan klinis diatas karena uremia yang berada pada organorgan tubuh sehingga mengalami penurunan fungsi pada organ yang diserang seperti yang dijelaskan diatas. Berbagai macam masalah yang ditimbulkan akibat gagal ginjal kronik membutuhkan ketrampilan dan pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik. Pengkajian harus dilakukan secara teliti dan komprehensif meliputi aspek biopsikososiokultural

supaya

dalam

menegakkan

diagnosa

keperawatan,

menetapkan tujuan, memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masdalah klien (Dongoes, 1999). Mengingat begitu kompleknya akibat yang ditimbulkan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik dan banyaknya komplikasi yang terjadi, hal inilah yang melatarbelakangi penulis mengambil Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. R dengan Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 RSUP Dr. Kariadi Semarang.

3

B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. Penulis mampu mengidentifikasi permasalahan keperawatan dengan Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 Lt.2 Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 2. Penulis mampu melakukan upaya pemecahan masalah asuhan keperawatan dengan Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 Lt.2 RSUP Dr. Kariadi Semarang. 3. Penulis mampu mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada saat asuhan keperawatan dengan Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 Lt.2 Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang.

C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah metode deskriptif yaitu metode penulisan yang berupaya melukiskan sesuatu dengan keadaan sebenarnya, sehingga dapat mencitrai ( melihat, mendengar, mencium, dan merasakan ) apa yang dicritakan penulis kepada klien (Yamilah, 1994). Dalam hal ini klien dengan gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang dengan proses pengkajian data, perumusan diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi. Adapun teknik pengunpulan data adalah sebagai berikut : 1. Observasi Partisipatif Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan anamnesa keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien dengan menggunakan penglihatan dan alat indera melalui penciuman, sentuhan, dan pendengaran (Effendy, 1995).

4

2. Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab tentang masalah-masalah yang dihadapi klien (Effendy, 1995). Penulis melakukan wawancara langsung dengan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain yang berhubungan dengan Gagal Ginjal Kronik. 3. Studi Dokumenter Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan mempelajari buku laporan, catatan medik, dan hasil pemeriksaan yang ada (Jhuhari, 2000). 4. Pemeriksaan Fisik Ytaitu teknik pengumpulan data obyektif yang digunakan perawat mengenai penyakit klien secara kritis dengan melakukan inspeksi, palapasi, perkusi, dan auskultasi (Talbot, 1997).

5