1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Download merugikan bagi kesehatan ibu hamil dan janin yang di kandungnya (Tino, 2010). Proses internalisasi mitos ... Ba...

1 downloads 448 Views 494KB Size
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Kehamilan merupakan fase penting dalam kehidupan manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi kehamilan, salah satunya adalah kepercayaan terhadap mitos kehamilan. Meski saat ini beberapa dari mitos kehamilan yang sebelumnya tidak dapat dijawab secara rasional sudah dapat dijelaskan secara ilmiah, namun banyak masyarakat yang masih memegang teguh keyakinan terhadap mitos kehamilan padahal beberapa dari mitos kehamilan justru dapat merugikan bagi kesehatan ibu hamil dan janin yang di kandungnya (Tino, 2010). Proses internalisasi mitos kehamilan terjadi dari orang tua terhadap anak dapat di jelaskan dengan teori kognitif piaget dan teori pemerosesan informasi. sehingga keyakinan terhadap mitos kehamilan menimbulkan gejala kecemasan berupa ketakutan apabila belum sepenuhnya melaksanakan anjuran dari orang tua dan mempengaruhi prilaku ibu hamil terutama dalam memilih makanan. Banyak ibu hamil yang meyakini kebenaran mitos kehamilan dan melaksanakannya akan tetapi mereka tidak mengetahui sebab dari suatu mitos dan hanya melakukan agar tidak kualat (Alawiyah, 2009). Tak dapat dipungkiri, mitos-mitos semacam itu masih berlaku pada zaman modern sekarang ini, bahkan beberapa tenaga kesehatan sendiri masih mempraktikkannya. Hal itu membuktikan mitos-mitos yang terdapat di masyarakat masih memiliki peran yang berarti untuk kelancaran proses kehamilan dan persalinan (Khuzaiyah, 2010). 1

2

Mitos kehamilan yang terjadi pada ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai faktor yang melingkupi setiap ibu hamil diantaranya adalah faktor pengetahuan. Faktor pengetahuan memegang peranan penting bagi ibu hamil dalam membentuk pola fikir dalam hal kepercayaan terhadap mitos. Semakin tinggi pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang maka kepercayaan terhadap mitos makin diabaikan. Faktor keluarga juga berperan dalam kepercayaan terhadap mitos. Artinya bila pasangan suami istri tinggal bersama dengan orang tuanya maka banyak pantangan yang mesti mereka taati. Sebaliknya bila suami istri tinggal terpisah dengan orang tuanya mereka cenderung tidak mengikuti mitos tersebut. Alasannya karena tidak ada yang melarang dan mengingatkan. Selain itu faktor lingkungan hidup juga berpengaruh terhadap kepercayaan terhadap mitos. Maknanya, bagi masyarakat yang hidup didaerah yang dekat dengan pusat pelayanan kesehatan, mereka relatif lebih mudah melakukan interaksi dengan berbagai pengetahuan yang bersumber dari kesehatan modern (Barthes, 2007). Jelas terlihat bahwa faktor sosial budaya merupakan salah satu faktor dalam kaitannya dengan angka kematian ibu (AKI). Karena faktor ini berpengaruh terhadap prilaku ibu hamil dan perlakuan lingkungan terhadap perempuan. Sehingga kepercayaan terhadap aspek tradisional (sosialbudaya) bila tidak disaring dan diikuti dengan penuh kesadaran akan berdampak pada kesehatan perempuan. Sehingga dikhawatirkan tidak lagi berorientasi pada upaya perlindungan kesehatan jiwa ibu hamil (Saifuddin, 2002). Selain itu, dibeberapa negara juga percaya terhadap mitos seputar kehamilan. Jamaika mengatakan wanita hamil tidak boleh menahan kemauan

3

cabang bayi yang lebih dikenal dengan kata ngidam. Jika wanita hamil ngidam makan buah jeruk maka dia harus makan buah jeruk karena jika tidak maka bayinya akan lahir dengan tanda lahir berbentuk seperti jeruk disalah satu bagian badannya (Budi, 2012). Jepang mengatakan ibu hamil tidak boleh makan makanan yang terlalu pedas dan asin. Makan ikan mentah juga dilarang. Orang Jepang juga percaya untuk menghindari bekas kelahiran pada tubuh bayi maka ibu hamil sama sekali tidak

boleh

melihat

api.(Http//www.com.id/Mitos-dan-tradisi-unik-seputar-

kehamilan-di-Berbagai-Negara). Sementara itu di Meksiko wanita hamil dilarang Melihat Bulan Sabit, Kepercayaan orang Meksiko berasal dari kepercayaan bangsa kuno Aztec. Menurut kepercayaan tersebut, bagi wanita hamil bulan sabit sangat berbahaya bagi bayinya kelak karena akan mengakibatkan bibir bayi tersebut sumbing. Hal ini dikarenakan bulan sabit terjadi disebabkan bulan tergigit sehingga hanya menyisakan sedikit bulan, jika wanita hamil melihat bulan sabit ini maka bibir cabang bayinya akan ikut tergigit dan menyebabkan bibirnya sumbing (Http//www.com.id/Mitos-dan-tradisi-unik-seputar-kehamilan-diberbagai-diNegara). Di Indonesia ibu hamil tidak boleh makan nanas, durian, mentimun karena bisa mengakibatkan keputihan. Bahkan mereka percaya bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran. Faktanya mengkonsumsi nanas, dan mentimun justru disarankan karena kaya akan vitamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa

4

pencernaan. Adapun keputihan tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun melahirkan adalah normal jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan tersebut terinfeksi oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya ditandai dengan keluhan gatal, bau tidak sedap dan warnanya kekuningan, kehijauan, atau kecoklatan (Lis sinsin, 2008). Di daerah Aceh ada anjuran untuk menyelenggarakan acara empat sampai dengan tujuh bulanan, suami ditepung tawari oleh ibu mertuanya. Ketan dan kuekue disediakan, kemudian dikirim kerumah orang tua suami dan dibagikan kepada keluarga terdekat. Ada juga pantangan perbuatan contohnya ibu hamil dilarang keluar rumah pada waktu magrib karena akan menyebabkan beranak hantu, pandangan budaya dan kepercayaan ini akan berlangsung sampai proses persalinan (Mulyadi, 2009). Ada beberapa nilai kepercayaan masyarakat Aceh atau cara pandang ibu hamil suku Aceh terhadap kehamilan. Maka pengetahuan tentang aspek budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayanan kesehatan untuk memudahkan dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. Sebab tidak semua perawatan yang dilakukan dengan berpedoman pada warisan leluhur tersebut bisa diterima sepenuhnya, bisa saja perawatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan bayinya (Ratna, 2010). Mitos tentang kehamilan yang berkembang di Kabupaten Aceh Barat Daya Kecamatan Lembah Sabil dipengaruhi oleh pendidikan, sosial budaya , dan lingkungan. Misalnya mitos yang masih dipercayai oleh masyarakat Lembah

5

Sabil seperti, larangan memakan makanan yang dianggap tajam, seperti nanas, dikhawatirkan akan mengalami keguguran, tidak boleh meminum es bagi ibu hamil, agar bayinya tidak besar sehingga dikhawatirkan akan kesulitan saat melahirkan, tidak boleh makan makanan laut karena akan menyebabkan air susu berbau amis, ada juga pantangan perbuatan seperti ibu hamil tidak boleh melakukan aktifitas jahit-menjahit, karena ini dapat mengakibatkan janin terlilit tali pusat atau bibirnya menjadi sumbing. Anjuran yang harus dipatuhi oleh ibu hamil adalah Pada usia kandungan 4-7 bulan diselenggarakannya acara selamatan, mereka berharap dengan acara ini janin akan selamat dan sang ibu diberikan kelancaran saat melahirkan. Berbagai mitos kehamilan yang dikemukakan diatas berasal dari narasumber ibu hamil dan hampir semua dari mereka yang memberikan jawaban yang sama mengenai mitos yang berkembang dimasyrakat. Kepercayaan ini harus ditaati dan kecenderungan dari narasumber mematuhi apapun yang dikatakan oleh orang tuanya, bila tidak dikhawatirkan terkena kualat atau ada dampak akibat melanggar suatu pantangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari wilayah kerja puskesmas kecamatan Lembah Sabil kabupaten Aceh Barat Daya dari bulan Januari sampai dengan Juni 2013 jumlah ibu hamil 68 orang dari surve pendahuluan yang di lakukan pada ibu hamil yang berkunjung ke wilayah kerja Puskesmas kecamatan Lembah Sabil kabupaten Aceh Barat Daya, ditemukan bahwa 6 dari 10 orang (60%) yang masih tidak mengetahui mitos yang positif dan mitos yang negatif

6

selama kehamilan dan sikap ibu hamil yang kurang baik karena masih mempercayai mitos negatif tersebut. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan bahwa setelah peneliti mewawancari beberapa dari ibu hamil di Kecamatan Lembah Sabi, bahwa mereka masih sangat banyak yang mempercayai mitos-mitos selama kehamilan cotoh nya : ibu hamil dilarang melilitkan jelbab nya di leher karna mereka percaya akan terjadi lilitan tali pusat pada saat proses persalinan, berdasarkan pengalaman mereka itu memang sudah terjadi, ibu hamil juga dilarang duduk di depan pintu ketika senja, karna mereka percaya akan di ikuti oleh mahluk halus dan hal itu dapat menyebabkan ibu hamil demam, itu sudah pernah terjadi pada ibu-ibu hamil sebelum nya. Ibu hamil juga dilarang makan makana yang tajam seperti Nenas dan Durian karena mereka percaya dapat menyebabkan kuguguran pada ibu hamil, ini sudah pernah terjadi sebelumnya, Dan suami ibu hamil dilarang membunuh binatang seperti Ular, karna mereka percaya dapat menyebabkan leher bayinya lembek seperti takada tulang, ini sudah pernah terjadi pada ibu hamil sebelum nya. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di kecamatan Lembah Sabil ingin mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan di wilayah kerja Pukesmas kecamatan Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013.

7

B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan mitos-mitos selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Lembah Sabil Aceh Barat Daya ?”. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan mitos-mitos selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan di wilayah kerja Puskemas Kecamatan Lembah Sabil. b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Lembah Sabil. c. Untuk mengetahui hubungan lingkungan ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan di wilayah kerja Pukesmas kecamatan Lembah sabil. d. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan di wilayah kerja Pukesmas kecamatan Lembah sabil.

8

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pendidikan Sebagai masukan dan informasi bagi mahasiswi tentang informasi dan sikap ibu hamil tentang mitos-mitos selama kehamilan. 2. Bagi tempat penelitian Dapat menjadi masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang mitos-mitos selama kehamilan . 3. Bagi petugas kesehatan Sebagai bahan masukan dan informasi dalam melaksanakan pelayanan dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil tentang mitos-mitos selama kehamilan. 4. Bagi peneliti Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang mitos-mitos selama kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Kehamilan Hamil adalah anugerah Pasangan Suami Istri (Pasutri). Pola dan gaya hidup yang tepat membantu kehamilan aman atau berkualitas. Juga dapat mencegah komplikasi yang dapat menyebabkan kematian. Kehamilan berkualitas diindikasikan dari kesehatan fisik dan mental siibu beserta janinnya. Hamil yang aman berkualitas juga ditandai dengan tidak adanya komplikasi yang membuat tidak nyaman atau bahkan mengancam jiwa siibu hamil (Bumil). Kualitas ini diupayakan seoptimal mungkin, ibu dan bayi sehat secara fisik dan mental, juga saat bayi dilahirkan dan kehidupannya kelak (Budi, 2009). Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari haid teakhir. Kehamilan di bagi dalam 3 trimester yaitu trimester pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu), trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan ( 13-28 minggu), trimester ketiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu) (saifuddin, 2002). Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (0vum) dan

sel

mani (spermatozoa). Perubahan

pada wanita hamil

meliputi perubahan fisiologis dan perubahan psikologis (Saminem, 2009). Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Hal ini perlu di yakini oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga ketika memberika

9

10

asuhan kepada pasien,

pendekatan yang lebih cenderung kepada bentuk

pelayanan promotif (Sulistyawati, 2009). Kehamilan adalah saat ketika seorang wanita mengalami berbagai jenis emosi, dan salah satu yang paling menonjol adalah kecemasan (Nolan, 2004). 2. Pengkajian Awal Pada awal pertemuan , penting bagi bidan untuk menjalin hubungan trapetik sehingga tercapai komunikasi epektif dan saling percaya kedua pihak di perlukan dalam asuhan kebidanan selanjutnya. a. Keadaan Umum Bidan dapat memulai pengkajiannya dengan pertama kali melakukan observasi terhadap ibu ketika pertama kali bertemu. Keadaan umum awal yang dapat di amati oleh bidan meliputi adanya kecemasan, keramahan atau kepekaan ibu kemungkinan juga mengalami distress karena kegagalan kotrasepsi, kemarahan yang tidak dapat terselesaikan dapat menimul prilaku yang tidak resposif.

Pengkajian harus di

lakukan secara sensitf,

memungkinkan ibu untuk mengkspresikan kekhawatiran tentang hal ini atau pengalaman

sebelumnya tentang kehamilan atau kelahiran. Observasi

karaktristik fisik juga penting perhatikan oleh bidan. Postur dan cara berjalan dapat menunjukkan masalah punggung atau trauma peivis sebelumnya. Ibu mungkin mengalami latergik, yang dapat menunjukkan kelelahan ekstren anemia, malnutrisi atau depresi (salmah, 2006).

11

b. Riwayat sosial Bidan juga perlu mengkaji respon keluarga terhadap kehamilan . kadang ibu ragu dengan kemampuannya

merawat anak selama hamil,

Kelahiran atau setelahnya. Anak remaja kadang sulit menerima kedatangan bayi baru dalam keluarga. Atau ibu hamil remaja yang masih di bawah pengasuhan orang tuanhya dan mungkin ada masalah seberapa besar dukungan yang di berikan oleh orang tua kepadanya selama hamil, dan setelah kelahiran. Bidan dalam hubungan kemitraan engan ibu hamil, melakukan rujukan kepetugas kesehatan lain yang memiliki peran dalam membantu beberapa kesehatan lain yang memiliki peran dalam membantu be berapa kesulitan tersebut atau kelembaga multi professional lain tempat bantuan dapat di berikan (salmah), 2006). c. Riwayat mentruasi Riwayat mentuasi yang akurat dapat di ketahui untuk menetapkan tanggal perkiraan kelahiran,. Dengan demikian memungkinkan bidan untuk memprediksi tanggal lahir dan selanjutnya menghitung usia gestasi darimanapun mulainya. Pengkajian abdomen terhadap ukuran, uterus dapat dilakukan dalam kaitannya dengan usia gestasi selama pemeriksaan anternatal. Bidan memiliki peran dalam membantu ibu memahami bahwa tanggal perkiraan kehamilan adalah satu hari dalam lima minggu kerangka waktu selama bayinya aterm, dan

mungkin lahir. Tanggal perkiraan

kelahiran di hitung dengan menambahkan Sembilan bulan kalender dan tujuh hari pada anggal hari pertama menstruasi terakir ibu (salmah, 2006).

12

d. Riwayat Obstetrik Pengalaman

melahirkan

merupakan

bagian

penting

dalam

memperkirakan kemungkinan hasil kehamilan saat ini. dalam penulisan riwayat obstetrik ibu, istilah deskriptif yang di pakai adalah gravid dan para. Gravid bearti hamil, gravida bearti wanita hamil, dan angka yang menyertai menunjukkan frekuensi ia pernah hamil tanpa memperhatikan hasilnya. Para bearti “ pernah melahirkan “, paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak, hidup atau mati, tetapi bukan aborsi. Grande multigravida adalah ibu yang pernah hamil lima kali atau lebih secara berturut-turut. Terminasi kehamilan sebelumnya biasanya didiskusikan mekipun ini dapat menyebabkan rasa malu atau distress pada ibu. Pendekatan yang empati dan tidak menghakimi di perlukan dalam upaya mendaptkan informasi dan mendorong ibu untuk membicarakan secara bebas tentang perasaannya. Dilatasi atau kuretase dapat menyebabkan inkompetensi serviks. Untuk melengkapi riwayat, tinjauan ulang pada catatan kasus lama harus di lakukan untuk kasus ibu hamil yang tidak mengingat informasi relevan. Pengkajian resiko harus di lakukan berdasarkan riwayat obstetric dan medis ibu dan kehamilan sekarang. Hal ini memungkinkan bidan dan ibu membahas kemajuan kehamilan dan mengidentifikasikan professional kesehatan lain yang mungkin perlu di rujuk (salmah, 2006).

13

e. Riwayat medis Selama hamil baik ibu dan janin di pengaruhi oleh kondisi medis, atau kondisi medis dapat di pengaruhi oleh kehamilan, bila tidak di atasi dapat terjadi akibat serius bagi kesehatan ibu. 1) Statis dan refluks urin dapat terjadi selama kehamilan. Infeksi saluran kemih dapat dengan mudah terjadi pada pielonefritis, yang bila tidak diobati akan menimbulkan

kerusakan ginjal dan

menyebabkan

persalinan premature. 2) Kehamilan

mempredisposisikan pada thrombosis vena profunda dan

selanjutnya embolisme paru. Ibu dengan paritas banyak, usia lanjut dan gemuk riwayat gangguan tromboembolik paling beresiko. 3) Hipertensi mepredisposisikan ibu pada hipertensi akibat kehamilan, yang dapat

mengakibatkan

penurunan

fungsi

plasenta

keterbatasan

pertumbuhan intra uterin, abrupsio plasenta, gangguan janin atau kematian. Efek pada ibu adalah gagal jantung kongesif, hemoragie intraserebral, gagal ginjal akut, koagulasi intravastular diseminata atau kematian akibat semua kejadian yang terjadi di atas. 4) Kondisi lain seperti asma, epilepsy, infeksi dan gangguan psikiatrik memerlukan pengobatan, yang dapat menimbulkan efek samping pada perkembangan janin. Komplikasi medis utama seperti diabetes dan kondisi jantung memerlukan keterlibatan dan dukungan spesialis medis (salmah, 2006).

14

f. Riwayat keluarga Kondisi tertentu dapat karena genetik, sedangkan yang lainnya bersifat famililial atau berkaitan dengan etnisitas, dan beberapa berkaitan dengan lingkungan fisik atau social tempat keluarga tersebut bertempat tinggal. Diabetes meskipun bukan di turunkan secara genetik, menimbulkan predisposisi pada anggota keluarga lain, terutama bila mereka hamil atau gemuk. Hipertensi juga memiliki komponen familial dan kehamilan kembar memiliki insiden lebih tinggi dalam keluarga tertentu. Beberapa kondisi seperti anemia, selsabit dan talasemia lebih umum terjadi pada ras tertentu (salmah, 2006).

3. Pelayanan atau Asuhan Standar Minimal 14 T a. Timbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan Menurut Kusmiyati (2008), pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan masa tubuh (BMI: Body Mass Index) dimana metode ini untuk menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI wanita hamil. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5-16 kg. adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain >145 cm. Menurut Prawirohardjo (2002), berat badan di ukur dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapatkan

15

perhatian khusus karena memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari 1/2 kg/minggu segera rujuk. Menurut DepKes RI (2010), mengukur tinggi badan adalah salah satu deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko, dimana bila tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang. b. Ukur Tekanan Darah Prawirohardjo (2002) menjelaskan bahwa, mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring, posisi tetap sama pada pemeriksaan pertama maupun berikutnya. Letakkan tensimeter dipermukaan yang datar setinggi jantungnya. Gunakan ukuran manset yang sesuai. Tekanan darah diatas 140/90 mmHg atau peningkatan distol 15 mmHg/lebih sebelum kehamilan 20 minggu atau paling sedikit pada pengukurann dua kali berturut-turut pada selisih waktu 1 jam berarti ada kenaikan nyata dan ibu perlu di rujuk. c. Ukur Tinggi Fundus Uteri Pemeriksaan kehamilan untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi fundus uteri yang dapat dihitung dari tanggal haid terakhir dan menggunakan rumus (Mochtar, 2002). Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu memakai pengukuran Mc Donald yaitu dengan cara mengukur

16

tinggi fundus memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya (Kusmiyati, 2008). d. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Lengkap Menurut Prawirohardjo (2002), pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian, akan tetapi untuk memaksimalkan perlindungan maka dibentuk program jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil. Tabel 2.1. Imunisasi TT 0,5 cc Antigen

Interval (Selang Waktu Minimal)

Lama Perlindungan

% Perlindungan

TT 1

Pada kunjungan antenatal pertama

-

-

TT2

4 minggu setelah TT1

3 tahun*

80

TT3

6 bulan setelah TT2

5 tahun

95

TT4

1 tahun setelah TT3

10 tahun

99

TT5

1 tahun setelah TT4

25 tahun

99

Keterangan : * artinya dalam waktu 3 tahunWUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum) (Prawirohardjo, 2002). Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis pemberian 0,5 cc IM (intra muskular) di lengan atas/paha/bokong. Khusus untuk calon

17

pengantin diberikan imuniasasi TT 2x dengan interval 4 minggu. Usahakan TT1 dan TT2 diberikan sebelum menikah (Salmah,2006). e. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan Menurut Lubis (2009), pada masa kehamilan volume darah menigkat seiring kebutuhan zat besi. Suplement zat besi selama hamil terbukti membantu mencegah defisiensi zat besi. Kekurangan zat besi bisa mempertinggi resiko komplikasi disaat persalinan dan resiko melahirkan berat badan rendah dan premature. Para ahli menganjurkan wanita hamil mengkonsumsi zat 27 mg hari, yaitu

50% diatas

kebutuhan normal. Depkes (2004), mengemukakan bahwa WHO juga menganjurkan pemberian ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat besi) 2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9% atau kurang dari pada salah satu kunjungan tingkatkan tablet zat besi menjadi 3 kali 1 tablet/hari sampai akhir masa kehamilannya. Kebijakan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di indonesia saat ini menetapkan : 1) Pemberian tablet Fe ( 320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) unttuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan, yaitu 100 mg. 2) Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat besi 2-3 kali 1 tablet/hari selama 2-3 bulan dan dilakukan :

18

1) Pemantauan Hb (bila masih anemia) 2) Pemeriksa sampel tinja untuk melihat kemungkinan adanya cacing tambang dan parasit lainnya. 3) Pemeriksa darah tepi terhadap parasit malaria (di daerah endemik). Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet zat besi yang cukup, hindari meminum teh/kopi 1 jam sebelum/sesudah makan karena dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tablet zat besi lebih dapat diserap jika disertai dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup. Jika vitamin C dikonsumsi ibu dalam makanannya tidak tercukupi berikan tablet vitamin C 250 mg perhari (DepKes RI, 2004). f. Tes Laboratorium Depkes RI (2004) mengemukakan bahwa pelayanan kebidanan kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui hubungan seksual. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh terhadap ibu akan tetapi juga terhadap bayi yang dikandung atau dilahirkan. Beberapa contoh penyakit melalui hubungan seksual : 1)

Infeksi monilial penyebab adalah jamur candida albicans

2)

Infeksi trichomnial disebabkan oleh trichomonas vaginalis

3)

Sifilis disebabkan oleh infeksi treponema pallidum

4)

Gonorrea penyebabnya adalah neisseria gonorea

5)

Herpes genitalis disebabkan olehh virus simpleks

6)

Hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis

19

7)

HIV/AIDS, HIV adalah penyebab AIDS Jika pemeriksaan penyakit hubungan seksual dilakukan sejak dini

pada ibu hamil kemungkinan masih dapat diobati untuk mencegah terjadinya komplikasi terhadap ibu dan bayi yang di kandungnya. g. Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah) Setiawan (2011), menyatakan bahwa temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan klien. Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan. Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain: 1) Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu menentukan pilihan

yang tepat.

2) Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan 3) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan 4) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan 5) Memberikan asuhan antenatal 6) Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah 7) Menyepakati diantara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang rencana proses kelahiran. 8) Persiapan dan biaya persalinan (Setiawan,2011).

20

h. Tentukan persentasi janin dan hitung DJJ Menurut Setiawan (2011), tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi dari dini ada atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk memantau janin. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ: 1) Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit 2) Takikardi ringan: antara 160-180x/menit 3) Normal: antara 120-160x/menit 4) Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit 5) Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit 6) Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit i. Tetapkan status gizi Menurut Kusmiyati (2008), pada ibu hamil (bumil) pengukuran LiLA merupakan suatu cara untuk mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan

transfer

nutrient

ke

janin

berkurang,

sehingga

pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi melahikan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Kurang Energi Kronis (KEK) (ukuran LILA <

21

23,5 cm), yang menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka panjang baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Cara melakukan pengukuran LiLA : 1) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan meteran 2) Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA. Baca menurut tanda panah 3) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan pita LiLA (Setiawan, 2011). j. Tatalaksana kasus Menurut

Joesrhan

(2012),

bila

dari

hasil

pemeriksaan

laboratorium ditemukan penyakit, ibu hamil perlu dilakukan perawatan khusus. k. Pemeriksaan Protein Urine atas Indikasi l. Pemeriksaan Reduksi Urine atas Indikasi m. Pemberian Terapi Kapsul Yudium untuk daerah Endemis Gondok n. Pemberian Terapi anti Malaria untuk daerah Endemis Malaria. B. Mitos Mitos kehamilan adalah Satu cerita, pendapat atau anggapan dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu perkara yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu, yang kebenarannya belum tentu benar adanya (Hari Lubis 2009).

22

Mitos di anggap sebagai satu kepercayaan dan kebenaran mutlak yang dijadikan sebagai rujukan (Carolina 2010). Mitos adalah cerita tentang asal mula terjadainya dunia seperti sekarang ini, cerita tentang alam peristiwa-peristiwanya sebelum atau di belakang alam duniawi yang kita hadapi ini. Cerita-cerita itu menurut kaparcayaan sungguhsungguh terjadi dalam arti tertentu keramat (Soekadijo, 2011). 1. Pandangan umum masyarakat terhadap mitos seputar kehamilan Masyarakat umum dalam memandang mitos-mitos seputar dunia kehamilan terbagi kedalam kategori diantaranya : a.

Meyakini sepenuhnya : pada masyarakat tradisionalis dengan tingkat pendidikan rendah, kecenderengan untuk menerima secara total atas berlakunya mitos itu sangat kental. Sehingga setiap aspek kehidupan mereka, khususnya dalam masalah kehamilan, selalu didasarkan pada mitos.

b.

Menolak secara mutlak : pada masyarakat terdidik modern mereka sering menafikan adanya mitos-mitos seputar kehamilan karena secara nalar dan rasio, hal tersebut bertentangan dengan kaidah-kaidah ilmiah kesehatan dan nilai-nilai agama.

c.

Menerima dengan syarat : yang dimaksud adalah sebagian masyarakat menerima mitos tersebut dengan syarat sesuai dengan rasio dan diterima secara ilmiah, sehingga mereka mengadakan pembuktian dengan meneliti atau menanyakan kepada para ahli di bidangnya. Karena bisa

23

jadi adanya mitos tersebut didasarkan pada fakta ilmiah yang samar bagi masyarakat awam (Syifa, 2011). 2. Mitos dan fakta seputar kehamilan a. Mitos Positif 1) Empat

bulanan

dan

tujuh

bulanan

ada

kepercayaan

yang

mengharuskan diselenggarakannya acara selamatan. Fakta : a) Secara Psikologis Selamatan adalah ritual yang mengingatkan sang ibu atau membesarkan hati sang ibu untuk bersemangat dan tetap berhatihati dalam menjaga janinnya serta tegar menghadapi saat-saat kritis menjelang persalinan. b) Secara medis Biologis Tradisi empat atau tujuh bulanan

ini memberikan dampak

positif bagi ibu dan janinnya, karena banyak makanan bergizi yang di berikan kepada ibu hamil seperti buah, sayur, ikan, dan lain-lain. 2) Membaca surat Yusuf akan membuat janin tampan jika terlahir lakilaki, Sedangkan surat Maryam akan membuat janin cantik jika perempuan Fakta :

24

a) Secara Psikologis Membaca surat Maryam dan surat Yusuf dapat menenangkan hati sang ibu dan membawa sugesti bahwa bayinya kelak akan rupawan. Hal ini membuat

ibu bersemangat dan tegar

menghadapi persalinan. b) Secara medis Biologis Mendengar

ayat

suci

Al-Qur’an

sama

halnya

dengan

mendengarkan musik klasik ,berfungsi untuk perkembangan otak janin. Bukan membuat janin akan rupawan, karena janin terbentuk

mengikuti

komando

kromosom

dalam

selnya.

Kromosom ini tentu saja diturunkan dari ayah dan ibunya. Sehingga sifat dasar rupa, dan wujud janin pun akan mengikuti keadaan ayah dan ibunya. c) Secara Agama Tidak ada perintah mutawatir dari hadist, apalagi ayat AlQur’an. Dengan demikian ini bukan sunnah, apalagi wajib. Yang disyariatkan adalah sering-sering membaca Al-Qur’an baik saat hamil ataupun tidak tanpa pilih-pilih surat tertentu (Yazid, 2007). 3) Ibu Hamil dilarang makan makanan pedas, asam, dan asin. a) Secara medis Biologis Makanan pedas akan merangsang rasa mulas dan sebaiknya dipantang oleh ibu hamil dengan riwayat keguguran. Perasaan mulas ini selanjutnya akan menimbulkan kontraksi dalam rahim, sehingga

25

risiko keguguran akan kian meningkat. Begitu juga makanan asam yang tidak disarankan karena bisa memicu penyakit maag. Apalagi kadar asam lambung saat hamil umumnya meningkat. Tentu saja ibu hamil yang tidak memiliki riwayat penyakit maag atau penyakit lain yang dapat diperberat oleh asam, Asupan makanan asin pun sebaiknya dibatasi, terlebih bagi ibu yang memiliki riwayat penyakit darah tinggi karena makanan yang banyak mengandung garam ini amat berpotensi lebih meningkatkan gangguan darah tinggi. Selain itu, garam bersifat menyerap air sehingga kadang menimbulkan pembengkakan di sekujur tubuh (Emilia, 2010). 4) Minum air kelapa agar kulit janin halus dan putih Fakta : a) Secara medis Biologis Memang ada penelitian laboratorium mengenai kandungan air kelapa. Hasilnya menunjukkan bahwa air kelapa mengandung banyak senyawa yang bermanfaat bagi tubuh, terutama antitoksin (penawar racun). Air kelapa juga memiliki sifat deuretik alami, sehingga dapat membantu meningkatkan aliran dan ferkuensi urin. Hal ini tentu menguntungkan bagi ibu hamil yang

rentan

menderita

infeksi

saluran

kecing

(ISK).

Mengkonsumsi air kelapa dapat meningkatkan produksi kencing, sehingga meningkatkan pembuangan racun dan bakteri

26

dalam tubuh namun tidak mengandung pemutih kulit bayi (Melinda, 2011). b.

Mitos Negative 1) Makan nanas menyebabkan janin keguguran Fakta : a) Secara medis Biologis Buah nanas mempunyai kandungan serat dan vitamin C yang sangat tinggi. Vitamin tentunya sangat dibutuhkan oleh ibu hamil untuk menjaga daya tahan tubuh. Adapun, serat dibutuhkan oleh ibu hamil untuk menjaga kesehatan pencernaan. Namun bagi yang tidak tahan rasa asam, nanas menimbulkan masalah pencernaan dan terkadang rasa mual. Hanya seseorang yang alergi nanas sehingga merasa gatal dibibir perlu menghindari makan nanas (Yazid, 2007). 2) Minum air es saat hamil membuat bayi besar didalam kandungan sehingga sulit lahir. Fakta : a) Secara medis Biologis Ukuran bayi besar kecilnya biasanya karena faktor makanan yang bergizi baik, keturunan, dan diabetes. Bayi besar banyak dialami mereka yang mempunyai indikasi kasus diabetes. Bagi ibu hamil yang mempunyai riwayat kencing manis tidak disarankan untuk terlalu banyak mengonsumsi gula (dalam es)

27

karena akan meningkatkan kadar gula yang berlebihan sehingga memunculkan penyakit diabetes. Es tidak berbahaya untuk dikonsumsi ibu hamil karena es akan keluar dari tubuh dalam bentuk keringat ataupun air seni. (Siswosuharjo, 2011). 3) Makan daging dan ikan laut akan menyebabkan air susu berbau amis sehingga bayi kelak tidak mau menyusu pada ibunya. a) Secara medis Biologis Ibu yang hamil mengalami pertumbuhan rahim, payudara dan lain-lainnya. Juga janin dalam kandungannya bertambah besar. Hal ini tentunya membutuhkan energi, kalori dan gizi yang lebih banyak dibanding ketika tidak hamil. Kebutuhan energi ini dapat dipenuhi bila ibu banyak makan nasi, daging, ikan, telur, sayuran, buah-buahan dan susu karena itu menjauhi makanan bergizi tentu merupakan tindakan yang kurang tepat. Karena akan menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya, makan makanan laut, daging dan sayuran tidak menyebabkan bau amis. Sebab makanan yang masuk ke tubuh akan diolah oleh tubuh sehingga bau amisnya akan hilang. Justru makanan laut dan daging dapat meningkatkan jumlah air susu yang dikeluarkan (Agustina, 2011). 4) Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan makanan atau sifat tertentu terutama diawal kehamilannya. Fakta :

28

a) Secara Psikologis Diduga kuat ngidam hanyalah faktor psikologis. Kehamilan adalah kesempatan ibu untuk bermanja kepada suami, perubahan psikis yang diakibatkan oleh perubahan hormon. Saat hamil suami ingin menunjukkan jiwa perjuangannya kepada istri sehingga apapun permintaan istri akan dipenuhi. Kondisi ibu hamil pertama jika asupan gizi sebelum hingga awal kehamilan kerang bagus memang menyebabkan ia “kalah” dengan perubahan sistem hormon dalam tubuhnya. Kekalahan ini menjadikan ibu kepayahan, nafsu makan menurun drastis dan ketergantungan. Hal ini diperparah dengan sering muntah sehingga tak satupun makanan masuk perut. Maka untuk sekedar mengisi lambung ia akan membayangkan makanan aneh yang menurutnya paling nikmat. Tetapai begitu makanan diberikan, ibu takakan menghabiskannya karena secara biologis memang tidak butuh (kedondong, mangga muda, dll). Yang dibutuhkan adalah makanan tinggi kalori dan protein. Meskipun ngidam dianggap sebagai peristiwa psikologis, hal inipun tidak serta merta boleh dibiarkan. Sebisa mungkin dihindari karena saat awal kehamilan adalah saat dimana istri maupun suami harus sama-sama berjuang, sama-sama berfikir rasional dan terencana.

29

b) Secara medis Biologis Beberapa dietesien (ahli gizi) dan literatur tidak membenarkan secara ilmiah adanya ngidam sebagai peristiwa medis biologis. Diawal kehamilan, memang ibu butuh asupan makanan lebih banyak, terutama kehamilan dengan gejala emesis (muntahmuntah). Yang dibutuhkan adalah makanan dengan gizi tinggi dan terukur. Tetapi, ketika ngidam, makanan yang diinginkan justru yang kurang bergizi (mangga mentah, kedondong, kulit melinjo, bau-bauan dan sebagainya). Itupun tidak dihabiskan jika disodorkan. Ngidam bukannya menambah gizi, justru dapat mengacaukan

asupan

makan

ibu

yang

berujung

pada

menurunnya kualitas pertumbuhan janin. c) Secara Agama Perilaku ini tidak banyak manfaatnya, bahkan bernilai mudharat. Rasulullah menyuruh kita bersifat wajar dan meninggalkan perilaku yang mudharat. Kriteria halal dan thoyyib (bergizi) tetap menjadi ketentuan dalam konsumsi sehat seorang muslim (Yazid, 2007). 5) Ibu hamil dilarang melakukan aktifitas jahit-menjahit karena ini dapat mengakibatkan janin terlilit tali pusar atau bibir bayinya menjadi sumbing. Fakta :

30

a) Secara medis Biologis Cacat janin berhubungan dengan faktor gizi, penyakit, keturunan, dan radiasi. Lilitan tali pusat dan posisi janin berhubungan dengan terapi fisik (senam kehamilan). Jika aktifitas menjahit dilakukan terus menerus dengan duduk, ini tidak baik karena dapat mengganggu perputaran janin. Tapi, bukan hanya menjahit, semua aktifitas yang dilakukan dengan berdiam tidak baik bagi ibu hamil. b) Secara Agama Ini merupakan tahayul yang tidak dapat dipercaya yang menyebabkan manusia kurang yakin sepenuhnya akan kekuasan Allah (Yazid, 2007). C. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Mitos-Mitos Selama Kehamilan 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan Pengindaran terhadap objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia, yakni; penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan segala yang diketahui mengenai sesuatu hal dari pengetahuan dapat mempengaruhi prilaku seseorang, bermula dari pengetahuan akan sesuatu dan mengetahui manfaatnya maka akan timbul sikap positif (Muhammad Ali, 2005).

31

Ahmadi (2003) mengatakan pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru. Pengetahuan

dikumpulkan

dengan

tujuan

untuk

menjawab

semua

permasalahan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh dan untuk digunakan dalam menawarkan berbagai kemudahan padanya.Pengetahuan itu sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah pendidikan formal. Jadi pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah, mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa, peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu positif dan negative. Kedua aspek ilmiah yang pada akhirnya akan menentukan sikap seseorang tentang suatu objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. 1. Domain Kognitif Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : a.

Tahu (know) Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recal) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

32

dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Jadi tahu disini diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui ibu hamil tentang mitos selama kehamilan. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contohnya seperti ibu hamil harus dapat menjelaskan kenapa bisa terjadi mitos kehamilan. c.

Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (Real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang

lain.

Sehingga

ibu

hamil

dapat

menggunakan

pengetahuannya untuk dapat mencegah terjadinya

mitos selama

kehamilan. d.

Analisis (Analysis) Analysis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

33

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya. Misalnya ibu hamil dapat menggambarkan mitos kehamilan tersebut termasuk mitos kehamilan yang berbahaya dan tidak berbahaya. e.

Sintesis (Syntesis) Sintesis

menunjukan

kepada

sesuatu

kemampuan

untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. Contohnya ibu hamil dapat menyusun atau merencanakan apabila terjadi mitos kehamilan mereka dapat menetapkan apa yang harus dilakukan. f.

Evaluasi (Evaluation) Evaluasi

berkaitan

dengan

kemampuan

untuk

melakukan

justification atau penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Jadi evaluasi yang dimaksudkan adalah ibu hamil dapat menilai kejadian mitos kehamilan. Pengetahuan ibu hamil tentang mitos-mitos selama kehamilan merupakan kepercayaan yang di peroleh dari warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Mitos-mitos kuno ini di ketahui secara luas oleh masyarakat. mereka yakin dan percaya akan hal mitos karna budaya dari nenek monyang pada masa terdahulu telah mempercainya. Artinya

34

pengetahuan mengenai mitos mitos selama kehamilan di terima dari angkatan berikut nya sesuai dengan pengalaman sebelumnya (redaksi agromedia, 2003). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada 6 yaitu: a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar dan madrasah ibtidayah atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama dan madrasah sanawiyah atau bentuk lain sederajat, pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan tinggi terdiri dari diploma, sarjana, magister, spesialis dan dokter yang di selengarakan perguruan tinggi (Sisdiknas, 2003). b. Media / informasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

35

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Hidayat, 2007). Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hidayat, 2007). Pengetahuan seseorang tidak secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan dapat juga diperoleh dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima yang kemudian menjadi dipahami. c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

36

d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman

belajar

selama

bekerja akan dapat

mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja. Semua pengalaman pribadi dapat merupakan sumber kebenaran pengetahuan, namun perlu diperhatikan disini bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, diperlukan berpikir kritis dan logis (Notoadmodjo, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan

pengetahuan

diantaranya adalah pengalaman, semakin banyak seseorang mendengar,

37

melihat dan melakukan tindakan maka semakin bertambah pengetahuan tentang subjek tersebut (Taufik, 2007). f. Usia Mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Menurut teori Notoadmodjo (2007), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu memang daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Bertambahnya umur seseorang

dapat

berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan

yang

diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 2. Sikap (Attitude) 1. Pengertian sikap Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau

38

kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan fikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010). 2. Komponen pokok sikap Menurut Allport (1954) yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu : a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran ibu hamil terhadap mitos selama kehamilan. b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian

(terkandung didalam faktor emosi) ibu hamil

terhadap mitos selama kehamilan. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Misalnya sikap ibu hamil untuk bertindak atau berperilaku terhadap mitos selama kehamilan. Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

39

Menurut

Azwar

(2007),

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pembentukan sikap antara lain : a.

Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Keinginan ini antara lain dimotifasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Diantara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri, suami, dan lain-lain. c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. d. Media Masa Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pesa-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

40

seseorang. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap. f. Pengaruh faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Peran gender sangat mempengaruhi keadaan emosional, perempuan menekankan pada tanggung jawab sosial dalam emosinya. Perempuan lebih merasa bertanggung jawab terhadap emosi orang lain. Mereka sangat memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih mampu memahami perubahan emosional. Oleh sebab itu kaum perempuan biasanya jauh lebih memiliki empati terhadap penderitaan orang lain ketimbang lelaki. Masyarakat memiliki stereotip bahwa lakilaki kurang mampu menghayati perasaan emosionalnya. Adapun perempuan

sangat

menghayati

emosinya.

Laki-laki

mudah

menyembunyikan emosi yang dialaminya, sedangkan perempuan sulit menyembunyikan. Oleh sebab itu maka perempuan cenderung dilihat lebih emosional ketimbang laki-laki. Masyarakat cenderung menganggap bahwa perempuan lebih mudah merasakan takut, cemas, dan sedih, daripada laki-laki. Sedangkan laki-laki dianggap lebih mudah untuk marah (Smartpsikologi, 2007).

41

3. Tingkatan-tingkatan Sikap Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut: a. Menerima (receiving) : Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). b. Menanggapi (responding) : Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai (valuing) : Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. d. Bertanggung jawab (responsible) : Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Sikap ibu hamil dalam mempercayai mitos-mitos selama kehamilan dapat mempengaruhi proses kehamilan nya, karna sikap mereka

kurang

mengetahui mana mitos positif dan mitos negatif . 3. Lingkungan Lingkungan adalah komponen dalam paradikma keperawatan yang mempunyai implakasi sangat luas bagi keangsungan hidup manusia, khususnya menyangkut status kesehatan seseorang dan. Lingkungan yang di maksud dapat berupa lingkungan internal dan eksterna yang berpengaruh,

42

baik secara langsung mapun tidak langsung pad individu; atau masyarakat; seperti ingkungan yang bersifat biologis, psikologis, sosil, kultural,spiritual, iklim, system perekonomian, politik dan lain-lain (Mubarak, 2009). 1.

Pengertian lingkungan Masyarakat Lingkungan Masyarakat adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya (Sujarwohart,2010). Pada

suatu

lingkungan

terdapat

dua

komponen

penting

pembentukannya sehingga menciptakan suatu ekosistem yakni komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya. sedangkan komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebaiganya (Sujarwohart, 2010). 2.

Pengertian Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kesatuan

masyarakat. Keluarga dibangun dari sebuah perkawinan antara seorang lakilaki dengan seorang wanita, kemudian hidup bersama dan menghasilkan keturunan berupa anak. Maka yang bertanggung jawab dalam sebuah keluarga adalah orang tua. Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang tua adalah ayah ibu yang melahirkan anak-anaknya serta memelihara

43

mereka dengan penuh kasih sayang agar kelak mereka dapat tumbuh menjadi besar dan dewasa serta menjadi penerus perjuangan dan citacita orang tuanya. (Sujarwohart,2010). Lingkungan bagi ibu hamil sangat berpengaruh dengan mitos-mitos selama

kehamilan,

apabila

lingkungan tempat

tinggal

ibu

hamil

masyarakatnya modern maka mereka tidak akan lagi mempercayai mitosmitos selama kehamilan dan mengabaikan segala sesuatu yang belum tentu benar adanya terhadap mitos dalam kehamilan. 4. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain individu, kelompok atau masyarakat. Segingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pendidikan, pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, pendidikan meliputi SD,SMP,SMA, dan perguruan Tinggi ( Notoatmodjo,2005). Adapun tujuan pendidikan menurut Notoatmodjo (2005) adalah suatu upaya untuk menanamkan pengetahuan atau pengertian pendapat dan konsepkonsep, dan persepsi serta menanamkan tingkah laku, kebiasaan yang baru semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan seperti halnya dalam memilih tempat pemeriksaan kehamilan untuk mendapatkan pelayanan pada ibu hamil.

44

Jangka pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan adalah jenjang pendidikan terdiri dari pendidikan ini merupakan pendidikan awal selama 9 tahun pertama maka sekolah anak-anak yaitu di sekolah menengah. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, diakhiri masa pendidikan SMP, para siswa harus mengikuti dan lulus ujian nasioanal untuk dapat melanjutkan pendidikan ke SMA. Pendidikan menengah ke atas merupakan lanjutan dari pendidikan menengah pertama. Pendidikan perguruan tinggi merupakan lanjutan dari pendidikan menengah atas dengan pengetahuan dan perubahan sifat yang semakin bertambah dewasa.(Wordpress.com/2008). Pendidikan ibu hamil sangat mempengaruhi terhadap kepercayaan dalam sebuah mitos-mitos kehamilan, semakin tinggi penddikan seorang ibu hamil maka semakin di abaikan kepercayaan terhadap mitos-mitos selama kehamilan, namun semakin rendah pendidikan seorang ibu hamil maka kepercayaannya semakin tinggi terhadap mitos-mitos selama kehamilan.

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep penelitian Kepercayaan terhadap mitos-mitos pada masa kehamilan sendiri merupakan suatu perilaku kesehatan. Menurut Notoatmodjo juga mengatakan mengikut teori Lawrence Green (1980) perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : (1) Faktor predisposisi (predisposing factors). (2) Faktor pemungkin (enabling factors). (3) Faktor penguat (reinforcing factors).Penulis hanya meneliti tentang pengetahuan, sikap, lingkunghan dan pendidikan terhadap mitos- mitos selama kehamilan. Kerangka konsep yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahuan

Mitos-mitos

Sikap

selama kehamilan Lingkungan

Pendidikan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

45

46

B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional NO 1.

Variable Dependen Mitos-mitos selama kehamilan

NO

Variabel Independen

1.

Pengetahuan

2.

3

4

Sikap

Lingkungan

Pendidikan

Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Menyebarkan angket

Kuesioner dalam bentuk multiple choise dengan jumlah pertanyaan sebanyak 5 soal

Cara Ukur

Alat Ukur

Segala sesuatu yang diketahui ibu hamil tentang mitos-mitos selama kehamilan

Menyebarkan angket

Tinggi bila X ≥ 10,7 Rendah bila X < 10,7

Tanggapan responden terhadap mitos-mitos selama kehamilan

Menyebar angket

Kuesioner dalam bentuk dichotomi choise dengan jumlah pertanyaan sebanyak 8 soal Kuesioner dalam bentuk skala likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak 8 soal

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Menyebarkan angket

Kuesioner Dalam Bentuk Multiple Choise Denga jumlah pertanyaan Sebanyak 5 soal.

Baik bila X ≥7

Tingkat pendidkan formal yang di tempuh oleh ibu

Menyebarkan angket

Segala sesuatu yang dianggap oleh ibu hamil namun belum mempunyai kebenaran yang belum tentu benar adanya Definisi Operasional

Kuesioner dalam bentuk multiple choise dengan jumlah pertanyaan sebanyak soal

Hasl Ukur Positif bila X ≥ 8,3 Negatif bila X < 8,3

Skala Ukur

1

Positif bila X ≥ 22,6

Skala Ukur

Ordinal

Hasil Ukur Ordinal

Ordinal

Negatif bila X < 22,6

Ordinal

Kurang Baik bila X 0,05 yang artinya Ho ditolak atau tidak terdapat hubungan lingkungan ibu hamil dengan mitosmitos selama kehamilan.

61

d. Hubungan

Pendidikan

Ibu

Hamil

dengan

Mitos-mitos

Selama

Kehamilan. Tabel 5.9 Hubungan Pendidikan Ibu Hamil dengan Mitos-mitos Selama Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

No.

Mitos Positif Negatif

Pendidikan

Total

f

%

F

%

f

%

p_ Value

1

Tinggi

0

0

14

100

14

100

2

Menengah

5

55,6

4

44,4

9

3

Dasar

6

85,7

1

14,3

7

100 0,000 100

Total

11

19

30

Sumber : Data Primer (10 juni sampai dengan 24 Tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 14 responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi ternyata negatif terhadap mitos-mitos selama kehamilan yaitu 14 responden (100%), dari

9 responden yang

memiliki tingkat pendidikan menengah ternyata positif terhadap mitos-mitos selama kehamilan yaitu 5 responden (55,6%), dari 7 responden yang memiliki tingkat pendidikan dasar ternyata positif terhadap mitos-mitos selama kehamilan yaitu 6 responden (85,7%). Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p value = 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau terdapat hubungan pendidikan ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan.

62

C. Pembahasan a. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan Mitos-mitos Selama Kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi ternyata negative terhadap mitosmitos selama kehamilan yaitu 16 responden (88,9%), sedangkan dari 12 responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah ternyata positif terhadap mitos-mitos selama kehamilan yaitu 9 responden (75%). Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p value = 0,001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau terdapat hubungan pengetahuan ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Citra (2012) yang berjudul hubungan sikap, pendidikan, dan pengetahuan dengan kepercayaan ibu hamil terhadap mitos-mitos di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Aceh Besar menunjukkah bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepercayaan ibu hamil terhadap mitos-mitos dengan p value 0,036. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan Pengindaran terhadap objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia, yakni; penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2007). Teori yang disampaikan oleh Ahmadi (2003), bahwa pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca

63

inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin negatif terhadap mitos yang merupakan pendapat atau anggapan dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu perkara yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu, yang kebenarannya belum tentu benar adanya. Menurut peneliti, pengetahuan akan sangat berhubungan terhadap kepercayaan seseorang. Seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi akan semakin positif tentang hal-hal yang kebenarannya nyata serta akan semakin negatif terhadap hal-hal seperti mitos-mitos selama masa kehamilan yang kebenarannya belum tentu benar adanya, seperti seorang ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan rendah mereka mempercayai

mitos-mitos

selama kehamilan, salah satunya ibu hamil di larang melakukan aktifitas jahit menjahit, karena di takutkan dapat terjadinya lilitan tali pusat pada saat proses persalinan, namun bagi seorang ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi mereka akan mengabaikan mitos-mitos selama kehamilan dan tidak mempercayai dengan tahayul tersebut. b. Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Mitos-mitos Selama Kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa dari 20 responden yang memiliki sikap positif ternyata negative terhadap mitos-mitos selama kehamilan yaitu 17 responden (85%), sedangkan dari 10 responden yang memiliki sikap negatif ternyata positif terhadap mitos-mitos selama kehamilan yaitu 8 responden (80%).

64

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p value = 0,001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau terdapat hubungan sikap ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Azura (2011) yang berjudul hubungan sikap, pendidikan, dan pengetahuan dengan kepercayaan ibu hamil terhadap mitos-mitos di wilayah kerja Puskesmas Antapani Bandung Jawa Barat menunjukkah bahwa ada hubungan sikap dengan kepercayaan ibu hamil terhadap mitos-mitos dengan p value 0,017. Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2007), sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan Allport (1954) yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa komponen pokok sikap salah satunya terdiri dari kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Misalnya sikap ibu hamil untuk bertindak atau berperilaku terhadap mitos selama kehamilan. Menurut peneliti, sikap merupakan kesiapan seseorang dalam bertindak sehingga akan sangat berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Semakin positif sikap seseorang maka akan semakin positif pula pandangan seseorang tentang mitos-mitos selama masa kehamilan, apabila

65

sikap seorang ibu hamil memiliki sikap dan tingkahlaku positif dalam menyikapi mitos-mitos selama kehamilan maka mereka akan cenderung tidak mempercayai mitos-mitos selama kehamilan, salah satunya seorang ibu hamil dilarang makan ikan dan daging di takutkan akan membuat air Asi amis, namun apabila sikap ibu hamil terlalu negatif dalam menyikapi mitos-mitos selama kehamilan maka tingkat kepercayaannya semakin tinggi. c. Hubungan

Lingkungan

Ibu

Hamil

dengan

Mitos-mitos

Selama

Kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 18 responden yang memiliki lingkungan kategori baik ternyata negatif terhadap mitos-mitos selama kehamilan yaitu 13 responden (72,2%), dan dari 12 responden yang memiliki lingkungan kategori kurang baik ternyata positif terhadap mitos-mitos selama kehamilan yaitu 6 responden (50%). Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p value = 0,266. Sehingga dapat disimpulkan bahwa p > 0,05 yang artinya Ho ditolak atau tidak terdapat hubungan lingkungan ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Listiana (2012) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan ibu nifas terhadap mitos-mitos di wilayah kerja Puskesmas Manggeng Aceh Barat Daya menunjukkah bahwa ada pengaruh lingkungan dengan kepercayaan ibu nifas terhadap mitos-mitos (p value 0,001).

66

Lingkungan Masyarakat adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya (Sujarwohart,2010). Menurut peneliti, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar ibu hamil. Semakin baik lingkungan seorang ibu hamil, maka akan semakin negatif pengaruh terhadap mitos-mitos selama masa kehamilan, begitu juga sebaliknya dimana semakin rendah lingkungan seorang ibu hamil, maka akan semakin positif pengaruh terhadap mitos-mitos selama kehamilan, salah satunya apabila seorang ibu hamil memiliki tingkat pengaruh lingkungan negatif terhadap masa kehamilan maka ibu hamil akan mempercayai terhadap mitos selama kehamilan, namun apabila salah satu dari keluarga ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan

dan pendidikan

positif maka pengaruh lingkungan negatif itu tidak dipercayai oleh ibu hamil, begitu juga sebaliknya. Maka dapat di simpulka mitos dalam kehamilan juga dapat di pengaruhi oleh dua katagori, yaitu Lingkungan internal dan lingkungan eksternal. d. Hubungan

Pendidikan

Ibu

Hamil

dengan

Mitos-mitos

Selama

Kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 14 responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi ternyata negatif terhadap mitosmitos selama kehamilan yaitu 14 responden (100%), dari 9 responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah ternyata positif terhadap mitos-mitos

67

selama kehamilan yaitu 5 responden (55,6%), sedangkan dari 7 responden yang memiliki tingkat pendidikan dasar ternyata positif terhadap mitos-mitos selama kehamilan yaitu 6 responden (85,7%). Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p value = 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau terdapat hubungan pendidikan ibu hamil dengan mitos-mitos selama kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jannah (2010) yang berjudul hubungan sikap, pendidikan, dan pengetahuan dengan kepercayaan ibu hamil terhadap mitos-mitos di wilayah kerja Puskesmas Trumon Aceh Selatan menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan dengan kepercayaan ibu hamil terhadap mitos-mitos dengan p value 0,008. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain individu, kelompok atau masyarakat. Sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pendidikan, Jenjang pendidikan meliputi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sedertajat dan perguruan Tinggi (Notoatmodjo,2005). Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa pendidikan ibu hamil sangat mempengaruhi terhadap kepercayaan dalam sebuah mitos-mitos kehamilan, semakin tinggi pendidikan seorang ibu hamil maka semakin di abaikan kepercayaan terhadap mitos-mitos selama kehamilan, namun semakin rendah pendidikan seorang ibu hamil maka kepercayaan nya

68

semakin tinggi terhadap mitos-mitos selama kehamilan (Wordpress.com, 2008). Menurut peneliti pendidikan adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin terbuka pemikirannya sehingga akan dapat membedakan hal yang bernar adanya dan yang diragukan kebenaranya seperti halnya mitos-mitos selama masa kehamilan salah satunya apabila semakin tinggi tinggkat pendidikan seorang ibu hamil, maka semakin rendah kepercayaan terhadap mitos selama kehamilan, seperti mitos ibu hamil di larang duduk di depan pintu ketika senja, di takutkan akan diikuti oleh makhluk halus, namun apabila tingkat pendidikan ibu hamil semakin rendah maka mitos-mitos dalam kahamilan semakin di percayai.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan mitos-mitos selama kehamilan diwilayah kerja Puskesmas Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan pengetahuan dengan mitos-mitos selama kehamilan diwilayah kerja puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil. 2. Ada hubungan sikap dengan mitos-mitos selama kehamilan diwilayah kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil. 3. Tidak ada hubungan lingkungan dengan mitos-mitos selama kehamilan diwilayah kerja Puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil. 4. Ada hubungan pendidikan dengan mitos-mitos selama kehamilan diwilayah kerja puskesmas Lembah Sabil Kecamatan Lembah Sabil. B. Saran 1. Institusi Pendidikan Diharapkan bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah khususnya Program Studi D-III Kebidanan, agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan ilmu kesehatan terutama tentang mitos-mitos selama kehamilan serta dapat dijadikan bahan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang mitos-mitos selama kehamilan.

69

70

2. Bagi Tempat Penelitian Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang mitos-mitos selama kehamilan. 3. Bagi Petugas Kesehatan Diaharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi dalam melaksanakan pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil tentang mitos-mitos selama kehamilan. 4. Bagi Peneliti Diharapkan agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman tentang mitos-mitos selama kehamilan