BAB I PENDAHULUAN

Download kejadian Abortus jenis lain. Jumlah ibu hamil yang mengalami Abortus di RSUD Kota. Semarang pada bulan Septembe...

0 downloads 166 Views 204KB Size
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas di negara miskin. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil atau bersalin. Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2011 menjelaskan bahwa kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (> 35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (< 20 tahun), terlalu banyak anak (> 4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (< 2 tahun).

1

2

Data Departemen Kesehatan RI pada tahun 2011 dalam Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah sekitar 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan menurut AKI nasional pada tahun 2010 telah mengalami penurunan menjadi 214 per 100.000 kelahiran hidup. Dari pernyataan diatas terdapat penurunan angka kejadian, namun angka tersebut masih jauh dari Millenium Development Goal’s (MDG’s) yang sudah harus dicapai pada tahun 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 KH dan apabila dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, angka kematian maternal ini masih cukup tinggi diantara negara-negara ASEAN. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang terdapat pada Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2011, menyebutkan pada tahun 2009 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 117,02/ 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 jumlah AKI menurun menjadi 104,97/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2011 AKI mencapai 116,01/100.000 kelahiran hidup, hal ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2010. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2013, jumlah kematian maternal di Kota Semarang pada tahun 2010 sebanyak 19 kasus dari 25.746 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 73,80 per 100.000 kelahiran hidup, akan tetapi mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebanyak 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9 per 100.000 kelahiran hidup,

3

sedangkan pada tahun 2012 menurun sebanyak 22 kasus dari 27.480 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 80,06 per 100.000 kelahiran hidup. Prawirohardjo (2008 : 135) menyebutkan, diperkirakan dari setiap ibu meninggal dalam kehamilan, persalinan atau nifas, 16-17 ibu menderita komplikasi yang mempengaruhi kesehatan mereka, umumnya menetap. Penyebab utama kematian ibu seperti yang telah di uraikan di atas yaitu Perdarahan (25%), Eklampsia (13%) dan Sepsis (15%), Hipertensi dalam kehamilan (12%), Partus macet (8%), Komplikasi abortus tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%). Penyebab tidak langsung kematian ibu merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan

misalnya

malaria,

anemia,

Human

Immunodefisiensi

Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), dan penyakit kardiovaskuler. Abidin (2011 : 8) berpendapat bahwa kejadian abortus merupakan kejadian yang sering dijumpai tetapi masyarakat masih menganggap abortus sebagai kasus yang biasa. Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain karena perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang terjadi selama abortus dapat mengakibatkan pasien menderita anemia sehingga dapat meningkatkan risiko kematian ibu. Infeksi juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami abortus dan menyebabkan pasien tersebut mengalami sepsis sehingga terjadi kematian ibu.

4

Menurut Widyastuti (2007 : 3), Estimasi Nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia, artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup pada perempuan usia 15-49 tahun. Dari angka tersebut diatas angka kejadian Abortus Inkomplit menempati urutan paling atas yaitu sebesar 34 kasus (80%). Studi kasus Oktavia (2012 : 4) yang dilakukan di RSUD Sragen tahun 2012 menyatakan jumlah ibu hamil yang mengalami abortus dari bulan Januari-Desember 2011 sebanyak 234 kasus, diantaranya Abortus Inkompletus 146 kasus (62,4%), Abortus Imminens 84 kasus (35,9%) dan Missed Abortion 4 kasus (1,7%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa kejadian Abortus Inkomplet masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan kejadian Abortus jenis lain. Jumlah ibu hamil yang mengalami Abortus di RSUD Kota Semarang pada bulan September-Desember tahun 2009 130 kasus, diantaranya abortus Imminens 53 kasus, abortus Inkomplit 56 kasus, abortus insipiens 1 kasus, abortus komplet 1 kasus, dan Missed Abortion 19 kasus. Pada tahun 2010 jumlah ibu hamil yang mengalami Abortus 260 kasus, diantaranya abortus Imminens 126 kasus, abortus Inkomplit 99 kasus, abortus insipiens 12 kasus, abortus komplet 3 kasus, dan Missed Abortion 20 kasus. Pada tahun 2011 jumlah ibu hamil yang mengalami abortus 326 kasus, diantaranya abortus Imminens 220 kasus, abortus Inkomplit 86 kasus, abortus insipiens 12 kasus, abortus komplet 1 kasus, dan Missed Abortion 7 kasus. Pada tahun 2012 jumlah ibu hamil yang

5

mengalami abortus sebanyak 404 kasus, diantaranya abortus Imminens 229 kasus, abortus Inkomplit 132 kasus, abortus insipiens 12 kasus, abortus komplet 4 kasus, dan Missed Abortion 27 kasus. Data yang penulis dapatkan di RSUD Kota Semarang pada bulan Januari - April 2013, bahwa jumlah ibu hamil yang mengalami abortus sebanyak 104 diantaranya abortus Imminens 29 kasus, abortus Inkomplit 63 kasus, abortus insipiens 1 kasus, abortus komplet 0 kasus, dan Missed Abortion 11 kasus. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kejadian Abortus Inkomplet masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan kejadian Abortus jenis lain. Sofyan (2006 : 46) mengemukakan, bidan sebagai tenaga pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan ibu hamil diharapkan mempunyai dasar ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang baik. Karena penatalaksanaan yang benar akan memberikan kontribusi keberhasilan asuhan kebidanan pada ibu hamil. Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil dan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplitus di RSUD Kota Semarang”.

B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang yang ada maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

6

dengan

Abortus

Inkomplitus

di

RSUD Kota Semarang dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney ?”.

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplitus di RSUD Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Diharapkan penulis mampu : 1) Melaksanakan pengkajian pada Ny. S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan abortus inkomplitus di RSUD Kota Semarang. 2) Menganalisa dan mengintepretasikan data untuk menentukan diagnosa masalah aktual pada Ny. S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan abortus inkomplitus di RSUD Kota Semarang. 3) Mengantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa atau masalah potensial pada Ny. S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan abortus inkomplitus di RSUD Kota Semarang. 4) Melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny. S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan abortus inkomplitus di RSUD Kota Semarang.

7

5) Merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan abortus inkomplitus di RSUD Kota Semarang. 6) Melaksanakan implementasi secara langsung dari rencana tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada Ny. S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan abortus inkomplitus di RSUD Kota Semarang. 7) Mengevaluasi tentang efektifitas tindakan yang telah dilakukan pada Ny. S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan abortus inkomplitus di RSUD Kota Semarang. b. Diharapkan

penulis

mampu

mendokumentasikan

hasil

asuhan

kebidanan pada Ny. S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan Abortus Inkomplitus di RSUD Kota Semarang. c. Diharapkan penulis mampu mengidentifikasi dan menganalisis kesenjangan teori dan praktik di lapangan pada asuhan kebidanan ibu hamil Ny. S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan Abortus Inkomplitus di RSUD Kota Semarang.

D. Ruang Lingkup Studi Kasus 1. Sasaran Subyek atau sasaran yang akan diberikan asuhan kebidanan adalah Ny.S umur 31 tahun GIIPIA0 hamil 11 minggu 4 hari dengan dengan Abortus Inkomplitus.

8

2. Tempat Lokasi pengambilan kasus adalah di ruang Gynekologi RSUD Kota Semarang. 3. Waktu Waktu pelaksanaan studi kasus yaitu dimulai pada bulan Mei 2013.

E. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Penulis Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplitus. 2. Bagi Profesi Dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pertimbangan dalam

pengembangan

asuhan

kebidanan

serta

meningkatkan

ketrampilan dalam memberikan atau melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplitus. 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplitus di RSUD Kota Semarang.

9

b. Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber bacaan referensi khususnya tentang penanganan Abortus Inkomplitus.

F. Metode Memperoleh Data Dalam laporan kasus ini, digunakan metode deskriptif, yaitu pengumpulan data dengan apa yang ada dan terjadi pada waktu observasi. Sedangkan teknik penulisannya adalah : 1. Wawancara (anamnesa) Ada dua metode yang digunakan : a. Auto anamnesa Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pasien untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. b. Allo anamnesa Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada keluarga pasien untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. 2. Observasi Partisipatif Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara melakukan kunjungan dan pemantauan secara langsung kepada klien. 3. Pemeriksaan Fisik Yaitu melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis mulai dari kepala hingga kaki pada klien untuk memperoleh data objektif.

10

4. Pemeriksaan Penunjang Yaitu pemeriksaan yang dilakukan atas indikasi medis tertentu guna memperoleh keterangan-keterangan yang lebih lengkap. 5. Studi dokumentasi Yaitu pengumpulan data dari buku register kunjungan pasien yang di miliki oleh lahan atau Rumah Sakit untuk menambah informasi yang tidak disebutkan pasien secara langsung guna melaksanakan asuhan kebidanan secara benar.